file.three.doc

815 54 23
                                    

Diperingatkan bahwa chapter ini mengandung mature content! atau Hentai!










"Dimana Leo-kun!" Producer berteriak pada Sena yang baru saja sampai. Tak bisa surai silver ini terlambat kecuali ia membuntuti Yuuki Makoto, bisa saja tak datang sekaligus.

"Chou uzai!" Kata andalan keluar. "Mana ku tau cari saja sendiri."

"Dasar tsundere satu ini." Geram [Name].

"Hah! Siapa yang tsundere hah!" Sena membalas tidak terima.

"Ya kau lah! Siapa lagi!" Amuk [Name]. "Sudah lah! Debat sama mu nggak guna." Ia membuang muka, pergi ke Tsukasa yang menonton adu mulutnya dengan Sena.

"Kasa-kun, kalian tampil tanpa Leo-kun. Aku akan pergi mencarinya mungkin saja terjadi sesuatu." Tutur halus [Name]. Tsukasa mengangguk menuruti perintah onee-sama.

Dirinya melangkah pergi dari ruangan. Tak perlu khawatir pada knights minus Leo. Keempat pemuda tersebut bisa melakukan yang terbaik tanpa bermasalah.

📝💙🗡

Di kamar yang berantakan penuh dengan kertas coretan. Ia terlihat mengantuk, kebiasaan untuk begadang tak bisa di hindari. Melangkah malas pergi ke kulkas mengambil minuman segar menghilangkan dahaga. Membuka kulkas, ia menemukan botol setengah isi berwarna seperti jus jambu. Itu terlihat segar tuk menghilangkan haus lantas ia teguk.

Rasa manis dan segar bersatu di lidah. Ada seperti sparkel yang meletup di mulut. Rasa manis yang tersisa menimbulkan ke anehan kala mulut mengecap. Tentu tidak ambil pusing. Mungkin minuman jenis baru milik Nazuna. Jika benat, dia akan minta maaf nanti.

[Name] tiba 15 menit setelah meninggalkan tkp. Ia mengetuk permukaan pintu sebanyak tiga kali. Tak ada jawaban yang datang saat pita suara menyebut nama pemuda. Lantas ia putar kenop pintu. Menyakinkan diri dari kecemasan.

"Leo-kun?" Sahutnya, ruang kosong. Batang hidung pria itu tak terlihat. Melainkan kertas-kertas penuh dengan coretan note musik yang berserak di lantai. Kau mengumpat dalam hati, cukup menjengkelkan melihat sifat pria yang suka menghamburkan kertas tersebut - tapi setelahnya di pungut kembali karna penting.

"Sena?" Leo muncul tanpa di ketahui datang darimana.

"Leo-kun? Kau kemana saja kenapa tidak datang untuk jadwal hari ini?" [Name] selesai mengambil kertas terakhir, di letakan di nakas terdekat.

Ia mendatangi Leo yang terlihat tidak baik. "Kau baik saja?"

"[Name]...?" Sorot mata Leo melayu, ia terlihat seperti... orang mabuk? Hampir terlihat begitu.

"Ya? Aku disini?"

"Panas..." Leo mencengkram dada, terasa sesak disana. Napasnya mulai tak teratur akibat denyut jantung yang tak terkontral. Pandangan terfokus pada titik-titik lain.

"Apa kau sakit? Tunggu sebentar!" Jelita panik, ia tepi Leo yang berada di depannya.

"Bu-bukan berarti aku khawatir! Jangan salahpaham-" [Name] menoleh balik membenarkan kalimat.

Setelah kalimatnya selesai, tangan [Name] di tarik Leo. Di dorong hingga punggung menubrukan dinding. Kedua tangan pun di tahan di sisi.

"Jangan pergi..." Terdengar seperti gumam. Poni senja menutupi wajah elok. Napas yang keluar dari mulut terasa panas menerpa kulit.

"Aku... merasa panas," Ia berfokus pada satu titik di depannya yaitu bibir [Name]. Membayangkan manis rasa bibir jelita mendorongnya untuk mencoba. "Kenapa [Name] seperti manisan... membuatku ingin memakannya."

Kedua bibir menyatu, lidahnya menyapu permukaan bibir memberi kesan geli. Lidahnya pun menjejal mulut [Name]. Berkeliaran kesisi-sisi dan beradu dengan pemiliki. Itu membuatnya candu ingin lebih lagi.

[Name] mencoba lepas dari kukungan Leo. Pria itu semakin memperdalam ciuman akan kau yang melawannya. Cengkraman di pergelangan tangan menguat.

Leo melepas cumbuan. Ia menyatukan keningnya dengan mu. Kedua napas saling bertemu. Kaki jelita lemas akan bibir si pria. Sama-sama pipi di warnai mawar mekar.

"Sesak..." Suaranya mengalun di telinga [Name]. "Aku seperti... ingin... melahapmu..." Ia menggigit telinga merah itu. [Name] menggeliat akan rasa geli yang menyambar di tambah lidah dan gigi Leo yang beranggap telinganya adalah permen lolipop.

"Ngh..." [Name] menahan suaranya. Leo turun ke leher, lidahnya menyapu halus permukaan kulit. Terdengar suara kecupan yang membuat warna merah keunguan bertebaran di sana.

"Leo... hentikan..."

"Aku tidak bisa berhenti.... Ini candu."

"Akh-" Leo menggigitnya, cukup kuat menambah mark yang ada.

Leo sekali lagi menarik mu, kali ini ia jatuhkan kau ke kasur. Menjatuhkan ke pinggir ranjang dalam posisi tengkurap membuatmu seperti menungging, ia pun menahan satu tangan mu ke belakang.

Bibir adam mendekat pada telinga. Dengan satu tangan yang naik dari paha secara halus berjalan. Pipi semakin memerah akan sentuhan yang di berikan.

"Aku... ingin [Name]." Bisik Leo, nada berat itu terasa sensual di pendengaran.

Serpihan air bersatu menggenang di sudut mata. Padahal anak klub karate yang suka adu mekanik dengan Hiiro, dan Tetora. Terkadang diluar dari klub ia beradu dengan Kuro. Tapi kenapa dia tak dapat melawan di saat-saat seperti ini? Selain lemah pada Leo, tenaganya hilang ntah dicuri siapa ditambah lagi! Leo seperti orang berpengalaman!

Penghalang di dalam rok telah di singkirkan. Permukaan kewanitaan telah banjir hanya karna interaksi halus menggelitik.

Leo ikut melepas barang yang sudah sesak. Itu sudah menegang sedari tadi, seakan terpengaruh oleh obat. Ia menyesuaikan penempatan.

"Aku ingin... Ini membebani..."

Nafsu tak dapat di bendung ia pun menerobos masuk ke dalam sempitnya lubang. Rahangnya di perkuat, nikmat terhantar ke dada.

"Akhhh~" Suara yang tak ditahan menjadi polusi. Tangan yang bebas meremas kain sprei hingga kusut. Tertumpah sudah air mata.

Keringat di dagu jatuh. Adegan panas yang ia buat menjatuhkan piluh. Ia mendorong secara halus menyamankan [Name] yang menahan rasa sakit setiap ia mendorong lebih dalam.

Napasnya tersenggal. "Apa ini... aku merasa telah melakukan hal berbahaya, tapi ini... begitu nikmat."

Tak dapat ia hentikan kenikmatan yang menjalari pembuluh darah. Tak mengusikan rintihan manis diantara rasa nikmat dan sakit Leo tetap bergerak hingga ambang batas.

"Ukhhh... Keluar..." Secara bersamaan cairan dua insan menyatu di dalam rahim. Beban yang tak mampu di tahan ia tumpahkan seluruhnya.

Pegangan pada kain sprei mengendur. Keduanya kehabisan napas, kelelah, nikmat dan sakit berdenyut di area larangan.

"Kurang... Aku ingin lagi... Aku masih ingin merasakan [Name] lebih lagi, bagaimana ini," Ia lepas dari kewanitaan, perpindah pada lubang belakang.

"Aku ingin lebih."

-

Hm, saya merasa kurang bagus.

𝐈𝐧𝐜𝐨𝐦𝐦𝐨𝐝𝐮𝐬┋𝘛𝘴𝘶𝘬𝘪𝘯𝘢𝘨𝘢 𝘓𝘦𝘰Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang