Mark
Herin
Malam ini ia masih terjaga seperti biasanya, bersenandung dengan suara pelan bersama gitarnya. Sesekali jemarinya menari pada lembaran kertas di notesnya, menuliskan rangkaian kata buah dari pikirannya. Ketika sibuk dengan jadwalnya, ia sering membayangkan betapa menyenangkannya memiliki beberapa hari libur yang dapat digunakan untuk bersantai seharian tanpa melakukan apapun. Pada kenyataannya, hari tanpa schedule justru lebih menyiksanya dibandingkan 48 jam tanpa tidur yang pernah ia rasakan tahun lalu karena terlalu sibuk tampil dan berlatih.Lelaki bersurai hitam itu mengambil telepon genggamnya, menekan angka 3 yang sejak dulu sudah menjadi speed dial-nya, bahkan ketika ia sudah mengganti nomornya berkali kali. Mengapa nomor 3? tentunya karena nomor 1 telah diisi oleh ibunya, nomor 2 leadernya, dan nomor 3 adalah perempuan itu. Dunianya. Dunia yang nyaman, tempat di mana ia tak perlu mengkhawatirkan apapun, tanpa tanggung jawab atas pekerjaannya yang telah ia emban sejak kecil, dan tanpa kepura-puraan bahwa semuanya baik-baik saja agar orang tuanya yang berjarak 8.154 kilometer dari tempatnya berdiri tidak perlu mengkhawatirkan dirinya berlebihan.
Apa pula yang ia harapkan, ia tahu perempuan itu sudah tidak menggunakan lagi nomor Korea-nya karena telah kembali ke kota kelahirannya. Menghubungi lewat instagram mungkin akan lebih mudah dan sederhana, tapi ia terlalu pengecut untuk melakukan itu. Ia sudah berusaha untuk merelakannya pergi, tapi ketika kepalanya terasa ingin meledak, maka ia akan kembali menemukan dirinya menghubungi nomor itu, nomor seseorang yang telah ia hafal di luar kepala. Speed-dialnya.
Herin Seo. Dari vlog terakhir dan update instagramnya, ia tahu bahwa saat ini perempuan itu sedang melanjutkan pendidikannya. Sekali lagi dengan berani berpindah kota untuk mewujudkan mimpinya.
Perbedaan waktu London dan Seoul adalah 8 jam. Mereka sudah tinggal di dunia berbeda, kenyataan itu seharusnya cukup menjelaskan bahwa mereka tidak mungkin kembali bersama. Tapi untuk kali ini saja ia berharap mendapatkan secercah keajaiban, sebagai tanda untuknya berjuang sekali lagi, melawan malam-malam kesepian dan kesendiriannya.
Lelaki itu terlalu sibuk bergelut dengan pikirannya sendiri, tanpa menyadari bahwa panggilan telepon yang ia lakukan sudah tersambung sejak tadi, menunggu empunya memberikan jawaban. Ia terbangun dari lamunan panjangnya ketika mendengar suara di ujung sana,
"Hello"
"Herin?"
"Mark Lee, is that you?"
KAMU SEDANG MEMBACA
K-Idols Random Oneshot
Fanfiction- bxg pairings - different type of writings - written in English and Indonesian thank you for reading✨