Matahari masih malu malu untuk muncul.Jam masih menunjukkan pukul 05.00.Setelah sholat subuh, mas Gara dan ayah melakukan lari pagi.Tak lupa juga, si bontot -Rangga ikut lari pagi bersama.Hal ini ayah terapkan agar si mas latihan fisik untuk mempersiapkan diri masuk pelatihan abdi negara.Sedangkan si bontot harus ayah bujuk dahulu sebelum melakukan latihan fisik tersebut.Sambil menunggu ayah dan kedua jagoan latihan fisik, Lia dan bunda menyiapkan sarapan di dapur.Lia tidak wajib melakukan latihan fisik, karena dirinya adalah satu satunya putri di rumah itu.Namun sebagai gantinya dia harus membantu sang bunda memasak di dapur.Tapi sesekali dia ikut ayahnya dan kedua saudaranya lari pagi.
Sekitar 10 menit kemudian, ayah sudah pulang dari kegiatan lari paginya.Bunda geleng geleng sambil terkekeh melihat anak bungsunya membawa sekresek jajan.Memang di perjalanan tadi ketika ayah dan masnya berlari dia melihat mang Jajang, tukang sempol dagang.Bukannya meneruskan perjalanan, Rangga malah mampir terlebih dahulu ke mang Jajang.Ketika bunda bertanya, dia menjawab "tadi Angga liat sempolnya nyuruh makan dia bun, makanya Angga beli".
Setelah beristirahat sejenak, kini saatnya mereka mandi sebelum berangkat ke sekolah.Kini mas Gara dan Rangga sedang berebut kamar mandi.Sebenarnya kamar mandi di rumah itu ada dua, namun kamar mandi itu kerannya sedang bocor.Oleh karena itu, kini mereka hanya bisa menggunakan satu kamar mandi saja.
"Eh bocil gue dulu ya yang mandi."ucap mas Gara di depan pintu kamar mandi.
"Mana ada, gue duluan lah.Ntar gue telat pergi sekolahnya."sang bungsu tak mau kalah dengan masnya.
"Gue juga telat ntar."
"Bodo amat lah, bukan urusan gue juga."
Lia yang baru saja turun kebawah untuk mandi jengah melihat mas dan adiknya bertengkar.Tapi dia juga bersyukur karena dia karena gadis itu bisa menggunakan kesempatannya untuk mandi terlebih dahulu.
"Byee mas, dek.Gue duluan."Lia melangkahkan kakinya ke kamar mandi sambil membawa handuk dan baju gantinya.Sementara kedua orang yang berebut tadi menghela nafas pelan.Tidak ada gunanya mereka berebut tadi, kalau akhirnya harus Lia yang mandi terlebih dahulu.
"Anak setan."umpat Gara kesal karena adik perempuannya itu.
"WAH LO NGATAIN BAPAK LO SENDIRI YA BANG.AYAAH BANG GARA NGATAIN AYAH."teriak Lia dari kamar mandi.
"NGGAK GITU MARKONAH."Gara ketar ketir sendiri karena aduan dari adik laknatnya itu.Dia takut ayahnya marah.
"HALAH MARPAJAN."
"NGGAK SOPAN LO SAMA MAS SENDIRI."
Ayah menghampiri kedua anaknya yang sedang ribut itu.
"Kok ribut ribut gini, nggak malu sama tetangga."tutur ayah lembut.
Setelah insiden itu dan semuanya selesai mandi, mereka sarapan bersama di meja makan.Suasana yang tadinya hangat kini kian menghangat karena kehadiran kepala keluarganya.Bunda membantu menyiapkan sarapan untuk ayah dan ketiga putra putrinya mengambil makanan sendiri sendiri.
"Tadi malam lo pulang jam berapa dek?"Gara memulai percakapan di meja itu.Pasalnya tadi malam Rangga pulang larut dari rumah temannya.
"Jam sepuluh mas."ucap Rangga lemas.Dia menyesal dengan kelakuannya tadi malam.
Di keluarga pak Sastra menerapkan peraturan bahwa tidak boleh ada yang pulang sampai jam 9 keatas.Kalaupun mereka mau pergi atau pulang ke rumah, mereka harus dapat izin dari ayah dan harus dalam kondisi penting.
"Dimarahin ayah nggak tuh?"kepo Gara.
"Dimarahin mas, Angga kemaren malam dobel kill.Dimarahin ayah sama bunda.Seru pokoknya tadi malam, gue aja sampai ngerekam di hp gue."saut Lia
"Ntar kirim ke gue ya."ucap Gara dan dijawab acungan jempol oleh Lia.
"Mas sama mbak laknat."dumel Rangga.
"Rangga, nanti sepulang sekolah jangan lupa kerjain hukuman dari ayah."pesan ayah.Rangga menghela nafas pelan dan mengangguk,"iya ayah."
Setelah selesai sarapan, kini saatnya mereka untuk berangkat ke sekolah.Gara membonceng Lia, sedangkan Rangga naik motor sendiri karena sekolahnya berbeda dengan kedua kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Ayah
Teen FictionAyah, sosok orang yang berharga yang telah mendidik anak-anaknya dengan tegas.Cinta pertama bagi anak-anaknya