"Onee-sama!!" Tsukasa menyeruh kala kelopak mata membuka. Kecemasan kental tergambar di raut. Ia membantu mu duduk di atas kasur.
"Ini dimana?" Tanya mu pelan. Terasa nyeri di beberapa bagian pusing pun ikut melanda.
"Leo-san bed room."
"Leo...-kun?" Memori sehari itu lewat sekilas seperti kelinci yang berlari cepat membekas kesan menyedihkan bukan pipi yang bersemu akan adegan panas.
"Onee-sama? What happen?" Pertanyaan hampir tak terdengar takut menambah awan gelap di [Name].
"Tidak. Aku akan pulang." Telapak kaki menyentuh dingin lantai. Tsukasa memberi reaksi mencegah kau pergi.
"No! Onee-sama masih butuh rest!"
"Aku baik saja. Aku harus pulang."
Langkah yang kau ambil ambruk. Tsukasa sesigapnya menahan kau yang akan jatuh, pria pecinta manis itu meminjamkan tenaganya.
"Biarkan aku mengantar onee-sama." Diukir senyum lembut.
"Maaf merepotkan mu."
"No problem."
📝💙🗡
Di kamar lain. Ritsu masih saja rebahan di pulau kapuk. Sena dengan mode emak-emak, melipat kedua tangan di depan dada. Menatap nanar pada Leo yang duduk tertunduk. Arashi di samping Leo masih mencoba menenangkan pria jenius tersebut.
Ia telah melakukan kesalahan. Kesalahan besar yang membuat kesayangannya membencinya. Itu fatal, tak bisa di perbaiki dengan ucapan maaf sekali pun.
"Tolong hati-hati melangkah." Suara Tsukasa dari luar mudah terdengar masuk ke atmosfer sunyi.
Arashi dan Sena menoleh pada pintu. Membuat perhatian keduanya beranjak dari tempat mengecek dari ambang pintu.
"[Name]-chan? Kau sudah baikan?" Arashi bertanya. Mendengar itu Leo ingin bangkit melihat tapi ia urungkan mengingat kesalahannya.
"Aku baik saja. Maaf membuat Ara-nee khawatir." Sedikit curiga [Name] menyimpulkan bahwa Leo bercerita tentang hal sensitif tersebut.
Tsukasa tahu? Ntah lah, pria polos pecinta manis tersebut terlalu dini mendengar cerita dewasa.
"Bohong." Kata Izumi. "Kalo belum baik jangan sok kuat."
"Berisik tsundere. Aku memang baik saja Tsukasa hanya membantu ku karna khawatir tidak seperti mu!"
"Chou uzai! Aku hanya sedikit khawatir! Bukan berarti khawatir penuh."
"Let's go, onee-sama." Untung Tsukasa mencelah mengajak [Name] pergi sebelum kedua makhluk tsundere adu mulut kembali.
"Ya." Perjalanan berlanjut. Arashi dan Sena kembali ke Leo setelah Tsukasa dan [Name] menjauh.
"Bagaimana ini Sena....!" Leo terlihat frustasi. Mata zamrud berkaca-kaca nyaris air mata tumpah. Ia tak pernah berharap merusak apa yang ia sukai.
"Minta maaf padanya, katakan apa yang terjadi lalu tanggung jawab." Izumi memberi saran.
📝💙🗡
Akan kejadian tersebut, [Name] hampir menghabiskan waktu di Yumenosaki dari pada di gedung ES. Itu semacam cuti tapi bukan cuti. Ia hanya mengurangi kegiatan sebagai producer memilih menikmati secangkir teh dengan tambahan sepotong kue manis.
"Apa tidak masalah kau disini, Ritsu-kun?" Tanya [Name]. Kebetulan ia menemukan adik Rei yang sembarangan tidur.
"Ya tidak apa." Ritsu mengangkat pipi dari permukaan meja. Tanganya menjalar mengelus kepala [Name]. "Sudah lama tidak berdua dengan [Name]-chan."
"Tunggu sebentar! Kenapa kau mengelus ku! Aku... Bukan anak kecil..." Nada suara perlahan memudar. Ia paling lemah dengan elusan kepala. Ia akan berubah menjadi anak kucing yang malang. "Ritsu-kun... Hentikan.."
"Ti.... dak."
[Name] menutup irisnya. Mencoba untuk tidak kelepasan karna elusan halus dan nyaman dari Ritsu. Tapi ia gagal. Ritsu sukses menaklukkan si gadis.
"Bagaimana ini... Aku masih ingin melakukan berbagai hal tapi Leo-kun malah melakukan hal tersebut pada ku.." Matanya berkaca-kaca. [Name] bukanlah gadis kuat yang selalu ada untuk mereka. Justru ia rapuh. Selalu menahan perasaan di hati, tak mau mengatakan pada siapa pun. Hanya mengandalkan dirinya saja.
"Aku tak mau nikah muda. Tapi kenapa Leo-kun melakukannya, seharusnya saat kita berdua sah baru melakukannya. Aku tidak bisa membunuh nyawa yang belum lahir." Tangis yang pecah mengisi kesunyian kantin.
Elusan Ritsu belum lepas. Pria itu terus menghantarkan ketenangan untuk si gadis. Melegahkan segala rasa yang ia tahan akhir-akhir ini.
Cukup lama hal tersebut berlalu. [Name] sudah mulai tenang. Kesedihan telah menguar dari bahu.
"Sudah tenang?" Ritsu bertopang dagu.
[Name] mengangguk. "Ritsu-kun... Tolong rahasiakan yang tadi, aku akan melakukan apa pun untuk mu." Syukur-syukur hanya Ritsu yang mendengar ia menangis. Itu akan menjadi aib baginya.
"Apa pun~" Senyum jahil tercetak di bibir si vampir. "Bagaimana dengan menghisap darah?"
"Oke." [Name] melepas dua kancing teratas. Ia mengekspos leher hingga ke bahu.
Netra darah melebar. Ritsu beranjak dari kursi. Menahan tangan jelita yang berniat mengekspos lebih. Ia kembali menutup kancing tadi.
"Aku bercanda. Dari pada itu sebaiknya [Name]-chan berhati-hati jika ada yang melihat leher mu akan lebih berbahaya."
Sedikit bingung, [Name] mengingat bahwa jejak mark buatan Leo masih berbekas jelas. Ia kelupaan untuk menutupi dengan make up. Yang benar ia tak paham mengenakannya bukan bermasuk pamer pada Ritsu.
"Terlebih lagi untuk Tsukippi yang seorang idol." Lanjut Ritsu. [Name] tertegun. "Jika publik tau, Tsukippi akan kena skandal besar."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐈𝐧𝐜𝐨𝐦𝐦𝐨𝐝𝐮𝐬┋𝘛𝘴𝘶𝘬𝘪𝘯𝘢𝘨𝘢 𝘓𝘦𝘰
Fanfiction·˚✎ ﹏ Tsukinaga Leo ❝Mendadak Ketidakamanan datang❞ ↷ ⋯ ♡ᵎ┊I N C O M M O D U S ˎˊ˗ ✎... 05 Februari 2022 ✎... 15 Maret 2022 ⌢ : ♡ ⤹ ぃ ゚. ﹏@Halu_Project . . . . . ©Marsruel . . . . . ©BadassMochi . . . . . ©Happy Elements