Kriinggg
Kriinggg
Bel pulang berbunyi, para murid segera berbondong-bondong keluar dari kelas dan pulang ke rumahnya masing-masing.Tak terkecuali dengan Lia dan teman temannya.Saat ini dia berada di halte bus untuk menunggu masnya keluar dari kelas.Lia tidak sendiri, saat ini Lia ditemani oleh Gisel dan Wina.Sedangkan Nina sudah pulang daritadi karena sudah dijemput oleh sopirnya.Gisel,Wina dan Nina adalah teman dekat Lia.
Dreett
Dreett
Handphone Lia berbunyi.Dia segera mengambil handphonenya dari tas coklat miliknya dan melihat siapa yang mengiriminya pesan.
Mas Gara(ng)
Dek, sorry gue nggak bisa jemput.Gue ada rapat OSIS mendadak
Tapi dek, lo tenang aja.Ntar ayah bilang mau jemput lo.Awas jangan kemana mana
Oke mas, nggak papa
Iya, gue nunggu ayah
Beberapa menit kemudian, ayah datang menjemput Lia dengan menaiki si Broto, motor kesayangannya.Lia yang melihat ayahnya datang langsung beranjak dari tempat duduk dan menghampiri ayahnya.Begitu juga dengan Gisel dan Wina, mereka menghampiri pak Sastra dan bersalaman dengan ayah.Teman teman Lia sudah tidak asing lagi dengan ayah.Bagi mereka ayah adalah pria yang humoris dan suka diajak bercanda, jadi mereka tak sungkan lagi untuk mengobrol dengan ayah.
"Iki Wina karo Gisel tho," ayah mengingat ingat nama teman dari putrinya itu.Namun, ayah merasa ada yang kurang diantara mereka."Lho neng ngendi si Nina?"
*Ini Wina sama Gisel kan
*Lho dimana Nina?"Nina wes muleh disek yah, biasa wong sibuk cah kui ki."Gisel menanggapi pertanyaan ayah dengan sedikit bercanda.
*Nina udah pulang duluan yah, biasa orang sibuk anak itu
ya sedekat itu lah komunikasi antara ayah dan teman anaknya
Meskipun mereka suka bercanda dengan ayah, mereka tetap menjaga kesopanan disaat mereka bercanda dengan ayah.Karena mereka juga tersanjung dengan sikap ayah.
Ayah melajukan si Broto dengan pelan sembari menikmati panasnya kota Surabaya.Oh iya, nama Broto sendiri itu awalnya dari si bontot -Rangga.Katanya "soalnya suara motornya ayah brot brot brot, makanya Angga panggil Broto.", sontak semua anggota keluarga tertawa mendengarnya.Bahkan bapak sampai tertawa hingga giginya yang ompong karena musuh dulu kelihatan.
Setelah sampai di teras rumah, ayah hanya menyuruh Lia untuk turun dari motornya dan setelah itu ayah langsung kembali ke kantornya karena pekerjaannya belum selesai.Suasana rumah begitu sepi, biasanya jam segini bunda masih berada di tokonya.Mas Gara dan Rangga masih berada di sekolah.Saat ini Lia sedang berada di kamarnya.Dia mengambil laptopnya dan melanjutkan untuk menulis naskah novel yang berjudul Dear Ayah.Ketenangannya terganggu mendengar suara teriak teriak dari ruang tamu.Dia segera turun kebawah untuk melihat sumber suara tersebut.Dari tangga dia melihat mas Gara yang sedang memarahi Rangga yang pulang dengan kondisi lebam.
"LO TUH HARUSNYA MIKIR, HARUSNYA LO TUH DIEM AJA BIAR NGGAK KAYAK GINI" mas Gara masih terus memarahi Rangga.Ketika tangan mas Gara hendak menampar pipi Rangga, Lia terlebih dahulu menampik tangan mas Gara dan kemudian memeluk Rangga yang memiliki luka lebam di pipinya.
"Lo kenapa sih mas, pulang pulang teriak marah marah."heran Lia."Ini juga bontot, ngapain aja sampai pulang pulang memar kayak gini.Untung bunda nggak liat."
Pasalnya jika bundanya lihat tubuh Rangga yang memar seperti ini maka bunda akan khawatir dan membawanya ke rumah sakit walaupun lukanya hanya memar saja.Bunda seperti ini karena dia tidak ingin kejadian itu terjadi kembali.Kejadian dimana anak ayah dan bunda meninggal hanya karena luka lebam.Sejak saat itu, ketika bunda melihat anak anaknya memiliki luka lebam maka bunda langsung membawanya ke rumah sakit.
"Tanya aja sendiri tuh sama adek lo."ketus Gara kemudian pergi ke kamar.Beberapa menit kemudian dia kembali lagi sambil membawa obat sekotak obat P3K untuk si bontot."Tuh obatin luka lebam lo, takut ntar bunda histeris liat luka lo terus dibawa ke rumah sakit.Kalau mau dibantuin, tuh ada mbak lo."
Walaupun Gara marah dan ketus kepada si bontot, hati Gara khawatir melihat keadaan adik bungsunya itu.Namun dia berperilaku acuh, seolah olah dia tidak peduli dengan adiknya.
"Sebenarnya ini kenapa Ga?"tanya Lia khawatir sambil mengobati luka Rangga.
"Ssst"ringis Rangga.Saat ini pipinya sangat sakit.
"Mbak kenal kan sama Tianjing?"Lia mengingat ingat nama yang disebutkan adiknya.
"Pak Tian, musuhnya ayah kan."Lia menyebutkan nama musuh ayahnya.Ah tidak, ayahnya tidak akan memusuhi orang.Lebih tepatnya orang yang membenci ayahnya selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Ayah
Teen FictionAyah, sosok orang yang berharga yang telah mendidik anak-anaknya dengan tegas.Cinta pertama bagi anak-anaknya