Chapter 3

144 12 21
                                    

Disclaimer : Garasu no Kamen by Suzue Miuchi

FanFiction by Agnes Kristi

===========================================================

"Kau tinggal disini?" Maya mengamati sekitaran basement yang tampak sepi, dimana mobil Masumi baru saja berhenti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau tinggal disini?" Maya mengamati sekitaran basement yang tampak sepi, dimana mobil Masumi baru saja berhenti.

"Hm." Masumi mengulas senyum sembari membuka pintu mobil. Pria itu pun berjalan memutari belakang mobil dan berniat untuk membukakan pintu Maya sebelum wanita muda itu keluar sendiri lalu menatap Masumi dengan wajah datar. Ah, Masumi lupa calon istrinya masih kesal. "Wada, kami akan siap dalam dua jam," katanya kemudian pada sopirnya yang tampak canggung berdiri di depan mobil dan menunggu perintah.

"Baik, Tuan." Wada pun mengangguk hormat.

Maya berjalan bersama Masumi dalam diam seraya memeluk buket coklatnya. Matanya masih mengawasi sekeliling dengan waspada.

"Jangan khawatir, apartemen ini terkenal dengan sistem keamanan paling baik di Tokyo. Paparazzi tidak akan bisa masuk." Masumi tentu saja bisa membaca gerak tubuh Maya yang tampak gelisah.

"Aku tidak takut pada paparazzi." Maya menoleh dan kembali melihat Masumi tersenyum padanya. Dia pun segera memalingkan wajah dan menghentikan langkah begitu sampai di depan lift. Namun tiba-tiba Maya bersin tepat saat suara lift berdenting dan pintu terbuka. Wanita itu menunduk lalu bergegas masuk seraya menggosok hidungnya pelan.

Masumi menahan senyumnya melebar saat melihat tingkah calon istrinya. Wanita itu bersikeras tidak mau memakai jas darinya saat di dalam mobil padahal udara di awal musim semi masih cukup dingin saat menjelang petang. Beruntung Masumi membawa kembali jas yang sempat dilempar Maya. Dia pun berdiri di sebelah sang calon istri dan memakaikan kembali jas di bahunya. "Udara dingin tidak baik untuk kesehatan," ucapnya saat wanita itu menatapnya sembari memincingkan mata.

"Tidak perlu merayuku," dengkus Maya kemudian.

Tentu saja Masumi tertawa mendengarnya. "Berhentilah menganggap semua perhatianku sebagai rayuan. Aku benar-benar tidak mau kau sakit Maya."

"Ya, ya, ya, Tuan Baik Hati." Maya merapikan jas dibahunya agar tidak terjatuh.

Lift kembali berdenting dan pintu terbuka di lantai 28. Maya berjalan mengikuti Masumi dengan wajah masam. Dia benar-benar tidak mau terjebak di dalam apartemen bersama dengan playboy tampan dengan mulut semanis madu. Tapi Maya tidak bisa menolak karena ibunya pasti akan marah. Sungguh situasi ini membuatnya dilema.

"Silakan masuk Maya." Masumi membuka pintu dan mempersilakan calon istrinya masuk.

Menahan rasa kesal di dalam hati, Maya melangkah masuk dan lampu yang tiba-tiba menyala membuat matanya berkedip.

"Ini adalah kunci duplikat apartemenku. Bawalah, jadi kau tidak akan merasa aku menculik dan mengurungmu di sini." Masumi mengulurkan sebuah kartu berwarna hitam dengan ornament bunga dan bintang emas. Nama Masumi Hayami tercetak tebal di bawah tulisan Grand Star Seven Apartement.

OMIAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang