- Part 2

174 139 112
                                    

1 jam sebelumnya...

"Kak! Kak Gery! Berenti."

Arkan menepuk-nepuk pundak sekretarisnya. Menyuruhnya untuk menepikan mobil. Berkas jadwal hari ini yang ada di tangan Arkan, langsung ia letakkan di atas dashboard mobil. Matanya menatap jeli dari dalam mobil, ada sosok yang menarik perhatiannya.

Gadis dengan rambut sebahu, dan setelan gaun berwarna buah persik itu, sedang merajuk. Mukanya memasang wajah kesal, tapi entah mengapa itu sangat menggemaskan bagi Arkan. Dengan sekali lihat saja Arkan tahu, gadis itu adalah Chavya.

Chavya melirik jam tangannya berkali-kali. Menoleh ke kanan dan kiri. Arkan mengamatinya dengan tenang.

TINN!!!

Arkan terkejut. Begitu juga dengan sekretaris disampingnya. Sebuah bus yang rutenya melewati halte Chavya berdiri, membunyikan klaksonnya. Bus itu tepat berada di belakang mobil Arkan.

"Waduh, saya lupa parkir di depan halte, Pak."

Sekretaris Gery bergegas untuk melajukan mobil, namun tangannya ditahan Arkan.

"Kita turun Kak. Minta maaf, lalu Kakak atur biar bus nya lewat jalur memutar. Jangan lewat halte itu." Ucap Arkan, sambil menunjuk halte tempat Chavya berdiri.

"Eh? Emang boleh?"

"Aku ikut turun. Mereka pasti tahu aku."

Benar saja, sesaat setelah Arkan turun, suara klakson itu berhenti. Tatapan mata tersorot pada Arkan. Untung saja negara ini masih sadar akan privasi, dan tidak ada yang berani untuk mengambil potret Arkan. Meski semua orang tahu, siapa itu Arkan.

"Maaf ya semuanya, Kakak saya lupa kalau dia parkir didepan halte." Arkan berkata, sambil membungkukkan badan.

Semua orang tersenyum, kemudian diam mematung. Hanya bisa menatap Arkan dalam, memotret wajah tampan Arkan dengan pupil mata mereka. Kapan lagi CEO perusahaan terbesar negara ini, tiba tiba melintas didepan mata mereka, tanpa pengawalan.

Arkan mendekati sekretaris Gery, kemudian berbisik di telinganya,

"Atur Kak."

Sekretaris Gery yang terkejut dengan perintah atasannya, mematung untuk sesaat. Dia segera berlari kearah supir bus tersebut, kemudian bernegosiasi sebentar. Membawa-bawa nama Arkan, cukup mudah untuk dilakukan. Supir bus itu langsung mengerti, dan mengiyakan.

Masuk ke mobil, Arkan duduk di tempat duduk pengemudi. Memasang seatbelt nya dengan tenang. Sekretaris Gery yang sudah selesai bernegosiasi, segera berlari ke mobil. Ia terkejut ketika melihat Arkan ada di kursinya.

"Bapak mau ngapain?"

"Aku bawa mobil. Kakak disini. Usahain jangan ada bus lewat ke halte itu, sebelum aku telfon."

"Eh? Bapak gila?!"

"Eh? Sembarangan kamu!"

"Bapak ngga pernah bawa mobil sendiri. Saya terus yang bawa mobil, bahaya kalau bapak bawa mobil. Jangan, biar saya aja."

Arkan menggenggam erat setir. Menatap sekretarisnya tajam. Dengan wajah yang ia buat segalak mungkin, Arkan melihat sekretarisnya sekaligus bodyguard nya itu.

"Tenang aja."

Sesaat setelah berkata seperti itu, Arkan menekan tombol di samping setir, kemudian melajukan mobilnya dengan tenang. Sekretaris Gery yang kebingungan, hanya bisa pasrah dan mendoakan keselamatan atasannya.

*****

"Halo pak? Gimana pak jadinya?"

Arkan tersadar dari lamunannya, kemudian sesegera mungkin menjawab pertanyaan sekretarisnya.

MAHESWARA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang