ARGUS_2

742 201 76
                                    

_𝙷𝙰𝙿𝙿𝚈 𝚁𝙴𝙰𝙳𝙸𝙽𝙶_
______________________________

"Karena... " ucapan Zora dengan menggantung.

"Karena apa ya? Apa aku bilang bahwa aku sedang mencari permataku? Tapi apakah manusia itu percaya?" ucap di dalam hatinya.

"Heh! Karena apaan?" tegur Elfatir yang menunggu kelanjutan dari ucapan Zora.

"Sebenarnya, aku juga tidak tau. Kenapa aku bisa sampai sini" ucap Zora dengan lesuh dam menatap satu persatu para manusia tampan ini.

Argus pun menaikkan satu alisnya, seolah bingung dengan jawaban yang di berikan oleh Zora. Apa mungkin benar, Zora tersesat dan sampai ke markas gengnya ini? Atau, ini memang akal-akalnya dari musuhnya menggunakan umpan agar kita masuk ke perangkapnya?.

Argus pun menghela nafas dan menatap televisi yang sudah retak itu, ia pun kembali menatap Zora yang sedang asik dengan makanannya.

Argus langsung mengode temannya seolah minta penjelasan tentang televisi yang retak itu.

Mereka pun juga tidak tau hanya menggelengkan kepala saja.

"Zora, itu tipi kenapa bisa jadi semut semua isinya?" tanya Sadipta, dan di angguki semuanya.

"Oh, si gepeng itu. Semalam ada manusia muncul dari situ, trus aku lempar pakek benda panjang itu" dengan telunjuk mengarah ke arah remot yang tergeletak di bawah.

"Si gepeng?" tanya dengan raut kebingungan dari Agaris, dan di angguki Zora yang sedang memakan makanan ringan.

"Hemmm, nyam nyamm..." senandung Zora saat memasukkan makanan itu ke dalam mulutnya, dan tak lupa badanya yang bergoyang ke kanan dan ke kiri.

"Keknya, nih cewe dari jaman purba deh" ucap Sadipta, ketika melihat cara makan Zora yang tidak ada anggun-anggunnya.

"Ganti rugi" titah Argus dengan datar dan menyorot gadis cantik itu. Sedangkan yang disorot tajam hanya menatap acus dan melanjutkan acara makannya.

Sungguh makanan di bumi sangat berbeda dengan di planet Aquarius, di sana hanya ada tanah coklat yang memiliki rasa sangat manis, dan hanya itu sumber makanan di planet Aquarius. Kalau ingin memakan makanan yang berbeda mereka harus mendatangi planet lain, dan menukar tanah manis itu dengan makanan yang mereka inginkan.

"Aku tidak memiliki uang, seperti milik manusia" ucap Zora dengan lesuh, dengan memandangi mereka yang ada di ruangan itu.

"Lo cantik gini, masa kagak punya duwit sepeserpun?" heran Elfatir, gimana tidak heran wajah cantik, kulit putih kinclong, pakain dengan kualitas tinggi. Tidak mungkin gadis di depannya ini tidak memiliki uang, kalo tidak rupiah minimal dollar lah.

"Boong kan lo, sebenernya lo itu anaknya konglomeratkan" tuduh Agaris, dengan mata yang melotot.

"Kolor melorot? Apa itu?" tanya Zora dengan polos, mereka yang di sana pun tidak bisa menahan tawa dengan mendengar pertanyaan dari Zora.

Argus yang biasanya hanya menampilkan wajah datar seperti jalan tol itu, sekarang juga menahan tawa agar tidak keluar. Dia masih menjaga imej nya sebagai ketua, yang tidak bisa berekspresi.

"Anjirr, kolor melorot hahahaha" tawa Agaris yang menggeleng sampai berguling-guling di lantai.

"Buset jauh banget sampek kolor melorot, Ra" Elfatir pun juga tertawa terbahak-bahak sampai mengeluarkan air mata di sudut matanya.

Zora yang melihat tawa para manusia bumi itu jadi ngeri sendiri. Dia pun menarik selimut yang tergeletak di lantai, untuk menutupi wajahnya.

"Sebenarnya, apa yang kalian tertawakan?" Zora dengan menutup tubuhnya, dan terlihat hanya ada matanya saja.

ARGUS! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang