Meet II

4 2 0
                                    

Halen melamun disepanjang lorong masion menuju kamarnya,lamunannya buyar saat melihat Dave diujung jalan tepat didepan pintu kamarnya.

"Darimana saja kau" Tatapan dave datar seperti biasanya.

Halen terdiam sejenak,ia panik namun tetap mencoba menenangkan diri. Memasang wajah ramahnya dan tersenyum manis menghampiri laki-laki tinggi itu,Halen mengeluarkan sekelopak bunga mawar dari sakunya.

"Hanya pergi mencari udara segar,diluar terlihat menarik saat hujan berhenti turun" Ucapnya sambil memainkan kelopak mawar ditangannya. "Aku juga suka aroma tanah setelah hujan bercampur dengan wangi bunga ini,jadi aku kesana" Wajah ramahnya terlihat sempurna memainkan peran sebuah drama diatas panggung,terlalu sempurna sampai seorang Dave tanpa sadar sudah sering tertipu dengan wajah itu.

Dave hanya mengangguk kecil,tertipu dengan wajah Halen untuk kesekian kalinya."Aku akan keluar untuk beberapa urusan,sopirku akan menjemputmu pulang dan pergilah untuk kelas senimu sore nanti" Dave berjalan menjauh sambil mengenakan jas putihnya,sepertinya ia akan kerumah sakit.

Halen masuk kedalam kamarnya,duduk ditepi ranjang tempat tidurnya. Terlihat dari jendela besar mobil dave melaju menjauhi mansion,beberapa pengawal menutup gerbang disana. Ia menjatuhkan tubuhnya diatas kasur empuk itu,fikirannya kembali berpusat pada kejadian beberapa saat lalu. Gadis bernama Athana itu memenuhi kepalanya,semua yang ada dikepalanya seakan berpusat pada seorang Athana.

"Athana.." Gumamnya sambil menatap langit-langit kamarnya. "Sampai bertemu lagi nona,pfft" Ia terkekeh pelan. "Cantik" Ucapnya sambil memejamkan mata sebelum alam bawah sadar menjemputnya.



Pukul 16:00 sore dan Halen sedang bersiap untuk kelas seni,ini adalah hari pertamanya masuk kesana. Sopir pribadi Dave mengantarkannya kesana,beberapa orang bawahan Dave berjaga disekitar sekolah tanpa terlihat oleh Halen. Anak itu selalu diawasi,bahkan setiap gerak geriknya diluar rumah kecuali dimansion mereka.

Mobil hitam itu tiba didepan gerbang sekolah,bangunan megah dengan desain artistik yang anggun menyambut Halen yang baru tiba disana. Beberapa anak-anak masuk kesana,beberapa orang tua bersetelan mewah dari keluarga kalangan atas yang sedang mengantarkan ank mereka juga mendominasi tempat itu.

Sekolah ini masih salah satu milik keluarga Mallory,syarat agar bisa masuk kesini hanya satu yaitu mempunyai bakat dan tentu saja seperti biasa seorang Halen selalu mempunyai itu karena bakatnya diberbagai bidang sangat menakjubkan.

Halen berjalan memasuki gerbang,mencoba mencari kelasnya yang terletk ditantai tiga. Sepanjang jalan ia berpapasan dengan murid disana dan tentu saja sellu dilirik dan menjadi perhatian,kapan seorang Halen tidak mencolok. Desas-desus seorang putra mahkota dari keluarga Mallory masuk kesekolah itu saja sudah membuat gempar semua murid disana,dan sekarang disinilah Halen berada.

Beberpa menit mengitari sekolah ia akhirnya menemukan ruangan yang dicarinya sejak tadi,sedikit ragu ia membuka pintu dan langsung disambut dengan tatapan dari seisi kelas itu. Bisik-bisik para murid terdengar jelas,Halen hanya berjalan menuju bangku kosong diujung kelas dekat dengan jendela.

Kelas belum dimulai,para murid masih mengobrol santai disana sini dan Halen hanya duduk diam melihat keluar jendela. Bangku disebelahnya kosong,ya memang ada dua bangku untuk satu meja dan nampaknya belum ada yg duduk disana.

Tatapan para murid perempuan selalu tertuju kearahnya,jujur saja ia risih dengan hal itu dan sebab itupah ia hanya diam memalingkan wajah kearah jendela mencoba menonton apa saja yang ada dihalaman sekolah.

Sedang menikmati melihat burung yang menari dihalaman rumput luas Halen dikejutkan dengan suara decitan bangku digeser disebelahnya,bukan karena bangku itu sebenarnya. Yang lebih membuatnya kaget adalah siapa yang menggeser benda itu,seorang gadis berambut panjang dengan wajah dingin duduk disebelahnya. Wangi bunga mawar menyeruk membius indera penciumannya,bau yang sama saat ia berada ditaman dikala bertemu dengan gadis itu. Athana.

CLANDESTINE'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang