1. Childhood Joy

146 23 3
                                    


Naruto © Masashi Kishimoto.

Long live, SasuHina.

Hanabi memasuki apartemen dan meletakkan sepatunya di genkan dengan pelan. Ia melihat sandal Sasuke juga terletak dengan rapi di sana. Ia memakai getabako dan berjalan ke dalam apartemen sambil memikirkan Sasuke.

Cowok itu selalu berkunjung ke apartemen mereka bahkan jika Hanabi sedang tidak ada. Ia tidak heran karena keluarganya dan keluarga Sasuke sudah lama menjadi tetangga. Mungkin sejak sebelum Hanabi dan Sasuke lahir ke dunia.

Ibu mereka adalah rekan kerja begitu pula dengan sang ayah. Sebuah kebetulan yang entah mengapa membuat Hanabi menjadi sangat dekat dengan Sasuke. Apalagi usia mereka juga sepantaran.

Uchiha Sasuke adalah murid yang populer, pintar, dan luar biasa tampan. Ada banyak anak perempuan yang menyukainya, baik secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi. Tapi Sasuke tidak mau repot-repot memikirkan mereka dan hanya berkutat dengan pelajaran dan olahraga.

Bahkan bagi beberapa perempuan, Sasuke adalah manusia setengah dewa. Dan Hanabi sedang tidak hiperbola karena memang begitu adanya.

Meskipun agak anti dengan perempuan, Sasuke punya banyak sekali teman cowok yang tidak kalah populer. Mereka seolah membentuk kelompok sendiri, menciptakan hingar bingar masa SMA Hanabi dan teman-temannya menjadi lebih berwarna. Tapi segala kesempurnaan Sasuke sebenarnya hanya topeng karena jika sudah berada di 'rumah', cowok itu selalu menjadi dirinya sendiri. Seperti saat ini.

"Berhentilah memanjakan Hinata, Sasuke. Aku khawatir jika dia besar, dia akan lebih menyayangimu dibandingkan aku padahal aku kakak kandungnya."

Hanabi menatap Sasuke yang sedang memangku adiknya yang berusia empat tahun dengan jengkel.

Sasuke sama sekali tidak terpengaruh dengan perkataan Hanabi. Ia malah merespons Hanabi dengan mengelus punggung Hinata yang sedang tertidur di pangkuannya. Gadis kecil itu sepertinya agak terganggu dengan suara Hanabi.

"Jangan bersuara terlalu keras, Hanabi. Kau bisa membangunkan Hinata."

"Aku akan menidurkan Hinata di kamarnya," ujar Hanabi.

"Biar aku yang membawanya ke kamar. Kau bahkan belum mengganti baju. Kenapa kau pulang dari juku telat sekali?"

Pertanyaan Sasuke terasa sangat menyebalkan. Hanabi menaikkan sebelah bibirnya sebelum menjawab, "Aku tidak sepintar dirimu, Uchiha-san. Otakku harus menyerap lebih banyak penjelasan jika mau nilaiku pada caturwulan kedua ini lebih tinggi daripada sebelumnya."

Jawaban sinis Hanabi membuat Sasuke tersenyum. "Tak usah sinis begitu. Aku hanya bertanya. Padahal kita baru kelas satu SMA. Tapi kau sudah rajin sekali."

"Aku harus rajin agar bisa mengalahkan orang pintar seperti dirimu," ujar Hanabi sambil melenggang ke kamar untuk mengganti baju.

Ia kembali tak lama kemudian dan Hinata masih berada dalam pangkuan Sasuke.

"Sudah kubilang untuk membawanya ke kamar agar dia bisa tidur lebih nyaman."

"Baiklah, baiklah." Sasuke memilih menyerah dan membawa Hinata ke kamarnya. Ia tak ingin melakukan perdebatan dengan Hanabi.

Ia menidurkan gadis kecil itu dan mematikan lampu. Sasuke kembali ke ruang tamu dan membersihkan bekas makanan yang ia dan Hinata makan tadi. Hanabi sedang duduk sambil menonton televisi.

Tangisan dari dalam kamar Hinata membuat Sasuke dan Hanabi segera berlari. Sasuke menghidupkan lampu dan mendapati Hinata sedang menangis dengan begitu keras. Air mata membasahi pipinya.

Dream CatcherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang