Sebenarnya kamu siapa? Kenapa pandanganku selalu tertuju pada sosokmu.
Setelah aku mencoba untuk menghindari kenyataan itu membuat aku semakin salah tingkah sendiri. Hingga tiba-tiba ada yang menepuk punggungku dari belakang dan bertanya.
"Hai, kamu asalnya dari mana?"
"Aku.. aku dari surabaya" jawabku sedikit terkaget.
"Wah jauh juga ya.. kenapa enggak kulih di surabaya aja, kan disana juga ada universitas negeri"Sebenarnya dalam hatiku sedikit kesal dengan pertanyaan seperti ini, apalagi aku seseorang yang gapyear tentu saja ada banyak pertimbangan hingga pada akhirnya aku memutuskan memilih solo sebagai tempat tujuanku untuk menimva ilmu. Akan tetapi mau tidak mau aku tetap harus menjawabnya dengan elegan dan tidak merasa tersinggung sedikitpun.
"Soalnya dari dulu pengen ke solo, terus di solo juga murah biayanya"
"Iya sih bener banget, oh iya kemarin aja aku makan ga sampe 10.000 udah makan nasi, ayam, sayur sama es teh."
"Nah iya bahkan kalo lebih ngirit bisa lebih murah lagi"
"Betul banget" jawabku.Kami pun berbincang dari hal sederhana tentang makanan, kos hingga hal-hal yang berkaitan dengan keseharian kaum rantau. Awalnya aku tidak tertarik namun lama-kelamaan dia sangat asyik dan nyaman untuk diajak bercerita. Padahal aku dan rima tidak berasal dari daerah yang sama.
Hingga tidak terasa namaku pun sampai diantrian untuk pendaftaran ulang mahasiswa baru. Berkas yang kubawa semua di cek satu persatu dan aku disuruh menandatangani berita acara dan beberapa berkas calon mahasiswa baru. Diakhir aku diarahkan untuk naik ke atas panggung auditorium untuk memilih jas almamater tanda telah menjadi calon mahasiswa resmi di Universitas tersebut.
"Ukurannya apa dek?"
"Mmm.. L aja kak" jawabku mantap.
"Eh jangan M aja, kalau L kayaknya kebesaran deh" sahut seseorang laki-laki dari belakang.
"Iya sih mas kayaknya juga gitu menurutku.. gimana dek jadi yang L? Atau M aja?"
Jujur aku kaget karena orang yang sejak tadi menarik perhatianku dan membuatku salah tingkah sebelum diajak rima berbincang panjang tiba-tiba datang ke hadapanku dan merekomendasikan ukuran almamater yang pas untuk diriku. Ingin kutarik senyum selebar mungkin dari bibirku ini namun sayangnya aku tidak seberani itu."Dek.. " tanya kakak panitia yang sudah tidak sabar menunggu jawabanku.
"Mmm.. terserah ka.. kak ini aja deh kak" jawabku agak terbata.
"Oke" kemudian tanpa menunggu lama almamater pun sudah berada di tanganku. Akhirnya dengan melangkah pelan aku meninggalkan semuanya. Jujur saja kalau rasa penasaran mulai menyelimutiku. Rasanya aku masih syok dengan kejadian tadi. Orang yang awalnya menarik perhatianku tiba-tiba muncul dari belakangku dan memberikan saran untuk ukuran almamaterku. Ada perasaan bahagia yang tidak bisa kugambarkan dengan jelas, namun ada juga rasa penasaran yang semakin menjadi-jadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty is when you'll be different
Teen FictionKisah tentang gadis yang baru saja menjadi mahasiswa baru di sebuah universitas dan rela merubah dirinya menjadi pribadi yang sempurna untuk seorang seniornya. Namun ketika sudah mencapai tujuannya Ia pun menyadari bahwa cantik yang sesungguhnya ada...