Sosoknya memang terlihat ramah dan asyik. Menurut orang-orang, dia adalah sosok yang lucu. Tetapi tidak bagiku.
Tiap kali aku menengoknya, selalu muncul perasaan ngeri dalam sanubariku. Padahal dia tidak menjahatiku, atau bahkan melukaiku. Dia hanya tersenyum, tetapi senyuman itu justru memberikanku rasa yang jauh dari kata nyaman.
Seringai senyumnya yang lebar itu justru memberikan rasa trauma mendalam.
Tiap kali mata ini menatapnya lamat-lamat, ruh dalam diri seakan-akan terjun ke dalam jurang yang tiada ujungnya.
Jurang yang gelap ... hanya berisikan rasa takut.
Sosok itu sering dikenal dengan sebutan badut.
Gaya pakaian penuh warna dengan berbagai gurauannya yang sederhana, memang kadang kali membuat anak-anak tertawa. Pada umumnya dan seharusnya seperti itu, meski yang kurasakan memanglah lain.
Karena bagiku ... badut adalah mimpi buruk di sepanjang hidupku.
***
"Selamat atas kenaikan pangkatnya, Pak Amri!"
Sorak meriah terasa memenuhi ruangan kantor sore ini. Banyak orang-orang yang senang atas kenaikan pangkat dia.
Pria yang bernama Amri itu lantas berterima kasih kepada mereka. Menerima berbagai sanjungan dari orang-orang di sekitarnya.
Dari perilaku orang-orang sekitar kepadanya ... rasanya seakan-akan Pak Amri memang telah berjasa besar. Baik bagi kantor ataupun bagi mereka masing-masing.
Tentu ... ini dipengaruhi juga oleh hasil kerja keras Pak Amri sebagai senior di perusahaan tersebut yang telah mengabdi bertahun-tahun.
Pak Amri menyampaikan sebuah pidato manis yang berisikan motivasi dan rasa syukurnya atas apa yang terjadi hari ini. Pidato itu lantas ditutup dengan tepuk tangan yang meriah.
"Pak Amri, nggak kerasa ya ... sekarang sudah jadi Boss Amri," tutur salah satu kawannya.
"Ah, Mas Azis bisa saja," balas Pak Amri dengan senyuman tipis.
Perhatian Pak Amri tiba-tiba teralihkan pada ponsel yang bergetar di saku celananya. Bergegas dia mengeluarkan ponsel, meletakkan bunga yang diberikan para karyawan padanya ke atas meja.
"Ayah, jangan lupa hari ini! Harus ada badut ya!"
Kira-kira itu isi pesan yang terlihat ketika Pak Amri membuka ponselnya. Pak Amri tersenyum hangat mendengar isi pesan tersebut.
"Iya, ayah juga nggak lupa kok. Nanti pulangnya Ayah bawa sesuatu juga buat Andin," balas Pak Amri. Menutup pembicaraan singkat mereka.
Naik pangkat tepat di hari ulang tahun anaknya ... tak heran Pak Amri merasa sangat bahagia di satu hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Book of Dementia
Horror[DESKRIPSI] Ebook kumpulan fiksi singkat mengenai berbagai keanehan. Kisah mengenai tragedi tanda tanya yang tak kunjung temui jawaban pasti. Terkadang kita cenderung tak acuh akan kejadian-kejadian yang tak masuk akal itu. Maka yang menjadi pertan...