file.six.doc

448 39 2
                                    

Kedua pasang mata melekat pada seberang jalan. Leo setia memperhatikan gadis pemilik senyum manis. Ia ingin menyapa dan meminta maaf atas kesalahannya.

"Ayo Leo-kun." Ajak Izumi, ia celingak-celinguk memastikan tidak ada kendaraan yang lewat.

"Kemana?"

Kaki Izumi yang siap menyebrang aspal pun berhenti. Menghela napas, pria ini terpaksa menjelaskan. "Ke tempat [Name] minta maaf biar kau baikan dengannya aku kesal di tempelin terus nggak bisa lihat Yuu-kun gara-gara kau."

"Gimana kalo dia menghindar?"

"Dicoba dulu makanya jangan langsung putus asa gitu aja."

"O-ok!" Ragu di hati ia coba lupakan. Ambil langkah saja dulu jika hasilnya gagal gunakan rencana lain.

"Ini enak sekali~"

Hakaze Kaoru tetap setia menyaksikan kedua manusia pecinta manisan di seberang mejanya. Sesekali mereka menyuap satu sama lain. Senyum euphoria akan manisnya kue tak ada niat lepas dari keduanya.

"Yo!" Suara beratnya mengintrupsi mata mereka tuk melihat siapa yang menyapa. [Name] berdiri, mengambil kuda-kuda bertahan. Irisnya memincing tajam mengatakan ada musuh.

Beberapa detik ia kendurkan ke waspadaan. "Ternyata Izumi, kirain siapa." Kembali duduk dan menyantap kue.

"Senacchi halo!" Kaoru menyapa.

"Sena-senpai? Apa yang membawa you kemari?" Marga Suou bertanya. "And who yang berada di your back?"

[Name] ikut menatap sosok yang ada di balik punggung Sena Izumi. Takut-takut surai jingganya terlihat. Mata seindah zamrud menyiratkan khawatir. Itu Tsukinaga Leo.

"Kaoru-kun, terima kasih atas kuenya. Aku harus pergi." Pancaran aura jelita berubah drastis, sedingin kutub utara.

"Onee-sama?"
"[Name]-chan?"

"Jangan pergi! Dia mau bicara dengan mu!" Izumi menghalangi jalan, menahan [Name].

"Maaf, tapi tidak ada yang perlu di bicarakan." [Name] mengambil celah yang ada untuk pergi, menyenggol bahu Izumi.

"[Name]! Tunggu!" Leo keluar dari persembunyian, tangannya mencoba meraih jelita.

"Jangan menyentuhnya! Nanti kau ke ban... ting."

Belum selesai Kaoru berucap. Tangan Leo yang meraih di tepis [Name], membanting si pria. Gerakan yang cepat membuat siapa pun tak menyadari. Itu sangat mengejutkan saat pandangan berubah seketika ke tempat lain.

Sang pelaku pergi begitu saja tanpa melihat ke belakang atau pun berbalik meminta maaf.

📝💙🗡

"DIA MENGHINDARIKU!" Sedang senangnya bersantai Leo datang-datang teriak tak jelas membuat rasa resah Sena bertambah. Ia mengacak rambut frustasi.

"BUKAN BEGINI MAKSUD KU TAPI KENAPA- ARGHHH!"

"Narukami-senpai apa yang terjadi dengan Leo-san?" Tsukasa yang tidak di beritahu hanya dapat menonton dan bertanya-tanya.

"Apa yah~"

"HUAAAHH SENA! LAKUKAN SESUATU!" Leo mengguncang-guncang Izumi. Pria penuh inspirasi ini dalam pikiran buntu. Otakanya sulit berpikir jernih.

"Berisik!" Gerutu Sena.

Suara marga Tsukinaga selalu berhasil membangunkan adik Rei yang pecinta rebahan. "Tsukippi berisik... Tsukippi harus bertanggung jawab tentang [Name]-chan."

📝💙🗡

Dikalut oleh pikiran, [Name] terlonjat kaget kala seseorang menempel di punggung. Hampir saja ia membanting orang tersebut. Jika beneran orang itu akan menginap di rumah sakit dan sang kakak akan murka.

"Ritsu-kun! Hampir saja aku membanting mu."

"Jahatnya~ [Name]-chan bisa antar aku ke kamar?"

"Heeee~ biasanya bisa sendiri."

"Aku terlalu lelah dan Maa-kun tidak ada."

Adu kemalasan dengan Ritsu bukan hal baik karna pria berkedok vampir ini jagonya kalau soal malas.

"Iya deh, iya."

Berjalanan melewati pintu-pintu, Ritsu setia memeluk dari belakang hingga tangan nakalnya menutup matamu saat kau membuka pintu kamarnya.

"Ritsu- huaaa!"

Ritsu mendorong kau masuk ke dalam. Pria itu langsung mengunci dari luar.

Terpampang raut tak paham di muka. Ia mencoba membuka pintu dan meneriaki Ritsu.

"[Name]." Suara yang datang monjatkan bahu. Ia berbalik, langsung berjalan mundur menjauh.

"Maaf." Empat huruf yang membuat [Name] tak berpikir untuk lari. "Seharusnya aku tidak melakukannya. Padahal aku sadar tapi tubuh ku menolak.

Keheningan tercipta. Lidahnya keluh hanya dapat diam. Dari pada menyalakan Leo yang salah minum, salahkan Natsume yang salah letak ramuan. Buat apa ramuan di taruh di kulkas? Ngadi-ngadi aja si dukun.

"Kumohon, jangan membenciku, jangan menghindariku, jangan anggap aku berbahaya. Aku nggak mau jauh dari [Name]..."

"Seharusnya aku tidak menghindarimu." Kepala Leo mendongak, terkejut. "Aku takut jika kau bersama ku kau dalam bahaya. Maaf....

Aku tidak cocok bersama Leo-kun... Leo-kun seorang idol, dan jenius sedangkan aku... Aku saja tidak mengerti menggunakan make up, sok malu-malu kucing, cuman bisa anggar kekuatan saja."

"Itu tak benar!"

Sebuah cahaya memaksa masuk ke dalam kegelapan. Layaknya sihir yang dapat mematahkan kutukan tuan putri.

"Aku menyukai [Name] apa adanya! Aku suka kau yang malu-malu kucing, namun [Name] tidak mengenakan make up pun tetap cantik, manis, imut! Aku iri dengan mu yang bisa mengingat segala jadwal dan berbagainya sedangkan aku mengingat nama orang saja tak bisa."

Leo bergestur berpikir, sekerasnya ia mengingat dalam memori tentang hal yang pernah di katakan seseorang. "Katanya jodoh itu mengisi kekurangan pasangannya. Kekurangan [Name] akan aku isi dengan begitu kau tidak perlu cemas!"

Lihat kalimatnya dan senyumnya yang menyingkirkan awan gelap menggelar karpet merah untuk menyinari sang bunga. Ia tersipu malu mendengar frasa dan klausa yang dilontarkan adam yang menghangatkan hati.

"Aku juga... akan mengisi kekurangan Leo-kun."



Mari kita - anggap - selesai cerita ini. Karna sang authir tercinta buntu pikiran.

Fin
15 Maret 2022

𝐈𝐧𝐜𝐨𝐦𝐦𝐨𝐝𝐮𝐬┋𝘛𝘴𝘶𝘬𝘪𝘯𝘢𝘨𝘢 𝘓𝘦𝘰Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang