PERTEMUAN

28.6K 409 2
                                    

Bagas POV ---

Hari itu seperti biasa, selepas pulang dari sekolah, Bagas langsung melepas seragamnya dan berganti baju yang biasa dia pakai untuk bekerja sebagai kuli angkut. Terlihat tubuhnya yang atletis dibalut dengan kulit yang gelap karena sering terpapar sinar matahari. Meskipun terlihat kurang terawat namun Bagas terlihat cukup goodlooking sebagai seorang kuli angkut pasar. Dia memiliki tinggi 180cm dan tubuh atletis yang akan membuat siapa saja menoleh saat berpapasan dengannya. Setelah cukup lama membuka lemari akhirnya dia menemukan kaos singlet dan celana pendek yang biasa dia gunakan untuk aktifitasnya sebagai kuli angkut. Tidak lupa Bagas mengambil topi dan handuk.

Setelah selesai ganti baju, Bagas langsung keluar kamar, dia bertemu adiknya yang bernama Tiara. Tiara adalah adik perempuan Bagas, saat ini dia duduk di kelas 9 SMP. Baik Bagas dan tiara sama-sama tengah bingung memikirkan uang sekolah yg menunggak, terlebih lagi Tiara akan segera lulus SMP dan bingung akan melanjutkan bersekolah dimana.

Saat berpapasan dengan Bagas, Tiara saat itu hendak meminta uang kepada bagas untuk membeli kebutuhan dapur yang telah habis.

"Mas, ada uang gak? Aku mau beli cabe, bawang sama garem nih, di dapur udah abis", kata Tiara sambil menengadahkan tangannya.

" Ada. Butuh berapa emang?" Kata Bagas sambil merogohkan tangannya ke dalam saku untuk mengambil uang.

"25 ribu aja mas, nanti kalo ada kembaliannya kan juga tak kasih kamu lagi." Kata Tiara.

"Ini dek, tak kasih lebih. Jaga² kalo nanti Zaki pingin jajan." Sambil memberikan uang 30 ribu kepada Tiara.

Bagas tahu kalau Zaki pasti akan ikut Tiara ke warung, dan terkadang minta jajan. Maklum saja, Zaki memang masih kecil. Dia adalah adik bungsu Bagas, saat ini Zaki masih kelas 2 SD. Maka tidak heran kalau dia suka ikut kemana kakaknya pergi.

"Ma kasih mas, nanti kalo udah pulang tak masakin yg enak deh." Kata Tiara sambil tersenyum dan berlari ke depan rumah.

"Ati-ati, Zaki diawasin lho ya." Sambil agak berteriak karena Tiara dan Zaki sudah gak jauh.

Singkat waktu, Bagas pun tiba di pasar. Dia disambut beberapa kuli panggul lain yang semua sudah bapak-bapak. Hanya Bagas sendiri yang masih remaja di situ. Meskipun demikian obrolan mereka tetap nyambung. Tak lama setelah itu satu per satu dari mereka mulai mendapat orang yang ingin barang-barangnya diangkutkan. Hanya tersisa Bagas dan dua orang kuli lain yg masih di situ. Pada saat itu salah satu kuli tiba-tiba berkata pada Bagas. Kuli itu bernama pak Rahmat.

"Kasian banget idupmu gas, masih muda tapi udah harus jadi tulang punggung." Pak Rahmat berkata sambil menepuk pundak Bagas.

Bagas pun menanggapinya dengan nada santai sambil memandang lurus ke depan, "Ya mau gimana lagi pak, udah takdirnya kayak gini. Yang penting disyukuri aja lah."

"Kalo aja ada orang kaya yang mau ngadopsi kamu kayak di nsinetron-sinetron itu." Kata pak Rahmat dengan nada bercanda.

"Ya mana ada pak. Ituka cuma sinetron." Sambil tertawa, Bagas pun menanggapi candaan pak Ridwan.

Tak berapa lama, datang seorang bapak-bapak menghampiri mereka. Dari kelihatannya dia berumur antara 40-45 tahun. Badanya tinggi dan terlihat berisi untuk ukuran orang seumurannya.

"Mas bisa angkutin belanjaan istri saya?" Bapak itu bertanya sambil memandangi Bagas.

Sambil beranjak berdiri, Bagas pun menjawab, "Bisa pak, dimana barangnya?"

"Di sebelah sana mas." Sambil menunjuk istrinya yang sedang membayar belanjaannya.

Terlihat barang yang diborong istrinya memang sangat banyak. Wajar saja jika bapak ini butuh jasa kuli panggul.

Sambil berjalan menjuru arang istri bapak ini, mereka pun sempat ngobrol sebentar. Dari obrolan itu, Bagas tahu untuk apa barang belanjaan ini akan diperuntukan untuk apa. Ternyata pasangan ini hendak merayakan acara ulang tahun untuk anak tunggal mereka. Mereka memilih belanja di pasar tradisional karena harganya lebih murah, meskipun dari penampilan mereka dapat dilihat kalo mereka sebenarnya mampu belanja di supermarket. Pasangan ini sangat baik dan ramah kepada Bagas. Bahkan setelah tugasnya selesai, mereka mengajak Bagas untuk ikut makan di warung makan yang tak jauh dari pasar itu.

Bagas awalnya menolak, namun karena dipaksa dan blm dibayar, maka dia mau tidak mau ikut ke warung tersebut. Di situ merekapun mulai berkenalan. Ternyata nama bapak itu adalah Yogi, sedangkan istrinya bernama Yulia. Mereka terus bercerita panjang lebar hingga Bagas pun tahu kalau mereka awalnya bukan orang kaya. Mereka merintis usaha mereka dari yang awalnya gerobak dorong, sekarang sudah punya banyak restoran, cafe, bahkan toko perhiasan.

Setelah mereka bercerita panjang lebar, tiba di suatu momen, dimana pak Yogi menanyakan kenapa Bagas bisa jadi seorang kuli panggul. Bagas pun mau tidak mau menceritakan kisah hidupnya. Bagas kehilangan ibunya beberapa minggu setelah melahirkan Zaki. Sedangkan ayahnya meninggal 3 tahun lalu. Dari situlah Bagas bertekat untuk menghidupi kedua adiknya, karena Bagas dan kedua adiknya juga tidak memiliki sanak saudara lain. Terkadang malah tetangga sekitar mereka yang membantu kehidupan mereka bertiga.

Mendengar cerita bagas, bu Yulia sampai berkaca-kaca dibuatnya. Kemudian pak Yogi pun menatap bu Yulia, mengetahui istrinya berkaca-kaca, pak Yogi mengusap pipi istrinya dan membisikan sesuatu. Terlihat bu Yulia menganggukkan kepala seolah setuju dengan apa yang suaminya sampaikan.

Saat hendak membayar jasa Bagas, pak Yogi juga memberikan kartu namanya kepada Bagas. Tak lupa pak Yogi juga menanyakan alamat rumahnya. Melihat hal itu, Bagas pun merasa sedikit bingung, apalagi jumlah uang yang diberikan padanya juga melebihi dari harga jasa angkutnya selama ini.

Pak Yogi POV ---

Hari itu istrinya berencana berbelanja untuk keperluan ulang tahun anak mereka. Dia pun mau tidak mau menurut saja untuk ikut menemani belanja.

Setelah cukup lama memutari pasar, pak Yogi pun mulai kecapean. Dia berencana menyewa jasa kuli panggul yang biasanya ada di pasar-pasar tradisional. Sebelum mencari dia terlebih dulu bilang ke istrinya untuk mencari kuli. Saat sedang mencari kuli, matanya tanpa sengaja melihat seorang pemuda yang cukup tampan duduk diantara dua kuli yang sudah agak tua. Seketika itu pula ia langsung menghampiri dan menawarkan pekerjaan angkut padanya. Selama bersamanya dia malah lebih memperhatikan kuli itu daripada sang istri.

Setelah selesai berbelanja, dia tanpa ragu menawarkan kuli muda ini untuk ikut makan bersama dia dan istrinya. Awalnya kuli ini menolak, namu karena bayarannya belum diberikan, akhirnya kuli itu pun mau ikut.

Selama di warung makan dia dan istrinya terus bercerita mengenai kisah mereka berdua, hingga akhirnya ada sebuah kesempatan pak Yogi untuk menanyakan kehidupan kuli itu. Dia baru tau kalau namanya Bagas. Dia juga baru mengetahui alasan Bagas jadi seorang kuli. Melihat istrinya terbawa suasana cerita Bagas, pak Yogi pun memanfaatkannya untuk menjerat Bagas dalam genggamannya. Memang sejak awal dia sudah terpikat dengan penampilan Bagas yang terlihat tampan. Dia pun mulai berbisik pada istrinya. Dia mengusulkan untuk mengadopsi saja Bagas dan kedua adiknya karena merasa kasihan. Istrinya pun setuju.

Setelah itu pak Yogi memberikan uang untuk membayar jasa Bagas. Tidak lupa dia memberikan kartu namanya dan menanyakan alamat rumah Bagas. Bagas terlihat kebingungan namun menerima saja.

Selama perjalanan pulang, pak Yogi terus menerus memikirkan Bagas. Dia ingin sekali Bagas berada dalam genggamannya bagaimanapun caranya. Dia terus memikirkan bagaimana membuat Bagas tunduk padanya dan tidak akan pernah bisa pergi darinya.

- Bagaimana kelanjutan kisah Bagas dan pak Yogi? Apakah rencana pak Yogi akan bisa dilakukan? Ikuti terus kelanjutan kisah Bagas -

Kisah Anak AngkatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang