Perubahan (3)

111 12 6
                                    

Pria dengan rambut hitam itu duduk sambil memperhatikan satu persatu berkas di mejanya. Sesekali dia sedikit memijat keningnya atau mengeser kacamata hitamnya. Namun terkadang tatapannya terasa kosong. Entah hal apa yang sedang dipikirkannya. Membuat pikiran sang  raven tidak pada tempatnya hingga tidak menyadari bahwa ada seseorang dihadapannya.

"Tuan ?" Kyklo memanggil Levi beberapa kali, tapi tuan muda nya itu tidak bergeming sama sekali. Benar-benar tidak kedengaran sepertinya. "Halo tuan muda Levi Ackerman yang terhormat" sahutnya lagi.

"Oh Kyklo, ada apa ? " Dan akhirnya Levi sadar dari lamunannya, membuat Kyklo lega.

"Kau kenapa ?" Kyklo bertanya khawatir.

"Kenapa ?" Levi balik bertanya sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Kenapa tuan bertanya balik kepadaku ? Ya Tuhan, kenapa tuanku ini menjadi lemot begini ?" Kyklo uring-uringan dengan kelakuan Levi tidak biasanya tuan muda nya jadi se menyebalkan ini.

"Oi Kyklo" Levi. Memanggil dengan suara yang pelan namun terasa ada penekanan disana. Tiba-tiba aura ruangan milik Levi terasa berat membuat Kyklo menelan ludah paksa.

"Ya, ada apa tuan ?" Kyklo duduk tanpa disuruh. Menatap lekat tuannya itu yang juga tengah menatapnya. Ada aura yang menusuk menyeruak dari sana. Rasanya seperti ada yang tidak beres.

"Sudah beberapa Minggu aku tidak bisa menghubungi ibu, dan sudah lama pula aku tidak bisa menghubungi Isabel. Katakan padaku apa yang sedang terjadi disana ?!"

"EH !" Kyklo menutup mulut. Levi yakin tadi dia berteriak sebelum Levi menyelesaikan pertanyaannya.

"Kenapa kau ?" Kyklo menggeleng kepala.

Levi menyadari bahwa ada sesuatu yang aneh dengan sang ibu. Tapi Kyklo belum berani mengatakan yang sebenarnya bahwa ada masalah disana.

"Anu.."

Tiga Minggu yang lalu, Sharle salah satu pengawas cafe Ackerman di Perancis menghubunginya bahwa ada masalah di kediaman Ackerman. Tidak tahu pasti namun sepertinya ada perseteruan disana sehingga nyonya Kuchel menitipkan masing masing toko kepada pengawas nya.

Sharle menceritakan bahwa nyonya Kuchel seperti tidak enak badan dan terlihat sedikit kurus, aura cerah nan rupawan nya pun sedikit redup. Membuat Sharle khawatir akan keadaan nyonya Kuchel. Gadis cantik itu pun mengatakan jaga Levi baik-baik dan katakan bahwa sang bunda dan Isabel sangat sehat. Kuchel tidak ingin Levi khawatir akan keadaannya.

"Kyklo ?"

"Eh, iya tuan muda ? Maaf aku melamun" Kyklo tersadar dari lamunannya. Dan sekarang dirinya dilema antara memberitahu keadaan nyonya Kuchel atau tidak.

"Kau seperti menyembunyikan sesuatu" Kyklo tersentak, dirinya lupa kalau Levi akan peka berkali-kali lipat  jika itu menyangkut tentang keluarganya.

"Sebenarnya nyonya Kuchel sedang tidak enak badan, dan beliau bilang tidak usah khawatir karena beliau baik-baik saja" ucap Kyklo seadanya, dia takut nanti tuannya khawatir akut.

"Sejak kapan ? Sakit apa ?" Levi bertanya dengan nada sedikit ditinggikan "tunggu, ibu mengabari mu bukannya aku ?"

"Bukan tuan, aku di beritahu oleh Sharle" Levi mengangguk, ternyata gadis itu yang memberitahunya.

"Lalu kenapa ibu dan Isabel tidak mengangkat telfon ku ?" Levi menyipitkan mata menatap Kyklo. Membuat Kyklo menelan ludah bingung mencari alasan lain.

"Nyonya dan Isabel tidak ingin di ganggu. Mereka ingin istirahat total dari segala kegiatan tuan" Kyklo menatap ke lain arah. Dia tidak mau ketahuan berbohong kepada tuannya.

Forbidden SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang