Halo, Kak. Namaku Monica. Aku sudah meninggal. Tolong buka jendela dan kirimkan SMS ini ke 10 teman Kakak.
Sekilas ... membaca isi pesan tersebut terasa nostalgia, akan kenangan di masa lalu. Masa-masa di mana SMS masih menjadi cara terbaik untuk saling berkomunikasi jarak jauh.
Mungkin beberapa orang mendapatkan SMS serupa. SMS jahil yang entah siapa yang pertama kali mengirimkannya.
Aku juga pernah mendapatkan pesan yang sama.
Pada saat itu aku masih duduk di bangku SMA. Di mana membawa ponsel saja selalu dirazia, dengan alasan mengganggu proses pembelajaran.
Pada jam istirahat, aku bersama tiga temanku berkumpul di ruang UKS. Salah satu temanku mendapatkan SMS tersebut. Namanya Adrian.
Adrian memang penakut. Tak heran ... setelah mendapati SMS yang dimaksud, dia terlihat begitu cemas.
Aku bersama yang lain, berusaha menenangkannya. Menanggapi pesan itu sebagai candaan semata. Kami semua tertawa ... kecuali Adrian.
Lagipula mana ada hantu main ponsel.
Setidaknya itu yang aku pikirkan.
Tiba hari esok, Adrian rawat inap di rumah sakit.
Entah apa yang membuatnya sakit. Tentu saja membuat kami bertanya-tanya.
Aku bersama beberapa kawanku lekas pergi menjenguknya.
Namun ... Adrian tampak tak senang dengan kehadiran kami.
"Seseorang cepat ambil kepalaku! Ambil kepalaku!"
Adrian tak henti-henti meneriakkan kalimat tersebut. Suaranya jauh lebih berat dibandingkan Adrian yang aku kenal.
Aku bersama teman-temanku hanya bisa terperangah, dengan kedua mata menatap terbelalak tak percaya.
Terpaksa ... para perawat meminta kami untuk pergi. Membiarkannya beristirahat untuk sementara waktu.
Sama sekali tak ada yang menyangka, bahwa itu akan menjadi pertemuan terakhir kami dengan Adrian.
Seminggu setelah itu, Adrian dikabarkan meninggal dengan keadaan mayat tanpa kepala.
Sepulang dari pemakaman, ponselku berdering. Seseorang mengirimkanku pesan. Nomor yang asing, tetapi mengatasnamakan Adrian.
Isinya sangat mirip dengan SMS yang Adrian pernah terima.
Tanggapanku hanyalah senyuman kecil. Aku yakin ... pesan itu pasti ulah jahil salah satu temanku.
Jujur saja ... ini tidak lucu. Apalagi ini hari pemakamannya.
Lantas aku bergegas pulang. Ganti pakaian serta membersihkan kamar.
Aku tinggal di sebuah kosan kecil. Karena jarak rumahku dengan SMA sangatlah jauh.
Langit sudah begitu gelap di luar sana. Aku bisa melihatnya melalui jendela.
Segera aku menutup jendela beranjak menuju kasur. Berusaha menenangkan pikiran sembari memejamkan mata.
Sebisa mungkin ... aku ingin melupakan apa yang menimpa pada Adrian. Meski pada akhirnya kelopak mataku kembali terbuka.
Pria yang dibungkus kain kafan itu berbaring di sampingku. Wajahnya bau busuk itu berantakan. Telinga di posisi hidung, sementara hidung di posisi mata.
"Mana kepalaku?"
Entah itu halusinasi atau bukan.
Satu hal yang pasti ... suara itu mirip seperti Adrian saat di rumah sakit.
***
Aku ingin melupakannya. Dokter pun mengharapkan demikian.
Kejadian itu tak bisa aku lupakan. Hingga di rumah sakit detik ini. Padahal kejadian itu sudah bertahun-tahun yang lalu, bahkan aku sudah menjual ponsel lamaku.
Aku khawatir yang terjadi pada Adrian akan menimpaku. Kemarin saja sempat bermimpi kehilangan kepala. Ditambah suaraku yang semakin memberat.
Mungkin ... besok harus segera melepaskannya sebelum pocong itu berkunjung.
Tak akan kubiarkan makhluk aneh itu mengambil kepalaku seenaknya.
Tamat
KAMU SEDANG MEMBACA
Book of Dementia
Horror[DESKRIPSI] Ebook kumpulan fiksi singkat mengenai berbagai keanehan. Kisah mengenai tragedi tanda tanya yang tak kunjung temui jawaban pasti. Terkadang kita cenderung tak acuh akan kejadian-kejadian yang tak masuk akal itu. Maka yang menjadi pertan...