★̲ 𓈒 ⌕ 01 ⊹ SdV જ

145 25 6
                                    

ㅤ      

           
       
"Kenapa kepo banget?" —

✮✮✮

"Telat pertama kali 'ya? Tulis nama terus sama kelasnya juga." Seksi kedisiplinan dari Anggota OSIS memberikan arahan agar Sadana menuliskan namanya di atas buku akuntansi yang dijadikan sebagai daftar nama-nama murid yang terlambat datang ke sekolah.

Sadana, remaja putra 17 tahun dengan proporsi tubuh standar layaknya remaja pada umumnya itu memberikan buku akuntansi nya kembali kepada seksi kedisiplinan dengan tenang setelah dirinya selesai menuliskan nama serta kelasnya.

"Oke, kayaknya yang telat cuman lo sendiri dan paling gue kasih hukuman hormat bendera atau nulis satu lembar." Ini malah seksi kedisiplinannya yang bingung, lagian tumben banget yang telat cuman satu orang biasanya juga bisa sampai 10 murid.

"Permisi Kak!" Sapaan terdengar dari indra pendengaran ketiga orang sana. Terlihat seorang siswi yang berjalan ngos-ngosan ke sebelah Sadana.

"Davisha, dari mana aja Dek bisa telat?" Tanya sang seksi kedisiplinan kepada seorang siswi manis yang disapa 'Davisha' tadi.

Davisha terkekeh sedikit, "Tadi telat bangun Kak, maaf banget."

"Jangan diulangin lagi yah, tulis nama lo dulu sini."

Kakak kelas yang satunya berucap. "Nah, kebetulan kalian berdua doang yang telat jadi hukumannya kalian nyapu daun-daun kering yang ada di lapangan upacara aja 'ya. Nanti kalau udah jam kedua, gue samperin kalian lagi."

Dua eksistensi itu saling diam satu sama lain di lapangan upacara. Yang terdengar hanya suara gesekan yang tertimbul dari tabrakan antara ujung ijuk dan aspal yang bising.

Sudah hampir rapih, Davisha menyapu dedaunan kering yang terakhirnya. Sementara Sadana membantu mengangkut dedaunan kering dengan pengki lalu memasukkannya kedalam tong sampah.

Sadana masih fokus dengan mulut bungkam. Dengan tiba-tiba suara terdengar dari netra telinganya. Suara lembut dan ramah seorang gadis. "Hai, nama kamu siapa?"

Davisha memulai basa-basi, soalnya cewek itu ngerasa kalau keadaan mereka berdua itu senyap banget. Davisha emang nggak bisa kalau harus diem-dieman sama seseorang.

"Sadana." Pemuda itu menjawab dengan suara pelan.

Davisha yang denger malah ngerasa kurang puas sama jawaban pemuda itu. Dirinya berniat untuk melempar pertanyaan lagi kepada Sadana, kalau bisa sampai dapet nomor WhatsApp nya.

"Sadana kelas berapa?"

"Kelas 11."

"Kamu jurusan apa?"

"MIPA."

"Kok aku jarang ngeliat rupamu, kamu deket sama siapa di sekolah ini?"

Sadana menaikkan satu alisnya, kenapa ini cewek tiba-tiba nanya begitu? Kok kepo banget deh. Lagian kenapa dia nanya Sadana ini deketnya sama siapa di sekolah.

Davisha yang akhirnya sadar kalau pertanyaanya agak freak berniat menambahkan suaranya guna menjelaskan maksud pertanyaanya. Namun sapaan terdengar dari suara kakak kelas yang termasuk seksi kedisiplinan terdengar.

Sadana dan VishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang