01 : Pernyataan Ayah

371 32 5
                                    

Pernikahan merupakan sesuatu impian yang ingin Doyoung laksanakan bersama pasangannya nanti di masa depan. Yang mencintainya setulus hati, menyayanginya seperti sang ayah menyayanginya.

Semua impian itu mendadak hancur ketika ayahnya sendiri malah mengatakan bahwa setelah tiga tahun kakak Doyoung menikah, kini giliran ia yang harus menikah. Ya, menikah.

Bukan dengan lelaki pilihannya sendiri, melainkan lelaki pilihan ayahnya.

Ibu Doyoung tidak bisa membantah ketika sang suami sudah menjabarkan alasan mengapa ia menjodohkan anak tengah mereka.

Malam setelah ayah memberitahu Doyoung tentang perjodohannya itu, ia menangis di kamarnya sampai sang adik, Minjeong, datang untuk menenangkannya sampai ia tertidur pulas.

Ia harus siap karena besok merupakan pertemuannya dengan calon suaminya, ya, bisa dibilang begitu.


. . .

Pandangan Doyoung sangat kosong dengan kantong mata yang sangat nampak. Ia memandangi keluar mobil, tidak ingin menatap ayah dan ibunya. Jemari lentik itu menggenggam tangan mungil sang adik.

"I'm sorry, kakak. aku ga bisa bantu apa-apa." bisik Minjeong saat ia memeluk Doyoung.

. . .


Mobil putih milik keluarga Kim telah tiba di tempat yang menjadi tempat pertemuan dua keluarga tersebut.

Ketika pelayan mengarahkan mereka sekeluarga untuk menuju meja reservasi, Doyoung sekilas melirik lelaki yang sepertinya akan menjadi calonnya.

Ia rasanya kembali ingin menangis saat itu juga.

Untuk hari itu ia membenci ayahnya. Sangat.

. . .


"Mungkin bisa kita laksanakan tahun depan saja, bagaimana?" Ayah Kim menyesap minumannya sebelum berucap demikian.

"Iya, tidak usah terburu-buru ya sepertinya, Jaehyun baru saya pindah tugaskan ke kantor pusat juga. Supaya dia bisa fokus mengurus perusahaan dulu." ujar Ayah Jung.

Doyoung menghela napasnya. Merasa seperti sudah tidak dianggap di sini. Tidak diberi kesempatan untuk berpendapat apalagi berbicara. Rasanya sudah percuma.

Pandangannya terarah ke arah lelaki yang duduk di hadapannya. Untuk beberapa sekon mata mereka saling pertatapan lalu Doyoung memilih untuk memalingkan wajahnya ke arah sang adik.

"Aku mau ke belakang, sebentar aja."

Minjeong mengangguk, lalu Doyoung pergi dari sana. Disusul dengan jaehyun sendiri yang entah mengapa ia malah ikut bangkit.

"Saya izin pergi ke belakang." Ia pergi berjalan cepat menghampiri Doyoung.

"Hei, tunggu!"

"Kim!"

Ketika sampai di daerah belakang tempat ini, Doyoung diam tidak berbalik. "Ada apa?"

"Saya mau bicara sebentar soal—"

"Soal perjodohan?"

"—iya, Doyoung."

Kini tubuh Doyoung berbalik menghadap lawan bicaranya.

Ia akui Jung Jaehyun yang akan menjadi calonnya ini tidak terlalu buruk secara fisik, dan juga ia merupakan pria yang matang di usianya. Apalagi ia berasal dari keluarga kaya raya yang sudah bisa dipastikan jika Doyoung benar-benar menikah dengannya, hidupnya sudah terjamin.

"Kamu terima kita dijodohin gini?" Jaehyun masih diam, "Atau kamu nyamperin ke sini mau ajak kerjasama untuk batalin ini semua?"

Jaehyun sedikit terbelalak, ia makin dibuat diam dengan lanjutan kalimat lawan bicaranya, "Aku siap, aku siap bantu kamu untuk batalin perjodohan kita, Jaehyun."

Wanting You StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang