Bagian 2

49 31 55
                                    

Jayce mengayuh kudanya dengan pelan mengekori Maren yang ada di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jayce mengayuh kudanya dengan pelan mengekori Maren yang ada di depannya.

Hari ini Jayce diperintahkan ayahnya untuk ke pemukiman warga. Setidaknya biar lelaki itu tau kondisi penduduk yang akan dipimpinnya beberapa tahun lagi, setelah Raja Delmar turun tahta.

"Padahal bisa saja kusuruh pengawal yang lain yang ke pemukiman, aku tinggal melaporkan."

Jayce kemudian menatap punggung Maren kesal. "Kalau saja kau tidak menawarkan diri untuk datang sendiri ke pumikiman!"

Maren tertawa mendengar dumalan di belakang punggungnya. "Sebentar lagi kau menjadi pengganti Raja Delmar. Kau harus tau kondisi pengikutmu seperti apa."

"Kita secara rutin memberikan bantuan pangan kepada mereka. Tentu saja mereka hidup makmur," ucap Jayce.

"Itu hanya kemungkinanmu saja, Jayce. Mereka hidup sengsara. Bukan karena Raja Delmar. Melainkan para penasihat kerajaan yang tidak kompeten."

Jayce masih menatap punggung Maren, menunggu kelanjutan ucapannya.

"Mereka memotong anggaran untuk penduduk. Aku tau, Raja Delmar tau, bahkan ibumu juga tau. Namun, tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka sudah menjadi bawahan ayahmu sejak lama. Kalau mereka jatuh, Raja Delmar jatuh, dan keluarga kita jatuh."

"Aku tidak tau itu," Jayce menggumam.

"Masalah ini memang ditutupi darimu sampai kau siap. Hari ini mungkin menurut ayah kau sudah siap."

"Maksudmu?"

Maren memperlambat kudanya dan mengiringi langkah kuda Jayce.

"Kau lihat kantong ini?" Jayce menunjuk kantongan di belakang kudanya. "Ini uang untuk penduduk. Dibagikan secara diam-diam. Membantu mereka, tanpa pihak kerajaan tau. Ini adalah salah satu solusi Raja Delmar agar rakyat bisa menikmati sedikit kekayaan alam kerajaan kita."

"Selama ini kau sering ke pemukiman penduduk. Ini yang kau kerjakan?"

Maren mengangguk. "Hanya aku yang bisa keluar masuk istana tanpa masalah. Aku hanya pangeran tanpa mahkota."

Jayce menatap Maren sedih. Gelar pangeran tanpa mahkota itu melekat di Maren ketika ibunya meninggal. Membuatnya tetap menjadi pangeran. Namun, tidak bisa menjadi pengganti raja Delmar selanjutnya.

"Tidak usah menatapku sedih. Aku tidak suka terikat peraturan istana. Menjadi seperti ini menyenangkan untukku."

Jayce mengangguk.

"Apa masih lama untuk sampai ke pemukiman?"

Maren melirik ranting pohong yang telah tergantung pita berawarna merah. Tanda untuk ke pemukiman ketika melewati hutan.

"Sebentar lagi. Setelah melewati danau itu, sekitar 15 menit lagi kita sampai."

Jayce mengangguk. Maren mengayuh kudanya lebih cepat. Membuat kudanya berada di depan Jayce.

The CurseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang