Dibuang

349 53 10
                                    

🦇 Asmara Terlarang 🦇
Part 1

"Hei, kejar dia cepat!"

Aku terus mendengar suara itu, jangan sampai mereka menemukanku di sini. Meski gelap, aku harus terus bersembunyi dan menepis rasa takut yang menghantui. Semoga mereka tidak melihatku. Sepertinya, pohon ini cukup besar untukku berlindung. Gelegar petir yang menyambar sempat mengejutkan karena batang pohon tumbang olehnya. Aku berteriak, tentu saja terdengar oleh mereka. Aku kemudian berlari ke lain arah, ya Tuhan apakah ada kesempatan untukku melarikan diri. Aku tidak ingin tertangkap oleh mereka, kumohon seseorang siapa pun itu tolonglah aku. Langkahku cepat seperti pelari, aku harus terus berlari, tetiba justru aku terjatuh karena menyenggol sebuah batu.

"Aught," lirihku kesakitan. Mataku terus menelisik ke setiap sudut dan berharap tidak ada yang mengejar tetapi sepertinya aku tidak beruntung. Mereka menemukanku

"Mau lari kemana kamu, hah?"

Salah satu dari mereka terkekeh dan mendekati. Aku hanya bisa pasrah karena rasa sakit yang mendera ini. Sebelah kakiku berdarah karena tersandung batu tadi.

"Tidak ada yang bisa menolongmu putri, kau tidak bisa lari, ikutlah bersama kami!"

Lelaki itu semakin mendekati aku tidak berkutik lagi, salah satu tangannya menggenggam ujung dagu dan tidak kusangka ia mendekatkan wajah garangnya. Menjijikkan, aku tidak kuat dengan tatapannya itu, aku memejamkan mata dan tidak ingin bersitatap dengannya. Sampai ia menarik tubuhku dan menggendong. Aku terus berontak dengan menghentakkan kaki, meski sakit agar ia melepaskan tubuhku ini. Tetapi lagi dan lagi aku tidak berdaya. Mataku nanar dan tidak kuat lagi, jika memang ini akhir hidupku aku pasrah Tuhan. Setidaknya ada perlawanan yang sempat kuberikan dan aku tidak menyesali perbuatanku itu. Seketika mataku terpejam dan tubuhku lunglai begitu saja, mungkin karena lelah berlari dan lemahnya akibat tersandung tadi. Gelap, sangat gelap sekali.

🌷🌷🌷

Aku terbangun dan terasa sakit, tetapi tidak biasanya, dimana saat bangun aku merasakan udara segar, kali ini aku berada di ruangan sesak terasa dan penuh debu. Ada perban di kaki. Ruangan sempit yang menjadi tempatku ini benar-benar tidak aku sangka akan berada di sini. Jeruji terkunci, aku coba menghentak agar bisa keluar dari ruangan ini. Tega sekali mereka, suatu saat pasti akan mendapatkan balasannya. Mereka sudah memfitnahku seperti ini.

Langkah kaki terdengar oleh gendang telingaku, semakin dekat dan menuju ke arahku. Tatapan itu, membuat aku tidak gentar sama sekali, aku tidak peduli dengannya. Pastinya kebencian terpancar di sana. Aku justru menyeringai sinis dan berpaling dari tatapannya.

"Kau berhasil Amanda, lelaki itu sudah pergi ke alam baka. Selamat." Ia berkelekar penuh tawa namun begitu miris.

"Aku yang melakukannya, tetapi sayangnya kau yang menanggungnya. Selamat menikmati hukumanmu," bisiknya pelan.

"Kenapa kau tega melakukan ini padaku Sarah?"

"Tentu saja, selama ini kau yang selalu dipuji dan di berikan segalanya, sementara aku, aku merasa tersisihkan, kau tidak paham juga rupanya."

"Itu bukan salahku, Hartawan yang menginginkan aku dan mencintai aku apa adanya."

"Kau juga pasti mengincar hartanya bukan? jangan munafik."

"Justru kau yang begitu terobsesi, Sarah. Kau pengecut, memakai taktik murahan seperti ini."

Kulihat Sarah terlihat geram, ia menggenggam kedua tangannya juga terlihat emosi, aku tidak boleh kalah oleh gertakannya. Aku adalah ratu di sini, tetapi itu berubah setelah kudeta yang Sarah mainkan, tentu saja demi tahta juga keserakahannya. Aku tidak boleh gentar, aku yakin suatu saat kebenaran akan terungkap.

"Mereka akan membuangmu Amanda, kau hanya sampah sekarang. Tidak akan ada yang percaya bahkan menolongmu. Kau akan menjadi persembahan dan tumbal untuknya."

Sarah langsung perlahan meninggalkanku, kata kata nya cukup penuh penekanan, aku takut, tentu saja. Teganya mereka memperlakukan diriku seperti ini, apa karena awalnya aku dari kalangan biasa kemudian seenaknya saja mereka memfitnahku. Aku adalah calon ratu di sini, Sarah benar benar licik. Seharusnya aku tidak percaya dengannya. Wanita itu sudah membodohi juga menusukku dari belakang. Seandainya aku tidak mengikuti perintah ayah dan pergi dengan Rendy. Aku pasti bahagia bersamanya saat ini. Tetapi sudahlah, nasi sudah menjadi bubur. Aku harus menerima konsekuensinya, tetapi bukan berarti aku menyerah. Aku pasti bisa melewati ini, aku tidak mau menjadi persembahan untuk mereka, aku harus melawan.

🌷🌷🌷

Mereka mengikatku erat dan mendorong tubuhku agar melangkah cepat. Tatapan itu, satu persatu melirik penuh rasa benci. Ke empat pemuda itu pun seolah terbalik sikapnya, mereka membenci dan seperti jijik memandang ke arahku. Sanders, Calvin, Jhon, dan Rangga mereka sudah seperti keluarga, tapi melihatku saat ini seolah aku tidak berharga lagi di hadapan mereka.

Aku di arak dan di seret begitu saja. Orang orang pun terdengar memaki dan menghujat.

"Dasar pembunuh. Harus di hukum mati."

"Jadikan saja tumbal."

"Serahkan pada iblis itu."

Teriakan mereka cukup membuatku tidak nyaman. Aku sungguh terpojok, tidak ada yang membantu bahkan percaya jika bukan aku yang melakukan hal biadab terhadap sang raja.

"Tenang, hentikan semuanya." Suara Sarah lantang terdengar, kini ia yang berkuasa di sini. Dengan cara licik pastinya.

"Wanita ini akan mendapatkan hukumannya, dia akan kita asingkan dan kita persembahkan pada penghuni hutan larangan itu, percayalah. Dia tidak akan selamat."

"Kalian gila!" teriakku yang sudah habis kesabaran.

Aku terus di seret dan dibawa ke luar istana, Sarah terlihat puas bahkan keempat putra mahkota itu tidak bisa berbuat sesuatu untukku. Aku pasti membalas semuanya, aku bersumpah karena aku tidak ikhlas dengan apa yang terjadi sekarang. Aku terus di seret dengan mata tertutup hingga ujung perbatasan. Sampai di ujung, mereka membawaku ke atas kuda, seseorang tengah duduk dikuda bersamaku. Aturan napasnya tersengal karena mengendarai kuda ini. Aku juga tidak bersuara, entah apa yang akan terjadi.

Masih gelap, karena mataku terasa perih terus di tutupi kain. Sampai akhirnya kami berhenti di suatu tempat, ia menurunkan tubuhku dari atas kuda, aku diseret dan dijatuhkan begitu saja dari atas kuda.

"Kau nikmati saja hukuman ini, semoga selamat yang mulia," ucapannya padaku sampai akhirnya ia kembali melajukan kuda tersebut sampai suaranya samar tidak terdengar lagi.

🌷🌷🌷

Untuk beberapa waktu, daun telingaku mendengar suara itu, suara kicau burung yang tidak biasa. Tanganku masih di ikat, mataku masih ditutup kain. Aku tidak tahu dimana ini, apakah aku sudah mereka bawa ke dalam hutan itu. Hutan yang mereka sebut hutan larangan. Hutan yang penuh dengan misteri juga mitosnya itu. Apakah aku sudah di sini.

Aku coba melangkah meski tidak tahu apa yang ada di depanku nanti. Langkahku terus melaju, seiring suara binatang yang bersahutan. Entah apa itu, aku tidak boleh gentar. Aku terus coba melangkah sampai akhirnya, aku terjatuh tanpa sengaja

"Bugh!"

Aku sulit untuk kembali berdiri, ku menggulingkan tubuhku agar bisa melepaskan ikatan di kedua tangan.

"Ayok, Amanda. Aku pasti bisa," batinku.

"Jleb!"

Ada suara tusukan terhadap suatu benda, telingaku terus mendengarkan. gemericik langkah yang semakin dekat, apa mitos itu benar? ada penghuni di hutan larangan yang seluruh warga bahkan kerajaan takutkan. Semakin mendekati dan ....

Tubuhku tergoncang, ada yang meraih kakiku cepat, aku seperti dibawa terbang, ya Tuhan, makhluk apa yang membawaku ini. Apa ajalku sudah tiba, sungguh aku tidak ingin berakhir seperti ini. Miris sekali jika hidupku harus berakhir di sini, aku tidak mau, aku tidak mau.

Semakin tinggi, aku semakin tidak memahaminya namun, desiran angin terhembus ke seluruh kulitku. Ada yang membawaku dan aku tidak tahu dibawa kemana.

Bersambung ....
---🦇🦇🦇---
#cerhal_aliyanthi

Asmara TerlarangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang