BAB 05 : Baling-baling Bambu

19.3K 2.2K 35
                                    

"Mampus panik," ejek Terra.

Budi gelagapan, bahaya kalau sampai bocil satu itu ngadu ke Zaro apalagi Calais. Bisa-bisa dia botak dan di marahi habis-habisan.

Budi berdeham maju menggantikan Denis menggendong Arfan.

"Tadi om cuma bercanda kamu jangan bilang-bilang sama Papa dan Mama ya," ucap Budi lembut.

Dia menatap Omsatnya bingung tapi karena tertutup oleh wajahnya yang imut dan polos tentu itu menjadi kesalahan pahaman bagi Budi, menurut Budi pasti Arfan akan mengadu nanti.

"Om beliin sesuatu deh tapi kamu jangan bilang-bilang Papa sama Mama," ujar Budi memberikan penawaran.

Dia melirik om jahatnya yang mengangguk dan dia mengikutinya. Budi bernapas lega, Budi mengajak yang lainnya untuk pergi berjalan-jalan juga.

Mereka pergi menggunakan mobil Denis yang disupiri oleh Cakra, di dalam mobil mereka tidak saling berbicara. Cakra fokus menyetir, Terra yang was-was takut Arfan aneh-aneh nantinya. Denis yang terus saja tersenyum karena memikirkan wajah Budi nantinya.

Dan Budi yang takut Arfan akan mengadukannya, asal kalian tahu Putra pertama Zaro kesayangan dua keluarga besar. Sedangkan Arfan duduk di pangkuan Denis sambil melihat pohon dan awan yang mengejarnya.

Ada yang tidak dia pahami kenapa ketika bepergian menggunakan mobil atau motor, pohon dan awan bahkan matahari mengejarnya, apa mereka tidak lelah mengejarnya?

"Si Papan kayak mikir keras," celetuk Budi.

"Itu dia lagi mikir cara nguras dompet lo," sahut Denis.

"So tau lo," seru Budi.

"Gak percaya dia, Cak!" kekeh Denis.

"Paling dia habisin ratusan ribu. Anak sekecil dia jajannya gak banyak," sahut Budi siap mengeluarkan uang untuk anak dari sahabatnya itu.

"Lihat aja nanti dan karena lo yang buat ulah itu artinya lo harus jaga dia nanti," ujar Terra.

Mereka menuju ke salah satu pusat perbelanjaan, alasan mereka ke sana karena ada permainan yang dapat Arfan mainkan.

Dia memegang jari telunjuk Budi dan Terra. Kata Mamanya agar dia tidak hilang karena kalau hilang selain merepotkan akan membuat mamanya juga sedih. Ardan senang dia berjalan di depan lalu di belakangnya ada Cakra, Terra dan Denis.

Dirinya merasa seperti tokoh-tokoh di televisi. Arfan mengangkat dagunya berlagak angkuh agar terlihat keren.

"Kita ke toko mainan dulu," ajak Denis tersenyum jahat.

Bodohnya Budi tidak curiga sama sekali, Arfan berjalan riang tanpa beban. Siapa sih yang tidak gemas melihat kelakuan Arfan.

"Pilih kamu mau apa!" Perintah Budi.

Dia melepaskan pegangan Budi dan berjalan melihat-lihat diseputaran Toko mainan. Tiga sejoli duduk saja memperhatikan, sudah sepuluh menit dan Arfan masih mencari.

"Omsat gaada," adu Arfan berkaca-kaca.

"Jadi dari cuma muter-muter aja?" tanya Budi agak kesal.

"Omsat mala?" tanya Arfan polos.

"Ngga sayang. Yuk dipilih lagi," jawab Budi.

Dua puluh menit sudah berlalu dan hasilnya masih sama, berakhir Budi ikut duduk di samping Cakra.

Baby Papan [Pindah Ke Innovel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang