Seorang gadis kecil duduk meringkuk sambil memeluk lututnya didalam lemari,diluar kamarnya terdengar suara keributan dari teriakan ibunya dan beberapa suara barang pecah dan dilempar. Keringat dingin mengalir deras memenuhi tubuh anak itu,ia ketakutan. Apa yang terjadi diluar sana? ia ingin tahu namun terlalu takut untuk keluar saat mendengar ibunya berteriak menyuruh menjauh dan lari.
Teriakan dan rintihan itu terdengar dengan sangat jelas ditelinganya hingga membuat anak itu seperti akan gila rasanya,gadis itu menutup telinganya rapat-rapat agar tidak mendengar teriakan ibunya. Tidak berselang waktu terlalu lama namun baginya itu adalah waktu yang panjang,tidak terdengar suara lagi disana. Suara ibunya menghilang,suara berisik dan yang lain juga menghilang hingga menyisakan sunyinya malam yang diisi oleh nyanyian serangga yang saling bersahutan.
Gadis itu memberanikan diri keluar dari tempat persembunyiannya,berdiri ragu didepan pintu dengan kki gemetar dan tangan yang susah payah memegang gagang pintu dengan erat ingin membukanya namun terhalang rasa takut. Gagang pintu diputar dan pintu terbuka lebar,yang petama dilihat gadis itu adalah bercak noda darah dimana mana. Gadis itu jatuh seketika,ia ingin menangis namun untuk mengeluarkan air mata saja seperti sudah tidak bisa.
Ia hanya duduk terkulai dilantai tepat diambang pintu kamarnya,seorang anak berumur 6 tahun dihidangkan sebuah pertunjukan dan sisa panggung yang seharusnya tidak ia lihat. Athana,terdiam dengan wajah polos yang pucat. Ia tidak menangis,namun jiwa anak itu menjerit histeris ketakutan hanya saja badannya tidak bisa mengekspresikan itu semua.
"I..ibu" Ucap gadis itu dengan suara gemetar. "Ibu di..dimana" "Rin..nona Rin dimana" Panggil gadis itu dengan suara parau.
Ia tidak tahu apa yang terjadi,tidak ada jawaban kala itu selain sahutan serangga malam yang bernyanyi saling bersahutan. Thana mencoba bangun,melangkah dengan kaki gemetar dan berlari keluar rumahnya. Langkahnya tidak tahu menuju kemana,lagipula mereka tinggal diperkampungan dekat kota dengan tempat dominan hutan. Gadis itu berlari dalam gelap dan hanya sedikit penglihatannya dari cahaya bulan.
Thana kecil berlari disepanjang jalan yang dikelilingi pohon camelia yang sedang berbunga,aroma bunga menusuk hidung saat melewati tempat itu. Kaki kecilnya terus berlari hingga terjatuh,badannya mendarat diatas tanah keras dan terkulai lemas disana. Thana ketakutan,ia hanya ingin berlari kemana saja sejauh-jauhnya. Badan kecil itu terbaring diatas tanah,matanya perlahan terbuka melihat bulan yang terang dari sela-sela ranting pohon camelia yang sedang berbunga.
"Bulan..tidak suka" Isaknya pelan,gadis itu menangis.
Tangisannya pecah namun tetap tidak bersuara,kakinya mati rasa karena sudah berlari sangat jauh. Cahaya bulan yang tadinya redup semkin terang,tempat itu seakan diberi lampu sorot. Sebuah mobil berhenti dijalan sepi itu,deru mesin mobil berhenti saat mobil itu dimatikan. Thana sudah diambang batas kesadarannya,penglihatannya semakin gelap.
Yang ia dengar hanya sebuah suara memanggilnya,ia masih merasakan badannya diangkat dan belum sempat ia membuka mata semuanya sudah gelap total saat kesadarannya menghilang sepenuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLANDESTINE'
Romance"Kau adalah alasan pertamaku untuk hidup" Mereka bertemu disebuah kebun mawar milik keluarga Mallory,bertemu sebagai dua orang asing namun salah satunya sudah mengenal sejak lama dan hanya menunggu waktu untuk hadir. Halen adalah anak tunggal keluar...