Capricorn

1.2K 74 20
                                    

Jika kalian pernah membayangkan sosok laki-laki dengan paras tampan dan berkarisma serta dengan pemikiran dewasa, cerdas juga berani, itu tidaklah salah. Namun dibalik semua itu mereka tetap manusia. Terkadang di balik keteguhan seorang pria, mereka masih saja menyimpan rasa lelah agar tidak terlihat dihadapan siapapun. Tapi perduli apa jika kelelahan itu sudah meronggoh dirimu. Mau kau sekuat apapun, kau tidak akan bisa menyembunyikannya, kau tidak akan benar-benar bisa me-nyem-bu-nyi-kan-nya !!!

Oke, cukup author ngeluhnya. Author lelah dengan kehidupan real, dan akhirnya kabur ke dunia Maya. Hwahaha..
*Ditabok*



______________________________________

"Tuan, anda tidak apa-apa ?"

Seorang pria dengan setelan baju khas pelayan menghampiri pemuda yang terkulai lemas di atas meja kantornya. Terlihat dadanya naik turun menarik nafas dengan tidak santai. Sebenarnya sejak awal tuannya itu masuk kedalam toko dengan tergesa, Kyklo ingin sekali bertanya ada apa gerangan. Tapi mengingat kalau tuannya sedang emosi, itu bisa berbahaya.

Kalau tidak kena semprot, pasti gaji nya akan dipotong. Eh, mengingat Kyklo adalah orang kepercayaan nyonya Kuchel, sepertinya itu tidak akan terjadi. Jadi Kyklo memberanikan diri untuk bertanya langsung ke kantor tuannya, Levi.

"Tidak, tidak.. aku tidak apa-apa. Ambilkan aku segelas air putih"

Kyklo mengangguk paham lalu bergegas ke dapur dan mengambilkan segelas air putih beserta handuk kecil putih. Sudah jadi kebiasaan bagi Kyklo mengambilkan handuk putih untuk mengelap keringat walaupun Levi tidak memintanya. Itu juga menjadi kebiasaan ketika berada di kediaman Ackerman di Perancis saat bersama nyonya besar Kuchel.

Kembali menuju kantor sang bos, Kyklo memberikan apa yang Levi pinta beserta handuk kecil itu dan Levi menerimanya dengan baik. Dapat terlihat tarikan nafasnya yang mulai stabil setelah meminum segelas air.

"Jadi tuan, ada yang bisa saya bantu ?"

Bola mata Levi menoleh kearah Kyklo tanpa mengubah posisi kepalanya. Pemuda itu menghela nafas lelah mengingat kejadian pagi ini. Tidak.. mengingat kejadian sejak kemarin malam.

Flashback : ON

Levi duduk dengan kaki menyilang gelisah menatap Eren dihadapannya yang tengah duduk diatas kursi putar dan tengah duduk menghadap dirinya. Rambutnya basah karena mereka berdua Baru saja selesai mandi walau sudah malam. Sungguh Levi adalah pemuda yang risih jika saja badannya berkeringat walau sudah tengah malam, dia akan tetap mandi. Dan sekarang seorang bocah menjadi korban kebiasaannya menjadi clean freak.

Tetes demi tetes air di rambut Eren jatuh dan itu membuat pandangan Levi semakin tajam. Sedangkan Eren hanya menatap bingung apa yang tengah dipikirkan pengasuhnya itu.

"Begini saja.."

Levi melangkah ke arah Eren lalu menyentuh kepala Eren yang sedikit basah, pemuda itu mengelus pelan rambut Eren hingga ke ujung dan dia mengangguk. Setelah itu Levi beralih ke lemari dan mengambil sesuatu pada laci nya.

Levi kembali mendekati Eren dengan mengambil gunting serta sisir dan mengarahkannya kehadapan Eren. Tapi kepalanya menggeleng dan menaruh kembali guntingnya.

"Tidak sopan jika aku menggunting rambut bocah tanpa persetujuan orang tuanya" Levi manggut-manggut setuju. *Lah, itu bagaimana dengan guru spesialis razia rambut ?*

Eren merasakan sisiran halus Levi yang merapikan rambutnya, membuat Eren merasa nyaman dengan perlakuan Levi. Namun tiba-tiba sisiran itu berubah ketika tangan Levi ambil alih.

Eren membuka matanya dan menatap kearah cermin yang kini tengah memantulkan bayangan dirinya dengan rambut gaya belah pinggir, benar-benar mirip dengan paman Erwin. Lalu Levi kembali mengacak-acak rambut Eren dan mengubahnya dengan seenak jidat.

Forbidden SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang