BAB 01 : Kelahiran

47.3K 3.7K 169
                                    

Rumah besar bercat putih itu nampak ramai. Banyak makanan yang tersaji di meja. Calais sedang menghadiri acara arisan yang diadakan di rumahnya. Semua sahabat Cala dan Zaro juga berkumpul di sana.

Setelah lulus sekolah dua tahun yang lalu mereka tidak tinggal berdua tapi masih menumpang di rumah orang tuanya Calais. Alfaraz tidak memperbolehkan keduanya untuk pergi karena rumah akan sepi mengingat keduanya sering bepergian untuk mengurus perusahaan yang sudah empat tahun ditinggalkan.

Dia mengusap perut buncitnya yang sudah menginjak usia sembilan bulan, katanya beberapa hari lagi dia akan melahirkan.

"Habis arisan main monopoli yuk," ajak Budi.

"Monopoli terus," sindir Zoya.

"Eh, monopoli seru tahu. Iya kan, La," sahut Budi.

Calais mengangguk, terserah pemuda di depannya ini saja mau melakukan apa.

"Jangan main curang kayak waktu itu ya. Awas lo!" tegur Budi mengeluarkan mainan monopoli dari dalam tas.

Permainan itu tetap menjadi mainan yang sering dimainkan saat mereka bersama kala bosan.

"Sorry, udah jago sekarang main ginian. Gue udah hafal!" balas Calais semangat.

Dia memilih pion warna merah, Zaro, Cakra dan Terra ikut bermain.

"Gue akan kalahkan lo budek dikit!" seru Calais menyeringai.

"Silakan!" balas Budi menatapnya sengit.

Mereka memainkannya dengan seru. Sedang asik-asiknya bermain mendadak Calais meringis.

"AW," ringis Calais memegang perutnya.

"Kenapa sayang? Aku pegang kamu terlalu kencang?" tanya Zaro panik.

"Paling alasan biar gak main karena angka dadu lo bakalan injak punya gue," pungkas Budi sudah tahu akal bulus Calais.

Tapi Calais terus meringis, dia meremas tangan Zaro kencang.

"Anak kamu mau lahir," kata Calais pelan.

"Main ikut main monopoli juga?" tanya Budi konyol.

Denis memukul kepala Budi. "Cala gue mau lahiran!"

"Ow, jodoh gue mau lahir!" seru Budi heboh.

Zaro membawanya ke rumah sakit. Dia khawatir melihat Calais yang sedang menahan sakit untuk mengeluarkan Zaro juniornya. Perasaannya campur aduk.

"Sakit Zaro," ucap Calais.

"Sama kok La," sahut Zaro.

Calais memegang tangannya erat katanya agar turut serta merasakan sakit. Calais berusaha untuk mengeluarkan bayinya sekuat tenaga.

"Tenang," ucap dokter.

Calais mencakar tangan Zaro tanpa sengaja. Zaro memejamkan mata tidak mau melihat Calais yang sedang berjuang Karena tidak tega. Tapi Nenek Alya membuka mata Zaro lebar.

"Lihat perjuangan istri kamu Cupu," desis Nenek Alya.

"Anjir," umpat Zaro.

Suara tangisan bayi membuat mereka semua terharu dan bahagia. Bayi berjenis kelamina laki-laki lahir sehat dengan bobot dua koma lima kilogram.

Calais menangis melihat bayi mungilnya yang tampan, tidak percaya kalau dia bisa melahirkan bayi di usia muda. Dia melirik Zaro yang juga bahagia.

"Siapa namanya?" tanya Alfaraz lembut.

"Arfanello Cleon Hagne," jawab Calais.

"Baby El," ucap Zaro menimangnya.

"Wajahnya mirip Zaro, matanya mirip Cala. Semoga sifatnya nggak," celetuk Nenek Alya.

Baby Papan [Pindah Ke Innovel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang