Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sayang...
Apa kau bahagia disana? Sudah lama sekali rasanya,
Seperti yang kau tahu, disini ada yang begitu merindukanmu...
Menginginkan ragamu kembali hadir dalam setiap hari-hari yang terlewati. Merengkuhmu, menarik lenganmu ketika lagi-lagi kau ceroboh, menatap binar di kedua bola mata yang membuatku semakin jatuh dalam dirimu.
Apa kau tak ingin kembali dalam pelukanku? Kau bilang disini begitu hangat...
"Jae Hyung!" Teriakan kencang yang memenuhi lorong gedung tua, mendapatkan seluruh atensi dari manusia-manusia sekitar.
Lihatlah betapa lebar kaki jenjangnya melangkah.
Tidak ada hal lain, yang begitu Jaehyun ingin nikmati selain senyuman lebar milik orang terkasih, yang kini sedang menelusup masuk dalam pelukan hangat.
"Pelukanmu begitu hangat, hyung!" Katanya persis, setiap Jaehyun membalas rengkuhan yang lebih muda.
"Hei! Bagaimana hari ini?" Tanya Jaehyun.
Yang lebih muda mendongak. Binar mata bercahaya bak mentari pagi menyambut jelaga kelam milik Jaehyun.
"Menyenangkan! Lucas diizinkan untuk berkeliling lalu bermain!"
Setiap ceritanya begitu menggebu. Membuat Jaehyun tidak tahan mengusak surai hitam lebat yang lebih muda.
"Jangan di usak terus! Rambut Lucas rontok,"
Ranumnya mengerucut lucu. Membuat Jaehyun langsung menyentuh ranum itu dengan bibir merah muda, miliknya.
"Yak!"
"Kenapa kau selalu protes, sih?"
Kerutan muncul pada dahi Jaehyun. Menatap yang lebih muda tidak senang.
Lucas terkekeh begitu melihat wajah kekasihnya berubah masam. Kini laki-laki itu yang mendekatkan wajahnya dengan wajah Jaehyun. Kembali menempel singkat ranumnya pada bilah tipis Jung Jaehyun.
"Kau seperti buah persik! Buah kesukaanku hyung!"
Bahkan kini...
Persik ikut menjadi buah kesukaanku, Lucas.
Segala hal, yang dulunya menjadi hal yang begitu kau suka. Menempel lekat pada diriku.
Aku tidak lagi menyukai nikotin. Tidak ku hiraukan orang lain menganggapku aneh, karena menggantinya dengan manisan berbentuk hati, seperti yang kau sodorkan padaku kala itu.
Aku tidak lagi menyukai kopi. Setiap sesapan teh hijau di lidahku, membuat setiap perasaan gundah menjadi tenang. Tidurku pun berangsur normal, sayang...
