12. Bunga dalam karung!

1.3K 215 5
                                    

Part belum di perbaiki.
Typo bertebaran.
Happy reading.









***

Ellina menatap pintu kamar yang tertutup. Hal utama yang ia lakukan adalah menatap wajahnya di cermin. Ia mengerutkan keningnya dan mundur perlahan. Terkejut dengan bayangan yang keluar dari cermin.

"Tidak, itu bukan aku' kan?"

Merasa tak percaya, ia perlahan memperlihatkan wajahnya sekali lagi. Dan lagi-lagi ia terlonjak kaget kebelakang. Tangannya menyentuh kasar wajahnya. Dengan mata terbuka lebar dan mulut menganga.

"Hah, tidak mungkin! Sejak kapan aku berubah menjadi setan kurus yang mengerikan?"

Merasa syok, ia menetralkan cara berpikirnya. Hal utama yang ia lakukan adalah merenung. Mengingat setahun terakhir ini dan menatap salju-salju yang turun. Di luar jendela kaca kamarnya, uap udara tercetak jelas. Membuat tangannya menulis pelan di atas kaca jendela.

"Dendam dan kedamaian,"

Kata itu saling bertautan. Seperti memiliki keterikatan namun tak memiliki aturan. Siapa yang tak ingin kedamaian. Dan siapapun tak akan ingin memilih jalan hidup suram. Namun Ellina sadar. Hanya itu satu-satunya cara. Agar ia bisa bahagia.

"Jeratan takdir ini bagai benang yang saling berhubungan. Ia tak menginginkan aku untuk lari. Tapi berdiri dan menghadapi,"

Tersenyum miris, ia merasa menjadi orang terbodoh di dunia.

Berapa lama waktu yang aku butuhkan untuk menyadari semua ini? Hal-hal yang kumiliki, seharusnya menjadi milikku sendiri!

Kilatan benci dan marah itu terlintas. Ellina menarik rambut kusutnya kebelakang.

Aku pernah mati sekali. Dan merasakan hal yang sama dua kali. Semua menguncangku hingga ke inti. Hingga ke dasar pikiranku. Aku gila! Aku sendiri! Menangisi takdir yang yak berubah! Dan hanya lari dari kenyataan! Bukankah aku seorang pengecut yang naif?

Sesak! Ia merasa dadanya pelan. Ini bagaikan dejavu. Matanya menatap lurus, pada salju-salju yang menumpuk dan tumbuhan-tumbuhan yang bertahan hidup dari musim dingin.

Bukankah kau menginginkan ini? Kau selalu melempar dadu dan menjadikanku bidak caturmu. Melangkahi hidupku untuk mencapai puncak dan menang!

"Lexsi Larissa," ucapnya lirih. Senyumnya terkembang sedikit. Menghadirkan kerutan halus di sudut matanya saat melihat sebuah tumpukan salju yang runtuh.

Tapi kali ini, aku yang akan melempar dadu. Aku yang akan berjalan atas jalan yang kupilih. Dan kupastikan, bahwa kau tak akan menang!

Di luar ruangan yang hangat. Ernest masih terfokus pada laptop di depannya. Wajahnya jelas terlihat berseri. Ia menyelesaikan masalah dengan cepat. Lalu saat teleponnya berdering, ia tak bisa menahan lagi untuk tidak berteriak senang.

"Zaccheo...!"

Di kejauhan sana, Zaccheo menjauhkan telepon dari telinganya. Ia memastikan sekali lagi bahwa ia tak menelepon orang yang salah. "Tuan," lirihnya memastikan.

"Berlianku sudah sadar."

Zaccheo membeku. Tidak, ia jelas tidak tuli. Tuannya mengatakan bahwa gadis di villa mewah itu telah sadar. Lalu ia lupa akan laporannya. Langkahnya dengan cepat menuju mobil dan segera menuju Villa. Merasakan sesuatu yang membuat hidupnya merasa jauh lebih berarti.

Ernest merasa sangat senang. Ia telah menunggu Ellina lebih dari dua jam. Dan saat Zaccheo kembali, ia menoleh dengan riang. Merasa tak dapat berekspresi, Zaccheo sama terpakunya dengan tuannya.

Nightmare Cinderella.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang