[8/10]

3.7K 525 28
                                    

Saat itu ibuku menanyakan tentangmu

_________,,,__________

Jantung (Name) berpacu lebih cepat di kala sebuah pesan singkat datang dari Kaizo.

[Berdandanlah secantik mungkin. Malam ini Bunda ingin bertemu denganmu.]

Ini akan menjadi pertemuan pertama dengan ibu Kaizo. Karena selama ini beluar berada di luar kota mengikuti suaminya, ayah Kaizo, yang sedang dinas.

Kabar dadakan itu membuat (Name) jadi tidak fokus seharian ini. Dia sempat salah membingkis pesanan pelanggan di kafe tempat kerjanya. Untunglah orang itu tidak sampai marah, dia hanya sedikit mengomel karena kesalahan apa yang ia pesan ternyata berbeda dengan diterimanya.

‘Aku izin pulang dulua saja, deh, ke manajer. Kebiasaan tangan suka tremor kalau lagi gugup.’

* * *

Baiklah, menghela napas pelan lalu embuskan perlahan. Lakukan berulang kali untuk mengurangi rasa gugup.

Ting tong!

(Name) menekan bel rumah Kaizo. Dia berinisiatif untuk datang kemari sendiri setelah kekasihnya mengatakan tidak bisa menjemput lantaran ada urusan sebentar di sekolah. Laptop pemuda itu tertinggal di sana.

Sesuai pesan dari Kaizo, (Name) berusaha membuat dirinya cantik, setidaknya nyaman untuk dipandang. Setelah mengetahui anak gadisnya akan menyapa ibu dari sang kekasih, Mama (Name) meminjamkan dress-nya yang masih bagus.

“Jangan pakai celana. Pakai gaun supaya terlihat anggun.”

Daripada durhaka, (Name) turuti kemauan ibunya.

Ting tong!

Bel ditekan sekali lagi. Takutnya penghuni rumah tidak mendengar.

Baru saja ingin menekan ketiga kalinya, pintu sudah terbuka oleh Fang. “Kak (Name) sudah datang. Masuk, Kak. Bunda lagi masak di dapur, samperin aja.”

“Makasih, Fang.”

Memang ini bukan kunjungan pertamanya ke rumah keluarga ungu. Tidak sulit bagi (Name) untuk ke dapur, karena ia sudah hafal letak struktur rumah kekasihnya itu.

“Pe-permisi, Bibi …,” ucap (Name) saat mendapati seorang wanita tengah sibuk memotong sayuran.

Wanita itu menoleh. “Astaga, pasti kamu (Name). Maaf, ya, Bibi tidak tahu kamu datang. Kebiasaan fokus di dapur jadi tidak tahu ada tamu.”

(Name) sempat terhenyak. Bagaimana tidak sang sampai terpesona jika yang di depannya ini wanita yang anggun dan penuh kharisma. Dengan tanda cantik di bawah matanya.

“Ti-tidak apa, Bibi,” balas (Name), “boleh saya ikut bantu Bibi?”

“Tidak ada yang melarang. Pasti Kaizo senang kalau tahu ternyata calon istrinya memasak bersama Bundanya.”

‘Ca-ca-calon istri?!’

Kesempatan (Name) untuk menggaet hati calon ibu mertua. Senang hati gadis itu membantu ibu Kaizo.

“Masakan Bunda selalu yang paling top!” puji Fang seraya memasukkan sesendok sup ke mulutnya.

“Hm … makan yang banyak, Fang.” Bunda menatap teduh putra bungsunya. Dia kemudian beralih menatap pada Kaizo. “Kaizo pintar sekali, ya, memilih perempuan.”

Kaizo mengernyit. “Kenapa memangnya?”

“(Name) sudah siap jadi bagian dari keluarga kita, deh. Sudah pandai memasakkan untuk calon suami.”

“Uhuk!” Hampir saja (Name) tersedak mendengar gurauan wanita paruh baya itu.

“Bunda, jahilnya ditahan dulu, dong!”

.

.

• Bonus •

“Kenapa malam gelap?”

“Karena tidak ada matahari.”

“Bukan. Karena yang cerah itu masa depan aku sama kamu.”

_________,,,_________

… aku tahu persis pilihanku tidak pernah salah.

My Shy Girlfriend (Kaizo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang