[Fantasy]
Pertumpahan darah manusia ia tukarkan dengan nyawa Lunar yang kini hidup sebagai Jaemin.
Gerhana bulan darah menyimpan kisah tragedi dimana hanya Jeno yang dapat mengingatnya sebagai penyihir terakhir.
⚠️ Bxb
⚠️ Witch
⚠️ Blood
⚠️ Reinca...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Uwahhh!!" Bocah itu tercengang dengan mulut menganga dan mata berbinar ketika menginjakkan kaki di gerbang desa. Asta tak percaya, lelaki yang telah hidup ratusan tahun sebagai penyihir, tingkahnya sebelas duabelas dengan bocah.
Tidak banyak yang berubah dari desa itu. Asta masih ingat letak sebagian besar tempat yang mereka lewati beberapa tahun lalu. Hanya saja, kali ini jalanan dua kali lebih ramai dan diatas tiang-tiang lampu digantung lampion.
Sambil menggenggam tangan Lunar, mereka berjalan santai. Kepala bocah itu tak ada hentinya menengok ke kanan dan kiri. Mereka langsung menuju area pasar. Orang-orang berteriak menawarkan barang dagangan mereka dengan senyuman, namun hanya ia balas dengan anggukan canggung.
Menurutnya tak perlu berinteraksi lebih dengan manusia. Beda cerita dengan Lunar yang melemparkan senyum lebar pada semua mata yang ia temui.
"Kenapa mereka menggantung lampion dimana-mana, Asta?" ucapnya sembari mendongak ke atas. Ia benar, Asta pun baru menyadari jika lampion itu benar-benar tergantung memenuhi sepanjang jalan yang mereka lalui. Ia lantas berjalan melambat untuk melihat sekeliling.
"Orang-orang juga menjual lentera."
Ah! Seketika ia teringat akan tradisi desa itu. Menerbangkan lentera di bawah bulan purnama awal tahun. Tapi ia memilih untuk mengedikkan bahu.
"Bukankah kau ingin makan sesuatu? Selagi kita disini, ayo makan makanan enak!"
Mata Lunar langsung membola mendengarnya. Sambil menarik tangan Asta, keduanya berlari menuju kedai ramen langganan yang disebelahnya menjual Namericano.
Sebenarnya apa itu Namericano? Campuran kopi dengan apa? Asta tak mengerti kenapa selera orang-orang sepahit itu. Ia pernah mencobanya sekali dan ia bersumpah tak akan menyentuh minuman berbisa itu lagi.
"Stt, Asta. Kau sudah menyiapkan uangnya?"
"Kau tak perlu khawatir. Makanlah yang benar." Asta mengambil beberapa helai tisu. Lalu diam-diam ia tutupi tisu itu dengan tangan dan jadilah lembaran uang kertas. Modelnya persis seperti yang mereka lihat ketika salah satu pelanggan kedai itu membayar. Sampai kapanpun Lunar tak akan pernah terbiasa melihat Asta melakukannya. Keren sekali!
"Apa? Ada yang lucu?" tanya Asta ketika orang di depannya itu senyam senyum.
"Kau tidak mau belajar menciptakan makanan enak? Kalau kau bisa melakukannya, kita tidak perlu makan jamur setiap hari"
"Lupakan. Pasti sangat merepotkan."
"Akan lebih merepotkan jika makanan kita terasa seperti daging mentah" balas Lunar sedikit mengejek. Asta mengernyit dibuatnya. Belajar dari mana bocah itu? Ia memang dapat mengubah penampilan benda-benda disekitarnya. Seperti halnya tisu tadi dan mata mereka —yang semula biru nyalang menjadi hitam—, sehingga dapat berbaur dengan warna mata penduduk sekitar. Tapi tidak dengan rasa dan bau.