Namaku Aliya Nur Hidayah. Aku duduk di bangku SMP kelas dua semester akhir. Banyak sekali yang menstempeli sosokku sebagai seorang introver, dikarenakan diriku yang tak terlalu pandai bergaul dan berbicara.
Oh, Iya! Aku tinggal di desa Cigetih ini sangat mendadak. Hal ini dikarenakan ibuku yang masih mengajar di Jakarta, sedangkan aku diminta untuk menjaga nenek yang sakit-sakitan. Aku pulang kampung dan tinggal untuk beberapa bulan sampai sekiranya kondisi nenekku membaik.
Di desa Cigetih, aku hanya punya dua teman dekat yang bernama Anita dan Jaka. Kami adalah tetangga, rumahku dengan mereka hanyalah berjarak tiga rumah.
Meski terkadang beberapa hal di desa ini membuat rasa kenyamananku terkikis, setidaknya kehadiran mereka berhasil menawar rasa canggungku.
***
Sekarang adalah hari libur sekolah. Aku, Jaka dan Anita yang baru saja pulang dari pasar, memutuskan beristirahat sejenak di taman desa. Kami berteduh di bawah pohon rindang yang bertangkai-tangkai.
"Liya, kamu udah hampir dua bulan tinggal di desa ini ya?" tanya Jaka memulai topik.
"Begitulah."
"Wah! Bagus itu!" seru Anita antusias.
"Hmmm ... begitulah," ujarku dengan ungkapan yang sama. Bukan kenapa-napa, tapi sepertinya hanya itulah jawaban yang terlintas dalam benakku untuk saat ini.
Sesaat kami menikmati hembusan-hembusan angin sejuk menerpa kulit, menyegarkan tubuh. Taman ini menyuguhkan atmosfer yang nyaman bagi kami bertiga.
"Jadi ... sebenarnya apa ingin kamu bicarakan pada kami, Liya?" tanya Jaka mendadak.
"Eh?"
"Hm! Kemarin kau mengirimkan SMS pada kami. Dan kau sendiri yang berkata akan menceritakannya besok siang," jelas Anita.
Yap. Yang mereka katakan benar. Ada suatu hal aneh yang terjadi di rumah nenekku selama sepekan terakhir. Dan kurasa ... bercerita pada mereka adalah langkah yang tepat.
Ketika malam itu ada anak-anak yang menyorotkan cahaya senter ke arah rumah nenekku. Aku rasa mereka iseng. Namun yang membuat ini terasa janggal, hal itu terjadi berkali-kali, malam demi malam.
Aku pun menceritakan hal itu pada mereka. Namun seperti yang aku duga, meskipun aku menceritakannya, mereka sedikit kurang percaya. Mereka menganggap itu hanyalah anak kecil yang jahil saja.
Meski harus pulang dengan hati yang belum terpuaskan, kuputuskan untuk pulang mendahului mereka. Aku tak terlalu suka keramaian, apalagi di taman terbuka ini.
Waktu terus berlalu dan tak terasa malam pun tiba.
Malam ini aku merasa sedikit lega karena tidak ada keanehan sama sekali.
Bergegas aku turun dari lantai dua, menghampiri kamar nenekku sambil membawa bubur kacang hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Book of Dementia
Horror[DESKRIPSI] Ebook kumpulan fiksi singkat mengenai berbagai keanehan. Kisah mengenai tragedi tanda tanya yang tak kunjung temui jawaban pasti. Terkadang kita cenderung tak acuh akan kejadian-kejadian yang tak masuk akal itu. Maka yang menjadi pertan...