Bagian 7

11 4 15
                                    

Kondisi Istana di malam hari membuat Kyra tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kondisi Istana di malam hari membuat Kyra tenang. Aktivitas di Istana tidak sebanyak ketika siang hari. Walaupun masih ada beberapa pengawal yang lalu lalang di sekitar Istana.

Maren mengantar Kyra ke ruangan 'penjara'-nya.

"Tadi pagi sudah kutanyakan pada Madam El, kau hanya sementara disini. Setelah menikah kau bisa tinggal di kediaman Jayce."

Kyra menggeleng. "Aku lebih suka disini." Kyra takut Jayce menghukumnya karena menuduh Jayce Pangeran gadungan.

"Tidak perlu resah seperti itu. Jayce tidak seperti yang kau kira."

"Semoga saja."

Kyra masuk ke dalam ruangannya dan mengangguk sedikit pada Maren.

"KYRA!"

Kyra sampai menutup matanya karena kaget dengan panggilan Madam El itu.

"Aku pamit dulu, Kyra. Kalau perlu bantuan kau bisa kabari aku. Akan kubantu sebisaku." Maren lantas berlalu.

Wajah Maren di depan pintu yang berongga itu digantikan oleh wajah Madan El yang sudah merah menahan marah. "Kau baru dari mana?"

Madam El membuka pintu kamar Kyra dengan kasar. Madam El menghentak kakinya dan berdiri tepat di depan Kyra, membuat Kyra gugup.

"Tadi Pangeran Jayce memanggilku." Kyra mengangkat wajahnya sedikit, melihat ekspresi Madam El. "Tentu aku tidak boleh menolak panggilan Pangeran, bukan?" cicit Kyra pelan.

"Kau berbicara dengan Pangeran?!" ucap Madam El kaget. Atau lebih tepatnya marah.

Kyra mengangguk.

Madam El menggenggam bahu Kyra. "Kau belum menikah dengan Pangeran. Lancang sekali kau bertemu dengan Pangeran."

"Tapi dia yang memanggilku."

"DIA?!"

Kyra menutup mulutnya, merasa ucapannya salah. "Maksudku, Pangeran."

Madam El memegang kepalanya. "Masih banyak sekali yang perlu kuajarkan padamu."

Kyra menatap Jean dan Ilya, dua pelayan di belakang Madam El. Meminta pertolongan pada mereka untuk membantunya. Namun, nihil. Madam El terlalu berkuasa untuk mereka sanggah.

"Jean, Ilya."

"Ya, Madam?" Mereka menjawab serempak.

"Bawa makan malam untuk, Kyra."

Mendengar kata makanan membuat Kyra senang. Perutnya sudah meronta sejak tadi.

"Setelah makan, persiapkan dia untuk masuk kelas malamku. Dia harus tau poin-pin penting, setidaknya sampai hari pernikahannya lusa nanti."

"Baik, Madam."

Madam El langsung keluar dari ruangan itu, meninggalkan Kyra yang bahunya sudah melorot lemah.

The CurseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang