BAB 2. Paper Heart

61 19 65
                                    


"I feel it burnin', won't you let me out and set me free again?"

-Mikha-

Pelajaran klise dalam bab romansa memang selalu tentang meninggalkan atau ditinggalkan. Kita semua tahu siklus itu. Tapi rasanya candu. Kita selalu siap jatuh cinta tapi kita tak pernah siap akan konsekuensinya, patah hati. Begitu juga dengan Dinara. Ia menyandarkan tubuhnya ke pohon bringin dekat danau di belakang lab elektro menunggu seseorang yang tak layak ditunggu. Isi kepalanya berlari kesana kemari memutar obrolan panjang bersama sahabatnya minggu lalu, isi kepalanya berharap diberi arahan oleh pemiliknya.

"Din, rongsokan tuh ya dibuang. Ngapain masih disimpan sih?" ucap Riska sambil menangkupkan tangannya di pipi Dinara.

Rani menoyor jidat Riska, "Ya maneh ngga pernah pacaran seumur hidup, Ris. Mana tahu rasanya pacaran tiga tahun dari jaman masih jadi mahasiswa baru terus tiba-tiba dia selingkuh. Padahal kemarin masih nonton bareng"

"Maneh ngomong dong Ko sebagai cowok. Diam-diam bae maneh!" sambung Rani kesal, Eko hanya meringis bingung harus berkomentar apa karena di mata Rani ia selalu salah. Bahkan sekedar untuk bernapas.

"Ih ya emang, mana urang tahu rasanya kaya gimana. Urang bukan maneh yang udah pacaran dari jaman SMP. Tapi kan realistis lah Ran. Terus tahu dia selingkuh masih tetap dimaklumi aja?"

"Pokoknya maneh harus putus Din. Tama tuh ganteng standar, suka ngatur-ngatur, modal pinter sama anak band doang. Pinter sih pinter tapi jangan kelewat pinter juga dong selingkuhnya. 1,5 tahun selingkuh ngga ketahuan maneh Din. Gila ya tuh orang!" tambah Riska sambil menyilangkan tangannya di dada.

"Jangan ih sayang tiga tahun loh Din, kalian tuh pasangan ideal. Jarang-jarang kan anak kimia sama anak teknik pacaran. Biasanya sama anak informatika mulu bosen banget anjir manusia-manusia no life mereka tuh" ucap Rani ketus sambil melirik Eko.

"Tuh kan, kena lagi urang" celetuk Eko sambil menekan kuat stik gamenya.

"Mereka harus putus Ran!"

"Ish! Riska. Tapi ya siapa sih yang ngga mau sama Kak Tama?"

"Kak...kak emang dia kakak maneh?" tanya Eko mengejek.

"Ini nih Din, model-model sahabat yang bakal nikung" celetuk Riska sambil menoyor balik kepala Rani.

Hani geleng-geleng kepala melihat kelakuan Rani dan Riska yang malah heboh berdebat sementara Eko sibuk bermain game di ruang tamu. Dinara sendiri menutup wajah dan kepalanya dengan selimut enggan berkomentar. Isi kepalanya sudah cukup semrawut untuk mendengarkan perdebatan Rani dan Riska.

Hani duduk di samping Dinara, "Din, I don't care about you listen to me or not but a toxic relationship will never work. One way that you can do is to get out from it. Temuin Tama ajak ngobrol, tanya alasan dia selingkuh itu apa. Kalau alasannya buat kamu mempertanyakan kelayakan diri kamu sebagai manusia, kamu tahu keputusan apa yang harus kamu ambil"

Hani benar. Pilihannya dari awal hanya dua, ditinggalkan atau meninggalkan bukan?

Dari tempat Dinara berdiri terlihat Tama berlari kecil menghindari gerimis tipis seperti tepung, "Hai Din...Sorry sedikit telat. Mas baru selesai ngajar di lab konvergen. Kayaknya semester depan mas mau fokus ngurus tugas akhir aja deh ngga akan jadi asistan lab. Cape banget rasanya jadi koordinator aslab soalnya mas harus ngaslab sampai jam 9 malam terus ngurus 7 lab lain juga" mendengar celotehan Tama, Dinara menaikkan sudut bibirnya lalu tertawa kecil sambil menghembuskan napas kasar dan mengumpat "Ah bacot...Dasar bajingan"

Weak TiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang