Eric tercenung melihat susu bubuk yang tumpah karena buru buru ia tuang untuk bekal Yeonwoo di penitipan sampai hari petang. Meringis sedikit— Sebelum cepat cepat mengambil lap agar tidak banyak semut datang mengambil.
Yeonwoo yang tampak polos di samping Eric, hanya tersenyum manis.
"Pwapi..."
"Hehehe iya maaf ya... susu Yunu tumpah.. nanti kita beli lagi, sekarang Yunu ke ruang tamu dulu— duduk disana tunggu papi selesai, boleh?"
Anak laki laki umur empat tahun lebih itu mengangguk dengan patuh, turun dari kursi dan jauh duduk pada sofa ruang tamu.
Eric sendiri kembali fokus, membersihkan bekas susu dan mengesat cepat. Memakan roti panggang yang di lahap dalam satu kali suapa. Ditertawakan Yeonwoo karena Eric kesusahan.
Selesailah kejadian tidak terduga yang membuang uang. Lantas Eric bergegas, menaruh kembali kotak makan dalam tas untuk Yeonwoo makan siang. Ke arah anak kecil tersebut yang tersenyum senang.
"Wah udah pakai kaos kaki sendiri..." Eric menyingkirkan lembut rambut keriting Yeonwoo yang menggantung tepat di depan dahi. Seperti mirip seseorang, agak miris tapi mau bagaimana lagi.
"Iya dong pwapi—" Sombong Yeonwoo percaya diri.
Narsistik yang baik, Eric suka sekali.
Setelah selesai bersiap dengan memakai sepatu dan jaket tebal. Eric menuntun Yeonwoo keluar apart. Kediaman yang lumayan bisa membuat tubuh bergerak di banding jaman dulu saat di negara orang.
Walau cukup sempit dan hanya ada satu kamar, Eric tetap bersyukur pada Tuhan sudah keluar dari jerat lingkaran setan. Sekarang malah di hadiahi malaikat kecil yang mungil sedang menuntun Eric berjalan sambil memegang tangan kiri dan menunjuk sana sini.
"Pwapi salju!"
Kepala Eric lantas tengadah sebelum menyebrang lampu merah. Yeonwoo pun mengikutinya.
Salju yang berbentuk beragam walau hinggap di rambut Yeonwoo berupa butiran pasir dingin, segera di bersihkan Eric. "Sebentar lagi akan deras, ayoooo cepat sampai sekolah..."
Yeonwoo, Eric ayun keatas. Di gendong pada bagian dada depan. Cepat cepat menyebrang sebelum lampu merah bagi penyebrang jalan.
Dingin mulai menusuk, musim yang paling Eric tidak suka karena sesuatu.
Yeonwoo girang saat Eric berlari ke arah tempat penitipan anak kecil, menghambur bersama taman kanak kanak usia yang lain.
Menyerahkan Yeonwoo yang riang turun menghambur langsung masuk, Eric tersenyum menunduk pada guru yang menjaga Yeonwoo. Meminta izin kalau Yeonwoo akan telat di jemput nanti.
Sudah terlalu sering sebenarnya, Eric tidak tega. Anak manis itu juga sering bertanya kenapa Eric lama menjemputnya. Pasti hanya sisa Yeonwoo di kelas tertidur atau bermain sendirian tanpa ada teman dan sebagainya.
Tetapi, mau bagaimana lagi. Eric harus kerja untuk hidup yang lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Una Notte A Napoli
FanfictionEric ingin melupakan kisah kelam di Napoli dan berjuang untuk mandiri dengan Yeonwoo yang selalu disisi. Anak kecil empat tahun yang tidak pernah rewel perihal apapun. Seperti yang di katakan para ahli, rasionalitas akan berkembang lebih lambat dar...