_
"Aku mengerti arti dari setiap isyarat penolakanmu."
-
Hari Senin, di Sekolah Garuda Emas.
Cuaca sedang terik-teriknya, siswa-siswi justru disuruh berbaris di lapangan yang panas itu, keringat mereka bahkan menguar tak ayal banyak siswa mengelap keringat mereka dengan lengan baju putih polos mereka. Berbeda dengan para Guru yang malah berbaris dibawah pohon beringin besar.
"Gila! Ini kita baris disini terus bisa-bisa gosong muka Gue, Rasanya juga mau pingsan!" Gerutu Alika, jidat Gadis itu sudah penuh dengan peluh keringat.
"Mana Lo liat tuh, Gurunya gak adil banget barisnya ditempat teduh! Gue juga kalo kayak gitu mau kali, ya kan May...? May...? Maya???" Alika menepuk pundak Maya, kesal karena Maya mengabaikannya.
"Hah, Lo ngomong apa Lik?" Cengo Maya.
Alika menepuk jidatnya, “Lupain.” Ketusnya, sudah malas menjelaskan.
Maya mengangguk-anggukan kepalanya iya-iya saja, lalu kembali menatap ke arah tengah lapangan, seraya tersenyum-senyum sendiri.
Alika menoleh melihat arah pandang Maya, "Pantesan... Gue dikacangin, ternyata lagi liat Galang toh, tobat Lo."
Maya mendelik kearah Alika, "Yee biarin!" Maya kembali menatap kearah Galang, "Dia keren banget ya Lik?" Ucap Maya tanpa mengalihkan pandangannya.
Alika menghembuskan napasnya lelah, "May, Dia tau Lo idup aja enggak May... Udah gak usah bahas dia terus."
Pria yang saat ini menjadi pemimpin upacara itu terlihat sangat keren Dimata Maya, rambut yang tertata rapih, tubuh tinggi dan tegapnya, rahangnya yang tercetak jelas itu, tak lupa kecerdasan otaknya yang membuat Galang menjadi Murid kesayangan Guru. Ah... Sangat berbanding terbalik dengan dirinya.
"Biarin." Sahut Maya tak peduli.
"Ganteng banget Lik..." ucapan Maya benar-benar membuat Alika menghela napas dan hanya bisa meliriknya tanpa ekspresi.
Lihat saja, jika nanti Galang, cowok yang Maya gila-gilai itu didekati cewek lain pasti Ia akan berujung menangis dan Ia lah yang harus menenangkannya.
Suara bariton itu terdengar jelas, tegas, dan keras menyerukan sebuah aba-aba sebagai seorang Pemimpin upacara.
"HORMAT GRAK!!"
Semua siswa hormat seketika, kecuali Maya.
Matanya tetap terpaku pada sosok Galang disana, mengabaikan segala sesuatu disekitarnya tanpa sadar.
"Ck, ni anak bener-bener ya..." Gemas Alika mengangkat tangan Maya untuk hormat.
Gerakan Alika dibalas senyum manis dengan dua lesung Pipit dikedua pipi Maya.
"Udah ganteng pinter lagi." Celetuk Maya sambil menyengir lebar.
Alika mendesah berat seraya ikut geleng-geleng kepala melihat tingkah ajaib Maya, sahabatnya itu.
"Mimpi apa Gue ketemu sama Lo May..."
°°°
"Anjazz... Mas Galang kesayangan ciwi-ciwi!" Kenta datang merangkul bahu Galang dari belakang, membuat Galang yang sedang minum tersedak-sedak.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTUK GALANG
Teen FictionGalang Pramudya, namanya seperti angan-angan bagi Maya yang hanya seorang siswi biasa. Dibilang pintar tidak, dibilang bodoh juga tidak. Jadi bisa dibilang Maya itu medium stupid. Tidak ada hal yang Maya sukai dari sekolahnya, kecuali seorang pemim...