Satu minggu pasca kecelakaan.
Nayra dijemput oleh driver ojek online yang sudah dipesan Adam untuknya. Nayra mendapatkan jadwal kontrol ke rumah sakit untuk matanya, dikhawatirkan ada efek pasca kecelakaan. mata kanannya ditutup menggunakan eye patch untuk menutupi matanya yang berwarna merah.
Nayra segera melakukan pendaftaran yang sebelumnya sudah diberikan pengarahan oleh Adam, semua dilakukan Adam untuk memberi pengetahuan kepada Nayra.
Di rumah sakit mata kanannya berkedut untuk yang pertama kali, pandangannya teralihkan kepada wanita yang terlihat pucat, Nayra mempersilahkannya duduk di kursinya. Nayra memilih berdiri tepat di samping wanita pucat itu, Nayra asyik memainkan game pada ponsel baru pemberian Adam.
Seorang laki-laki sebayanya menyenggol pundaknya tanpa minta maaf lalu duduk di kursi miliknya tadi.
[Eh, ke mana ibu tadi?] Nayra hanya melirik kesal kepada pemuda itu lalu pergi dari sana karena namanya disebut petugas pendaftaran.
Nayra berjalan ke arah poli mata yang berada di lantai dua setelah mendaftarkan diri barusan, Nayra duduk kembali tepat di ruang tunggu poli mata sebelum namanya dipanggil lagi. Pasien mata cukup banyak karena melihat kursi di bagian tunggu yang penuh terisi.
Mata Nayra kembali berkedut diiringi leher belakang yang terasa dingin, ia merasa ada yang menyentuh bahunya, Nayra melirik dengan ekor matanya terlihat tangan kusam menyentuh bahunya.
Jantung Nayra berdegup kencang karena pikirannya berpikir yang bukan-bukan, Nayra mengikuti setiap inci tangan tersebut, kepalanya sampai mendongak ke atas dan ternyata wanita pucat tadi yang berdiri tepat di belakangnya dengan mata yang menakutkan.
Nayra bangkit dari duduknya karena terkejut, di barengi seorang suster yang memanggil namanya, dengan segera Nayra masuk ke dalam ruangan tanpa menoleh lagi ke belakang. Napasnya terengah-engah karena rasa takut.
"Ada apa, Nayra?" tanya Adam yang melihat Nayra berwajah pucat.
"Tidak apa-apa." Nayra mencoba tersenyum.
"Duduklah."
Adam mempersilahkan Nayra duduk dihadapannya dengan senter kecil ditangannya.
Nayra berjalan perlahan dan duduk ditempat yang diminta Adam, kedua tangannya meremas karena masih takut.
Adam memeriksa mata Nayra membandingkan yang kanan dengan yang kiri.
"Bulan depan kita akan berangkat ke Singapura, kita ada janji dengan Dokter mata di sana," ucap Adam.
Nayra mengangguk pelan, hatinya menyimpan kata yang tak bisa ia ungkapkan. Kenapa Adam begitu baik padanya, padahal ia hanya orang asing bagi Adam.
"Sekarang apa yang kamu rasakan, Apa ada keanehan pada matamu?" tanya Adam membuyarkan lamunannya.
"Tadi, mata Nayra berkedut dua kali, Om, tapi tidak sakit."
Adam mengerutkan alisnya karena tidak ada kejanggalan lain pada mata Nayra, mata itu masih sama seperti dilihatnya waktu pertama kali.
"Jika terjadi lagi, beri tahu om secepatnya."
Saat Nayra keluar dari ruangan Adam, wanita pucat tadi masih berdiri ditempat yang sama, sekarang kursi itu diduduki pemuda tadi.
Pemuda itu memandang Nayra dengan tatapan yang dingin, Nayra memutar bola matanya menghindari kontak langsung dengannya kemudian meninggalkan rumah sakit dengan driver online yang sudah Adam pesan kembali.
Malam harinya saat Nayra sendirian di rumah, ia sedang menonton TV bersama kucing milik Adam yang bernama Zeki, kucing belang tiga itu duduk nyaman dipangkuannya.
Matanya kembali berkedut sehingga Nayra menahan matanya dengan tangan. Kedutan seiring dengan detak jantungnya, terasa sangat ngilu ketika denyutan di matanya muncul. Ia melihat jam pada ponselnya, sekarang sudah jam 20.30 tapi kenapa Adam belum juga kembali, seharusnya Adam sudah kembali tiga puluh menit yang lalu, bertambahlah rasa khawatir Nayra. Ia kembali menonton tv agar dengan sesekali melihat jam.
Pandangannya beralih ketika terdengar suara ketukan di pintu. Nayra sempat berpikir kalau itu adalah Adam. Namun ia heran kenapa itu suara ketukan, seumpama itu Adam kenapa mengetuk pintu, Adam bisa saja langsung masuk. Tetapi jika itu bukan Adam seharusnya bunyi bel yang terpasang di pagar, berarti orang itu sudah masuk ke dalam pekarangannya.
Ketukan kedua kini terdengar lagi dari luar, membuat Nayra bangkit dari duduknya dan melangkah mendekati pintu.
Matanya berkedut sangat cepat, membuatnya tidak nyaman. Nayra tidak berani membuka pintunya bahkan membuka suara hanya untuk bertanya 'siapa?' ia tak berani Karena orang di luar sana tak memberi salam ketika mengetuk pintu.
Nayra berdiri di balik pintu menahan napasnya, ia terperanjat mendengar ketukan yang ketiga karena begitu terasa di telinganya yang sensitif akan suara, lagi pula ada suara lain di sana.
Nayra menempelkan telinganya ke pintu, ia mendengar suara napas yang tersengal-sengal, ia semakin heran kenapa bisa mendengar napas seseorang di balik pintu yang begitu tebal, tubuhnya gemetar, bulu kuduk pun merinding, serasa ada yang meniup ke arahnya.
Ketukan pintu berubah menjadi suara bel yang terpasang di pagar rumahnya, dengan langkah berat, Nayra mengintip jendela tepat di samping pintu, meski tak berani ia harus memastikan siapa yang berada di luar, anehnya tidak ada siapa pun di luar sana.
Suara bel kedua berbunyi lagi, tapi tak terlihat siapa yang menekan bel dari pagar rumahnya, Mata Nayra yang berkedut masih mengintip dari jendela, menyelusuri bagian luar pagar.
Jantung Nayra terasa berhenti berdetak, ketika melihat sosok wanita berdiri di luar pagar sedang tersenyum padanya dengan kepala yang miring ke kiri, wajahnya pucat matanya besar dengan kantung matanya yang hitam.
Nayra segera menutup jendela dengan rapat dan mengecek ulang pintu memastikan sudah terkunci kemudian berlari ke kamarnya sambil membawa zeki.
Dengan cepat Nayra menaiki anak tangga, ia sempat terpeleset sehingga kakinya terbentuk, dengan rasa sakit, takut jadi satu Nayra segera bangkit.
Nayra menutup pintu kamarnya kemudian melompat ke atas ranjang dan menutupi tubuhnya dengan selimut sambil memeluk Zeki.
Nayra mencoba menghubungi Adam, namun tidak di angkat, tubuhnya gemetar dengan jantung berdegup kencang, bersembunyi di balik selimut, Zeki meronta berusaha keluar dari selimut.
Terdengar suara decitan pintu kamarnya, mata Nayra melebar kemudian menahan napas, ia pun menutup mulutnya dengan tangan. Zeki yang melompat keluar dari selimut, menambah rasa ketakutan pada Nayra.
Selimut yang menutupi tubuhnya sedikit demi sedikit merosot ke kakinya seakan ada yang sedang menariknya. Nayra menjerit dalam diam, rasa ketakutannya hingga naik ke ubun-ubun. Ia memejamkan mata dan menggigit kepalan tangannya.
Nayra berucap di hatinya, memohon Adam segera pulang dan menolongnya. Selimut Nayra berhenti di atas pinggangnya, jelas memperlihatkan Nayra yang meringkuk.
Nayra merasa ada seseorang yang sedang menekan ranjangnya, membuat tubuh Nayra terguncang pelan, Nayra semakin kencang mengigit lengannya dan terdengar suara samar-samar yang menyebut namanya.
"Nay, Nayra, kamu sudah tidur?"
KAMU SEDANG MEMBACA
NETRA MERAH
HorrorBagaimana jadinya pasca kecelakaan telah merubah hidupnya. Kecelakaan yang menimpanya empat tahun lalu membuka mata batinnya untuk melihat yang tidak seharusnya Nayra lihat. Mata yang sebelumnya berwarna hitam kini berubah merah. Matanya berkedut se...