BAGIAN 3

73 29 18
                                    

Sona sedikit terkejut ketika beberapa orang berhamburan ke sana kemari mencari tempat yang aman untuk mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sona sedikit terkejut ketika beberapa orang berhamburan ke sana kemari mencari tempat yang aman untuk mereka.

Pandangannya fokus melihat ke arah depan, segerombolan geng motor tengah berlarian mengejar orang yang berada di depannya. Yang Sona lihat wajah dan juga tubuh cowok itu sudah penuh dengan luka di beberapa bagian.

Sona semakin terkejut ketika cowok yang ia amati barusan tergeletak di hadapannya sembari memegang kedua kaki Sona. Sehingga ia terjatuh saking terkejutnya.

"Tolongin gue..." ucap cowok itu lirih.

Sona hanya bisa terdiam dan menelan ludahnya beberapa kali. Ia melihat seseorang berdiri di hadapan dirinya dan cowok itu sembari memegang tongkat. Perlahan Sona memberanikan dirinya untuk mendongkak melihat siapa orang itu.

"Damares..." gumam Sona masih menatapnya.

Sedangkan, Damares tidak menghiraukannya, cowok itu kembali menarik baju cowok yang tidak Sona kenal sama sekali. Melemparnya dengan kasar ke arah meja pedagang kaki lima.

Ia memejamkan matanya sesaat, tidak tahan mendengar suara pukulan yang di layangkan oleh Damares dan teman-temannya.

Sungguh Sona mulai kehilangan kesabarannya, ia beranjak berdiri dan dengan beraninya menghampiri mereka semua yang tengah mengeroyok cowok itu.

"Stop, Mares! Stop!" teriak Sona sembari berusaha menghentikan mereka semua dengan cara menarik tangan mereka satu persatu.

Sam menarik lengannya, membawanya sedikit menjauh dari sana. Beberapa dari mereka pun mulai berhenti menyisakan Damares yang masih setia menghajar orang itu.

"Lo nggak bisa gitu aja masuk kaya tadi! Itu bisa ngebahayain diri lo!" ucap Sam.

"Dan ngebiarin kalian mukul cowok itu!"

"Itu bukan urusan lo!" ucap Kenneth yang baru saja datang.

Sona melihat ke arah Kenneth. "Jelas itu urusan gue. Dia sendirian sedangkan kalian banyakan! It's not fair!"

"Dimana letak it's not fair nya itu?" tanya Kenneth dengan nada sedikit mengejek.

Sona menghela napasnya. "Susah ya ngomong sama orang kaya kalian."

Sam memegang pundak Sona membuatnya menoleh kearah Sam. "Lo udah pernah nolongin Damares, kan? Jadi, sekarang lo juga harus nolongin dia dengan cara yang lo liat barusan."

"Dan ngebiarin orang lain celaka?! Lo gila ya?! Bisa aja dia mati!"

"Itu resikonya kalo dia berani ngusik Elite." ucap Ravel.

Sona sampai lupa siapa yang ia temui saat ini.

Elite.

Dan Sona menyesal kenapa ia harus keluar malam-malam begini, hanya untuk mencari makan.

"BANGSAATTT..." teriak Damares sembari terus memukul.

Sona dan beberapa anggota Elite lainnya mengalihkan tatapannya ke arah sumber suara.

Tanpa di duga Sona berlari ke arah Damares menarik cowok itu sekuat tenaga dan menamparnya cukup keras.

Plakkk...

Damares memegang sudut bibirnya yang berdarah dan menatap Sona.

"Sial..." ucap Ravel. "Baru kali ini ada cewek yang berani nampar, Damares." ujar pada Kenneth dan Sam.

"Itu yang tadi nyatakan?" tanya Kenneth memastikan.

"Nyata." jawab Sam.

"Itu balesan buat lo karna udah buat pipi gue memar." ucap Sona gugup pada Damares sambil menunjuk pipinya yang masih memerah.

Damares tidak merespon sama sekali, kecuali menatapnya tajam. Dengan kasar cowok itu menarik tangan Sona membawanya pergi dari sana. Sebelumnya, dia menyuruh seseorang untuk membereskan kekacauan yang baru saja dia buat.

***

"Tamparan lo sakit juga." ucapnya sambil menyeka darah yang keluar dari sudut pipinya.

"Harus banget ya lo mukulin cowok tadi?"

Damares terdiam dan menoleh kearah Sona. "Iya."

"Lo nggak mikirin gimana perasaan orang tuanya? Dia pergi dari rumah dengan keadaan baik-baik aja, terus tiba-tiba orang tuanya dapet kabar anaknya ada di rumah sakit. Atau yang lebih parahnya lagi anaknya meninggal."

"Kalo gitu harusnya anaknya nggak cari masalah sama gue atau Elite." kata Damares enteng.

"Emang nggak bisa ya nyelesain masalah tanpa harus berantem?" tanya Sona.

"Lo mau jawaban gue kaya gimana?" tanya Damares balik. "Dunia gue bukan kaya dunia lo. Disini siapa yang lemah dia yang kalah. Dan gue nggak mau jadi salah satu di antara mereka."

"Res, orang yang lemah belum tentu juga kalah. Terkadang kita harus mengalah untuk bisa menang." ucap Sona.

"Itu menurut lo, bukan menurut gue. Karena orang yang lemah akan tetap lemah." kata Damares.

Cowok itu berjalan lebih dulu meninggalkan Sona di belakangnya.

Sona jadi serba salah sekarang. Yang Damares katakan tidak sepenuhnya salah, tapi ya sudahlah.

Kini Sona dan Damares berjalan beriringan. Pada akhirnya cowok itu mengantar Sona pulang ke rumahnya dengan berjalan kaki. Karena Sona sebelumnya mengatakan rumahnya tidak jauh dari tempat pedagang kaki lima tadi.

"Lo ada hubungan sama, Ravan?" tanya Damares tiba-tiba.

"Hah..."

"Kenapa? Kaget banget gue nanya gitu." ucapnya.

"Ya jelas kagetlah. Nggak ada angin nggak ada hujan tiba-tiba lo nanya kaya gitu." kata Sona.

"Ya nggak apa-apa sih, pengen tau aja."

Tidak terasa mereka sudah sampai di depan rumah Sona.

Damares berdiri di dekat gerbang selagi Sona membuka kunci gerbangnya. Sebenarnya ia penasaran tentang papahnya Sona, tapi ada baiknya Damares tidak membahas atau menanyakannya untuk saat ini.

"Cepet masuk." suruh Damares.

"Makasih ya udah nganterin gue balik." ucap Sona.

Damares mengangguk pelan sebagai jawaban. Setelahnya cowok itu pergi tanpa mengatakan apapun lagi, Sona hanya bisa melihat punggung Damares yang semakin menjauh dari kompleks rumahnya.

Jika di pikir Damares dan Elite sangat berbeda dari drama series yang sedang ia tonton saat ini. Sona benar-benar tidak bisa sepenuhnya percaya pada cowok itu. Mau sebaik apapun dia pada Sona, tetap saja namanya anak geng motor pasti akan melakukan tindakan kriminal lainnya.

***

Maaf ya buat sayang²nya aku baru bisa up sekarang

To be continued

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DAMARESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang