Chenle
Ningning
Chenle sudah memutuskan bahwa hari ini ia tidak akan melakukan apapun. Sekarang pukul 10.00 dan ia masih berbaring di tempat tidurnya yang hangat sambil bermain game bersama member lain yang saat ini berada di dorm. Fokusnya terpecah ketika ia mendengar bel rumahnya berbunyi, berat sekali untuk bangkit, ia bersumpah jika yang datang salah satu member groupnya maka mereka akan mendapatkan ocehannya tanpa henti.
Dengan berat hati ia berjalan keluar kamar, masih berusaha fokus pada layar handphonenya. Pandangannya teralih pada intercom yang berada di ruang tamu. Ternyata yang datang bukan salah satu member, pengantar makanan atau keluarganya. Di layar muncul rekaman perempuan berambut coklat karamel, kepalanya tertutup beanie dan masker hitamnya hampir menutupi sebagian besar wajahnya. Walau ekspresinya nyaris tidak terlihat, Chenle tahu perempuan itu sedang tidak baik-baik saja. Ia selalu tahu.
Chenle mematikan game dan melepas airpodsnya, tak peduli walaupun ia sedang di tengah pertandingan dan membernya berteriak-teriak marah. Saat ini ia sudah berdiri di belakang pintu, tangannya berada di kenop pintu, tapi ia terhenti dan mengambil nafas panjang sebelum menyambut gadis itu di kediamannya.
Ningning ada di sana, berdiri menatap sendu ke arah sisa salju semalam yang sudah mencair di halaman rumah Chenle.
"Bagus lo Ning, seminggu nggak ada bales chat gue atau angkat telepon sekarang tiba-tiba muncul depan rumah orang."
"Sorry Le, gue lagi kacau banget."Gadis itu terkejut tapi tetap berusaha menjaga nada bicaranya agar tidak terdengar mengkhawatirkan.
"Forgiven, ayo masuk, gue nggak mau lo ngebeku di luar."
"Siap tuan muda."Ningning duduk di sofa, terasa canggung, ia belum pernah datang sebelumnya walaupun berkali-kali diundang. Hari ini ia memberanikan diri bertanya pada Jisung agar bisa datang ke sini. Chenle sedang menyiapkan 2 ramyeon dan juga teh hangat di dapur, berusaha secepat mungkin menyelesaikan semuanya. Dalam hati merutuk karena di hari penting ini ia masih mengenakan kaos polos dan celana tidurnya.
"Jangan geer dulu, gue belum makan dan kebetulan lo dateng jadi sekalian aja bikin dua."
"Iyaaa, gue tau ko." jawab Ningning sambil tersenyum kecil. Chenle memang selalu begitu. Mereka menghabiskan ramyeon dalam diam, Chenle beberapa kali mencuri pandang, memastikan bahwa gadis itu masih di sana."Gue pengen pulang, Le."
"Lo baru aja dateng masa mau pulang lagi, makanan lo aja belum abis, santai aja nanti baliknya gue anter."
"Bukan pulang ke dorm, gue pengen pulang ke rumah.. Gue cape banget di sini.."Chenle terdiam sebentar, ia tahu percakapan serius ini cepat atau lambat akan terjadi. Ningning adalah salah satu perempuan terkuat yang ia kenal, sudah banyak yang dilaluinya sejak menginjakkan kaki di Korea, tapi ia tetap ceria dan hampir tidak pernah terlihat murung. Perasaan Chenle saat ini campur aduk, ia marah sekaligus sedih, ia tidak pernah melihat Ningning serapuh ini. Tidak ketika teman-temannya meninggalkannya, tidak ketika debutnya ditunda, tidak ketika ia belum bisa pulang karena pandemi, tidak semuanya.
"My good never good enough, Le, semua yang gue lakuin sekarang selalu salah. Gue kacau. Gue nggak tau harus gimana lagi.."
Pertahanannya runtuh, Ningning menangis sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan, suaranya terdengar begitu menyakitkan. Ia bercerita sedikit demi sedikit apa yang dialaminya akhir-akhir ini, tekanan yang ia terima dari banyak pihak, antis yang menyerangnya tanpa henti, media yang memicu api kebencian, semua bertumpuk jadi satu seperti tak mengizinkannya untuk bernafas sebentar saja.
Chenle tak bisa menahan diri lagi, ia membawa gadis itu ke pelukannya, mengusap punggungnya yang masih berguncang pelan, berusaha mengalirkan sedikit kekuatan.
"Ning, you know I'm not good at words, but I know this too shall pass, you're the strongest, you're loved, you're talented, you're enough. I've always got your back, remember? everything will be alright."
Di tengah musim dingin yang sebentar lagi berganti, teh yang belum tersentuh, dan televisi yang menyala. Chenle dan Ningning mempererat pelukan mereka, mengalirkan rasa hangat tidak hanya di tubuh tapi juga di hati keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
K-Idols Random Oneshot
Fiksi Penggemar- bxg pairings - different type of writings - written in English and Indonesian thank you for reading✨