Dua

14 3 0
                                    

Renata saat ini sedang berada di ruang kepala sekolah, berbincang dengan pak Wahyu kepala sekolah disana. Untuk memberikan berkas pindahan dan menggali informasi mengenai SMAN 2 JAKARTA.

" Baik Renata, bapak cukupkan sampai disini, untuk pengenalan lebih lanjut akan diantar oleh Rio. ia merupakan ketua osis disini."

Renata sedikit terdiam mengingat nama siswa yang pak Wahyu sebutkan, dan ia sadar bahwa orang tersebut merupakan ketua osis yang menghukumnya tadi di depan gerbang.

"Baik pak." Jawab Renata sembari memberikan senyum canggungnya.

Pak wahyu meraih telponnya, ia menghubungi seseorang.

"Baik Rio, kamu kemari. Saya tunggu."

Selang beberapa saat, suara pintu terbuka dan langkah kaki seseorang mulai mendekat.

" Permisi pak, ada yang bisa saya bantu?"

"Baik Rio, tolong perkenalkan sekolah kita dengan tour, kepada Renata siswi baru." Pinta pak Wahyu sembari tersenyum.

Renata membelakangi Rio, ia masih teramat kesal atas kejadian tadi pagi. Rio mengajak Renata,

"Ayo." Ajaknya dengan suara sopan yang sangat berbeda saat menghukum.

Renata membalikkan badannya menghadap Rio, Ekspresi ketua osis tersebut sedikit kaget. Ia membelakkan matanya dan dadanya membusung sedikit menandakan nafasnya tertekan sejenak karena refleks. Ia menyadari bahwa wanita yang akan dia temani saat ini adalah siswi yang membantah saat diberikan hukuman.

Sepersekian detik mata mereka saling berpaut, akhirnya ajakan Renata terlontar.

"Iya ayo."

"Baik pak permisi." Izin Rio pada pak Wahyu.

****

Renata berjalan di belakang Rio, percakapan belum dimulai sama sekali, hening dan canggung yang dirasakan. Hanya ada suara pembelajaran di kelas-kelas yang mereka lewati.

Rio menghentikan langkahnya, ia membetulkan dasinya,

"Mau dimulai darimana?

"Terserah" jawaban Renata sangat singkat.

"Oke, gue mulai dari lapang ya."

Renata memperbaiki posisi tasnya sembari melihat ke arah sekitar,

"Oke."

Rio menjelaskan dengan sangat detail setiap tempat serta sarana yang ada di sekolah tersebut, hal itu sedikit membuat Renata berfikir bahwa ia sedang berbicara dengan siswa yang pintar.

"Gimana udah cukup?" Tanya Rio pada Renata pada saat mereka sudah berakhir di tempat yang bernama Kantin.

Renata memperbaiki rambutnya dan menarik nafasnya,

"oke."

Rio sedikit kesal dengan respon wanita yang sedang bersamanya, sedari tadi bersama hanya kata. "oh", "oke", "ya" yang terlontar darinya.

"Lo kelas berapa? 10?"

"12" Jawab Renata singkat.

Rio menatap sinis, ia sudah sangat kesal.

"Oke." Jawab Rio sembari pergi meninggalkan Renata yang masih berdiri tegak di depan kantin.

Renata meremas tangannya panik,

"Hei lo mau kemana?" Teriak Renata.

Rio berbalik badan, ia memiringkan kepalanya dan mengangkat kedua lengannya menandakan ia bingung.

Renata hanya menatap kesal pada pria yang ia anggap galak dan menyebalkan itu, Karena bagi Rio bertatap diam tanpa dialog menyia-nyiakan waktu. Ia memilih melanjutkan berjalan.

Siswi pindahan tesebut berlari mengejar, ia menarik seragam Rio.

"Lo ko ninggalin gue?'

"Then?'

"Gue gatau kelas gue dimana."

"Oh"

Renata membelakkan matanya,

"Lo kok nyebelin sih?"

"Apa yang lo rasa ketika orang ngomong banyak, tapi lo cuman respon singkat. Bukannya terimakasih?"

"Perlu gue terimakasih sama lo?"

"Yaudah cari kelas lo sendiri."

"Oke gue gaperlu bantuan lo!" Jawab Renata sembari meninggalkan Rio.

Rio menaikkan sebelah alisnya, dan sedikit senyum miring di bibirnya. Dan ia pergi.

****

12 IPA 2

Renata akhirnya menemukan kelasnya, ia melihat ke slogan kecil kelasnya.

"Ah, akhirnya ketemu."

Ia merapihkan rambut dan pakaiannya, menarik nafasnya dalam untuk mempersiapkan diri masuk ke ruangan kelas barunya.

Renata mengetuk pintu,

"Permisi."

Ibu guru yang sedang mengajar membukakan pintu,

"Permisi bu, maaf saya menganggu. Saya Renata siswa pindahan."

"Ah ibu sudah menunggu, silahkan masuk."

Renata memasuki kelas dan berdiri di depan,

"Silahkan Renata memperkenalkan diri."

"Perkenalkan nama saya Renata Audrelya Cantika."

Ketika ia memperkenalkan diri, ia sadar ada seseorang yang menatapnya dengan sangat tajam di barisan kedua.

Orang itu adalah Rio, ia satu kelas dengan pria yang sangat ia benci. Renata membelakkan matanya saat menatap Rio.

"Baik Renata kamu bisa duduk di bangku yang kosong."

"Baik bu, terimakasih."

****

'JEJAK'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang