Kesibukan Shara mengurus beberapa bisnisnya membuat perempuan bermata sipit ini memutuskan untuk mengajak teman dekatnya nongkrong di resto milik Winda. Tempat itu sudah menjadi salah satu saksi bisu perjuangan Shara selama merintis beberapa bisnisnya.
Di meja panjang yang sudah di pesan oleh Shara, perempuan itu duduk bersama Bhuwana. Menunggu yang lain datang, Delfan, Jeyan, dan Rhega.
“Mana sih nih orang lama bener.” Bhuawana menggerutu akibat tiga orang itu tidak kunjung datang. Padahal sudah di tunggu sejak 30 menit lalu.
“Mbak Sha, perkembangan riset lo gimana?” Tanya cowok itu dengan segelas minuman yang di seruput.
“Udah tinggal eksekusi di lapangan sih buat risetnya.” Shara mengungkapkannya tanpa memandang lawan bicara, karena sibuk mengaduk-aduk makanan.
Dua dari tiga orang yang di tunggu akhirnya bergabung dalam obrolan tadi, “Sorry telat, abis bimbingan.” Jeyan duduk di hadapan Shara menampakkan gigi kelincinya
“Tumben bimbingan Je, biasanya juga kelayapan.” Sindir Shara di sertai ekspresi mengesalkan
“Nggak usah ngeledek Mbak, gue lagi niat loh ini.” Regha menyenggol lengan Jeyan yang berada di sampingnya
“Apaan deh Je, lo aja sampe di sindir bu Bella ‘kan buat bimbingan.”
Bhuwana terpingkal melihat ekspresi kecut Jeyan, “Sok-sokan banget sih lo Je, makanya kayak gue dong. Rajin bimbingan.”
Rhega menaikkan satu alisnya, mungkin sebagai salah satu bagian ketidak percayaannya pada Bhuwana, “Nggak salah lo Wan ngomong gitu?”
Kini wajah kecut yang nampak di wajah Bhuwana, tepat saat itu pula Donny datang membawa laptop yang di jinjing di tangan kirinya.Senyum terukir di wajah menggemaskan Donny, “Hay, gue telat dateng. Abis nyari referensi di perpus.”
Shara memberikan isyarat dengan jari-jarinya melambangkan kata OK
“Rajin banget sih Don, gue sama Jeyan aja belum kepikiran bakalan riset dimana.” Rhega menyelutuk begitu saja, karena memang benar adanya jika dia masih bingung mau melakukan riset dimana.
“Ya biar cepet kelar Ga, mau ngapain lama-lama di kampus. Menuh-menuhi kampus doang, udah gitu dosennya keburu eneg liat muka anak-anak semester tua.” Yang di ucapkan Donny tepat sekali, sampai-sampai empat orang lainnya terbahak-bahak.
“Punya lo gimana Mbak risetnya?” Tanya Donny yang duduk di samping Shara
“Tinggal eksekusi aja sih Don, kemarin gue juga udah nanya Pak Theo, katanya langsung eksekusi aja.”
Donny mengangkat kedua jempol ke atas, “Mantap, denger-denger Pak Theo orangnya welcome banget ya sama mahasiswa bimbingannya, bener nggak sih?”
Bhuwana mengangguk menyetujui pertanyaan yang terlontar dari Donny, “Bener kok Don, baik banget malahan. Beliau tuh orangnya toleran juga.”“Buset gue jadi pengen ganti dosen pembimbing kalo gini.” Jeyan mempoutkan bibirnya karena merasa kalau Shara dan Bhuwana beruntung dapat pembimbing seperti Theo
“Emang bisa gitu ya Je?” Rhega bertanya ingin tahu
“Bisa sih bisa, tapi apa nggak nyinggung dosen pembimbing lo yang lama Je?”Jeyan nampak berpikir kembali setelah Donny melontarkan pernyataan barusan. “Pusing gue mikirin Bu Bella, beliau tuh nyuruh gue buruan bimbingan. Giliran gue hubungin malah di ghosting. Apa tidak miris tuh.” Ungkapnya di sertai muka yang memelas.
“Dih belagak kayak orang tersakiti aja sih Je, biasanya juga suka banget nyakitin cewek.”Rhega tidak henti-hentinya menertawakan Jeyan yang kena skak mat dari Shara, “Tuh dengerin.” Bhuwana ikut menimpali
“Ih gue udah tobat loh Mbak, lagi pula sekarang gue jomblo.”
Donny yang sedang memandang laptopnya tidak dapat mempercayai ucapan Jeyan barusan, bagaimana bisa cowok bergigi kelinci itu mengatakan sudah tobat. Padahal kemarin dia memergoki Jeyan sedang pergi bersama seorang perempuan, “Je, nggak usah ngibul mulu deh lo, kemarin aja gue lihat lo sama cewek di bioskop.”
Jeyan diam merutuki kebodohannya, “Oh itu mah cuman temen doang Don.”
“Gue lebih percaya sama Donny sih.” Imbuh Shara
“Kenapa jadi ngomongin gue sih.” Jeyan jadi kesal sendiri, merasa terpojok
“Ganti topik kuy, males lihat muka Jeyan yang kayak jemuran nggak di setrika.” Pinta Bhuwana menginterupsi
Winda datang dari arah dalam ikut duduk bersama lima orang tersebut, yang sejak tadi berisik tidak tertolong.
“Eh Mbak Winda, apa kabar?” Tanya Donny basa basi
“Baik Don, seperti yang lo lihat. Ngomongin apa sih dari tadi perasaan nggak bisa diem.” Di iringi kekehan pelan. Bukan menyindir, hanya geli saja melihat keributan yang tercipta di antara lima orang ini.
“Ngomongin riset Mbak, biasa.” Jawab Jeyan seadanya
“Oh gitu, Effan apa kabar ya. Kayak udah jarang main sama kalian.”
Effan, cowok yang di tanyakan oleh Winda ini sebenarnya teman dekat mereka tapi cowok itu sudah lulus lebih dulu di banding mereka semua. Effan itu cowok yang jenius, aktif di kampus dan berbagai kegiatan penelitian yang di adakan oleh kampus, sehingga tidak heran jika dia lulus lebih cepat dari mereka semua.
“Dia ‘kan masih magang Mbak, tapi kemarin masih nongkrong sama kita.” Jawab Rhega
Winda mengangguk paham, “Ya udah gue masuk dulu ya.” Pamit perempuan ini, meninggalkan mereka yang kembali sibuk dengan obrolan tidak berfaedah ini
“Effan dulu risetnya apa sih, kayak gampang gitu.” Bhuwana bertanya pada yang lain
“Setau gue nih ya, riset dia itu topiknya masih jarang banget di teliti. Tapi berhubung dia jenius dan dapet dosen pembimbing pak Jinar, jadi ya kayak keliatan gampang. Padahal si Effan cerita ke gue dia sampe begadang sekitar dua bulan buat ngerjain riset-nya dia.” Jelas Rhega panjang lebar
“Kayaknya si Effan juga bolak balik revisi ‘kan.” Shara menyuapkan pisang goreng ke mulutnya
“Iya bener, sama aja kok dia. Nggak segampang yang kita bayangin.” Imbuh Jeyan
“Mbak Sha, lo progress dari pengajuan proposal sampe eksekusi gini berapa bulan deh?” sorot mata Donny kembali terfokuskan pada Shara
“Gue sekitar dua bulan sih, itu aja gue itungannya cepet loh. Soalnya tempat yang mau gue teliti juga ngasih ijinnya gampang.”
“Cepet banget anjir, gue nih ya cuman pengajuan ijin sampe eksekusi sekitar empat bulan. Lo doa apa deh sampe se cepet itu?” ujar Donny
Shara terkekeh pelan, “Ya nggak tau juga gue Don, gue ngasih surat ijin observasi yang di rekomendasiin dari kampus doang, sama kayak yang lain kok.”
“Ya namanya juga ujian buat ngerjain tugas akhir Don, kadang ada yang gampang ada yang susah ‘kan.” Rhega ikut menimpali“Tumben lo bener Ga, biasanya juga nge-lag.” Ledek Bhuwana
“Diem lo.”
Obrolan terus berlanjut sampai senja sudah menyapa, dengan seperti ini saja cukup untuk mereka meluapkan keluh kesah satu sama lain.
22/02/2022
![](https://img.wattpad.com/cover/302164474-288-k223489.jpg)
YOU ARE READING
Bless [V X Seulgi || VSeul]
FanficVseul alternative universe alias cerita VSeul versi lokal