Semua hal berjalan lancar sampai tiba-tiba aku mendapat sebuah pesan darimu yang mengaku bahwa kamu mencintaiku. Aku senang saat itu, aku mencintaimu juga, namun aku belum ingin melangkah terlalu jauh. Aku pikir, kita masih terlalu muda saat itu. Belum tepat jika harus menjalin sebuah ikatan lebih dari sekedar teman. Lagipun, aku masih ingin fokus pada studiku. Maafkan aku Saka, aku sangat egois.
Lalu, kamu mulai menjauh tanpa alasan. Mungkin karena kamu kecewa? tapi apakah sepenting itu sebuah ikatan bagimu? apakah tidak bisa aku hanya sekedar menjadi teman spesialmu saja? setidaknya sampai kita benar-benar dewasa.
Aku terlalu muda, aku tidak meminta penjelasan apa-apa darimu saat aku tau bahwa kamu mulai dekat dengan salah seorang teman kita. Bahkan aku ingat benar, waktu itu kamu membuatkannya light painting tapi tidak untukku. Aku mencoba tidak berpikir aneh-aneh, aku diam dan tidak menceritakannya kepada temanku.
Saka, aku sangat kecewa. Aku pikir tidak akan secepat itu kamu menggantikanku. Aku pikir perasaan kita sama besarnya. Mungkin aku salah?
Hanya ada tangis dalam setiap malamku. Aku ingat, kita menjauh saat akan ada ujian semester. Patah hati namun harus tetap belajar adalah hal paling mengerikan yang pernah aku alami.
Yang lebih mengecewakan adalah ada seorang kakak kelas perempuan yang sengaja datang dan mencarimu seusai ujian semester. Apakah kamu begitu senang melihatku terpuruk? Apakah tidak bisa kalian bertemu jauh dari hadapanku? Apakah semenyenangkan itu melihatku terluka?
Aku tidak pernah menyangka kamu akan menjadi patahku yang pertama.