omake. kutemukan malaikat kecilku

413 25 7
                                    

"Halllooooo minaaaaa"

"Urusai kise"

"Jangan berisik nodayo"

"Kise cin berisik"

Siang itu untuk yang pertamakalinya sesudah sekian tahun para surai yang bebeda itu berkumpul kembali. Kisee ryouta sekarang sudah menjadi pribadi yang lebih dewasa sekarang sang surai madu itu menggeluti dunia fasion dan sudah memiliki banyak boutique di berbagai cabang daerah. Dan aomine sudah menjadi polisi. Akashi yang semakin sukses dengan bisnis keluarganya dan murasakibara yang sekarang menjadi penasehat dan kritikus restoran. Tak lupa juga di unjung meja sisurai hijau mengenakan jas putih bersih yang diketahui milik seorang dokter.

"Kurokocii mana ssu?"

"Belum pulang dari mengajar" jawab si surai merah yang mendapati pertanyaan dari kise.

"Aku tak sabar ssu"

"Rasanya Aku ingin main basket lagi bersama kalian" akashi membuka pembicaraan.

Mereka bersama mengenang kejadian beberapa tahun silam selama mereka bersama. Bermain bersama dan melakukan hal bodoh bersama. Seulas senyum tergores di bibir mereka masing-masing.

"Ne,ne waktu itu aku one on one sama aominechi dan aku menang"

"Bukanya aku yang menang kise"

"Ahaha tapi waktu main volly dipantai dulu tim ku mengalahkan tim aominechi"

"Aku ingat saat smash erikachi yang masuk itu, lompatan tingginya membuat kakinya kesleo, dan midorimachi panik membawa erikachi masuk" lanjutnya dengan wajah tanpa dosa padahal perkataan kise barusan bagikan membuka luka lama yang sudah berusaha dijahit rapat-rapat.

Pembicaraan yang tadinya penuh senyum dan menyenangkan menjadi sunyi. Kise hanya bisa menahan kesedihanya sambil meneguk teh hijau di depanya. Wajahnya tetap tersenyum tapi dia merasa bersalah karena tak sengaja mengenang kenangan yang indah bersama adiknya.

"Kise" aomine menyodok tulang rusuk kise yang menerima sampai batuk karena kerasnya sodokan yang diterima.

"Aominechii" kise protes dengan nada manjanya tapi segera berhenti karena dapat tatapan tajam dari aomine. Dengan lirikan ke arah midorima, aomine berusaha memberi isyarat pada kise untuk berhati-hati bicara. Kise yang dapat isyarat segera menoleh ke arah midorima yang sekarang mengaduk-gaduk teh di depanya. Kise merasa semakin bersalah.

"Bagaimana kalau kita liburan" suara akashi memecah keheningan.

"Aku sepertinya sibuk nodayo" midorima mengehela napas dan menaikan kacamatanya yang tak melorot sedikitpun.

"Areee midorimachi, kau satu-satunya yang belum menikah diantara kami semua. mana bisa kamu tak punya waktu luang, dan juga midorimachi kan kepala rumah sakit, pasti bisa dong libur 2-3 hari"

Midorima menghiraukan pernyataan dari kise. Dan mulai menyeruput teh hijaunya. Obrolan tentang liburan itu masih saja berlanjut dengan didominasi suara kise.

"Midorimachi"

"Apa nodayo"

"Kapan kau menikah?"

"Aku tak butuh hal seperti itu nodayo"

"Ayolah sampai kapan kamu melajang"

Untuk yang sekian kalinya omongan kise dihiraukan. Dan sekarang midorima mulai berada didunianya sendiri melupakan suara-suara disekitarnya. Dia merasa tak perlu lagi untuk jatuh cinta. 15 tahun sejak kepergian erika tak ada wanita manapun yang mampu membuat jantungnya berdetak kencang. Hidup memang seperti papan catur yang ada hitam dan putih dan sebagai bidak hal yang bisa dilakukan hanya menunggu. Menunggu untuk di langkahkan menunggu untuk di korbankan atau bahkan bisa tetap berdiri sampai mencapai skak mat. Meskipun ratu adalah pendamping raja tapi tak jarang ratu akan di pertaruhkan demi berdirinya sang raja. Dan itulah kehidupan. Sisurai hijau hanya ingin sedikit memahami apa arti dari kehidupanya sendiri. Dan sekarang erika menjadi bidak yang sudah berada disisi lain dari dirinya berdiri.

waiting forTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang