Tyara-Tante Lulu

2.1K 179 64
                                    

Tyara memandangi undangan di tangannya. Lagi-lagi dia mendapat undangan pernikahan dari teman semasa kuliahnya.

Well, temennya nikah itu bagus! Tyara ikut merasa bahagia! Sangat!

Tyara memeriksa jadwal di iPad-nya, bermaksud memberikan catatan pada tanggal 22, bulan Februari bahwa dirinya harus menghadiri acara pernikahan temannya tersebut.

"Hm, disalip lagi tuh kayaknya." Sindir seseorang yang tiba-tiba muncul di sebelahnya. Kakak dari ibunya, yang bernama Tante Lulu.

Tyara hanya tersenyum kecil mendengar ucapan Tante Lulu.

"Kamu kapan? Seminggu ini, Tante liat kamu udah dapet empat undangan nikahan kan?"

"Tante inget? Aku aja lupa loh, harus liat jadwal dulu baru inget! Maklumlah, sibuk cari duit!"

"Jadi cewek jangan terlalu sibuk, jangan terlalu mandiri, jangan terlalu pinter, nggak perlu sekolah tinggi-tinggi, nanti nggak ada cowok yang mau."

'Nah ini!' ucap Tyara dalam hati. Tyara memutar bola matanya malas. Senyum sinis tercipta di bibir Tyara.

Tyara menarik napas sejenak. "Justru, di jaman sekarang cewek harus pinter, biar nggak gampang dibodohi! Apalagi dibodohi sama cowok! Jadi cewek juga harus mandiri, biar apa? Biar kalo butuh apa-apa bisa langsung ngelakuin sendiri, nggak perlu nunggu bantuan! Apalagi jaman sekarang, kebutuhan hidup semakin tinggi, kalo kita sebagai cewek nggak pinter buat ngatur keuangan dan nggak pinter cari uang, dan hanya mengandalkan uang gaji dari suami yang nggak seberapa, hidup pasti nggak tenang. Kenapa? Karena, ujung-ujungnya pasti bakal berhutang, kalo udah punya hutang, ya auto nggak bisa foya-foya lah."

Tante Lulu memandang sinis ke arah keponakannya tersebut. "Kamu nyindir Tante, karena sering pinjam uang sama mama kamu ya?"

Tyara menaikkan sebelah alisnya. "Tante ngerasa? Ya maaf."

"Asal kamu tau, kamu mah enak, masih single, masih belum tau kebutuhan hidup rumah tangga! Masih belum tau gimana rasanya, gas sama beras habis di waktu yang bersamaan! Ntar deh, kalo udah berumah tangga, pasti tau rasanya, gimana sulitnya ngatur keuangan."

"Justru karena aku masih single, aku nggak mau sampai ngerasain itu semua nanti dalam rumah tangga aku! Makanya, sekarang aku lagi giat-giatnya cari duit! Investasi sana-sini! Supaya apa? Supaya nanti, kalo udah berumah tangga nggak sibuk mikirin harus pinjam uang kemana dan siapa!"

Tante Lulu menatap sengit wajah Tyara yang tampak santai.

"Kamu tuh kalo dibilangin jangan ngelunjak ya? Yang nurut dikit kenapa sih? Tante nih lebih tua dari kamu sama mama kamu! Pantesan nggak nikah-nikah! Kalo dibilangin, ngejawab mulu!"

Setelah berucap demikian, Tante Lulu pun pergi meninggalkan Tyara. Sedangkan Tyara memandangi kepergian tantenya dengan berdecih. "Kalo udah kalah pasti bawa-bawa umur! Udah tua bukannya banyakin dzikir malah nyinyir." Cibir Tyara.

Ponsel Tyara berbunyi, menandakan adanya notifikasi masuk. Tyara segera membuka notifikasi tersebut yang ternyata berasal dari grup chat para nctzen. Yups, Tyara dan dunia fangirlnya memang sulit dipisahkan.

Tyara menjadi fangirl semata-mata hanya untuk bersenang-senang. Mengalihkan sedikit perhatiannya dari berbagai macam cibiran dan nyinyiran orang-orang di sekitarnya yang hanya membicarakan tentang nikah, nikah, nikah dan nikah.

Seakan-akan, kalau kamu hidup sebagai cewek dan tinggal di Indonesia hanya untuk sekolah, dimana itupun hanya sebagai formalitas semata, harus bisa bersih-bersih rumah, bisa masak dan begitu usia 21 harus udah nikah, punya anak dan ngurus rumah tangga. Dan, bakal jadi cewek paling berdosa kalo usia 21 tahun ke atas nggak cepet-cepet nikah. Lebih-lebih kalau usia udah setengah dari 50 tahun, orang-orang bakal kasih kamu label "Perawan Tua."

Miris? Sangat!

Tapi, inilah yang terjadi kalo kamu berjenis kelamin perempuan dan tinggal di negara berkode +62. Terlebih, kamu dikelilingi oleh para tante dan tetangga maha benar yang memang hobi nyinyir, mengalahkan netizen.

Untuk Tyara sebuah pernikahan bukanlah perlombaan. Nggak seharusnya, nikah dijadikan ajang pamer pasangan, dekor pernikahan, souvernir, cake dan segala tetek bengek tentang pernikahan.

Tyara tidak akan menikah, hanya karena teman-temannya sudah saling menemukan belahan jiwanya. Bagi Tyara, menjadi single jauh lebih baik daripada harus buru-buru menikah, hanya karena usianya sudah menginjak 25 tahun.

Iya kalo pernikahannya bahagia, kalo enggak? Bukannya ujung-ujungnya bakal cerai? Karena terlalu sering cekcok gara-gara usia yang masih muda dan masih ingin memenuhi keegoisan masing-masing?

Kalau nggak ada anak sih it's ok, kalau udah ada anak? Apa nggak rusak itu mental si anak?

Kadang, Tyara suka ngerasa miris aja gitu liat orang-orang yang dengan tampang dan ucapan bijaknya ngasih tau kalau nikah itu harus gini, nikah itu harus gitu. Udah berasa pernikahan dia paling harmonis dan paling bahagia sedunia aja, padahal anak-anaknya yang paling sering cekcok sampai hampir saling bacok!

Tyara mengecek jam di tangannya, "me time!" seru Tyara semangat. Lalu beranjak dari duduknya dan segera berpamitan dengan mamanya yang kebetulan sedang berbincang dengan tantenya.

"Mau kemana?" Tanya mama Tyara.

"Jalan-jalan dulu Ma. Mama mau dibeliin apa?"

Mama Tyara menggeleng pela. "Enggak deh!"

"Jangan malem-malem ya?" Pesan mama Tyara. Tyara mengangguk.

"Jalan-jalan mulu. Anak cewek bukannya diem aja di rumah. Jangan boros-boros lah!" Sindir Tante Lulu.

"Iya deh, yang nggak pernah jalan-jalan semenjak udah berkeluarga, karena nggak ada duit!" Balas Tyara santai.

Tante Lulu yang mendengar itu hanya mendelik marah. "Anak kamu nggak sopan tau! Masa sama orang tua begitu?" Ujarnya kepada mama Tyara.

"Ya gimana ya? Kan, Tante yang mulai duluan!"

"Udah sana berangkat!" Titah sang mama.

Tyara hanya mengedikkan bahunya dan berlalu pergi begitu saja.

"Anakmu itu harus cepet-cepet dinikahkan, biar tau tata krama. Biar nggak seenaknya sama orang tua!"

Mama Tyara yang mendengar ucapan kakaknya hanya menghela napas sebentar. "Aku sih terserah Tyara aja, dia udah gede, udah tau mana yang bener, mana yang enggak! Hidup juga, hidup dia."

"Ck! Ibu sama anak, sama aja! Sama-sama nggak bisa dibilangin!" Hardik Tante Lulu.




***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SingleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang