༺TERTIUS༻

94 8 5
                                    

____________________________________

Fuyuki duduk diam di tengah ruangan sambil menatap para bawahan Luca yang sedang asik bermain gambling.

"Missy, tidak ikutan?" tanya salah satu bawahan Luca dengan suara yang lantang.

Fuyuki menggeleng sambil tersenyum tipis dan mengeratkan pelukannya pada Augustus, sebuah boneka singa yang diberikan oleh Luca beberapa minggu yang lalu.

Fuyuki tidak suka permainan gambling, jika disuruh memilih pun Fuyuki lebih suka sparing, atau semacamnya.

Kenapa Fuyuki bisa berakhir di sini? Tentu saja karena Luca sedang melakukan pekerjaannya, sebagai Mafia.

Luca sengaja meninggalkannya di tempat ini, karena Luca mengatakan selama ia pergi, Fuyuki akan aman di sini.

Lagipula Luca bilang, Fuyuki tidak akan sendiri di sini.

"Yuki!"

Ah, panjang umur.

Fuyuki menoleh ke arah sumber suara dan mendapati Lucy sedang berjalan ke arahnya.

"Miss Lucy!" ucap Fuyuki sambil menghambur ke pelukan Lucy.

"Hi, dear! Sedang menunggu Luca?"

Fuyuki mengangguk setuju, kemudian ia bertanya, "Miss, apakah hari ini Sir akan lama?"

"Luca? Hmm, ku rasa begitu. Apa kau bosan?"

Gadis bersurai hitam tersebut mengangguk sambil menunjukkan ekspresi sedih.

"Kalau begitu. Ayo, pergi dengan ku?"

"ke mana?"

"Ikut saja, kau pasti akan suka!"

―🌹🗡️🌹―

Dor!

Dor!

"Sempurna! Yuki, kau belajar dari siapa?" tanya Lucy, menatap tidak percaya ke arah papan sasaran.

"Sir yang mengajari ku."

"Luca? Benarkah?!"

"Miss, bukan kah kita tinggal di bawah atap yang sama, bagaimana bisa Miss tidak tau?"

"Hufft! Yuki, kau tau kan pekerjaan ku juga tidak jauh berbeda dengan Luca, bahkan lebih berat."

Ah, benar. Lagi-lagi Fuyuki lupa kalau saudari dari penyelamat hidupnya ini adalah seorang pembunuh bayaran.

"Sir yang mengajari ku. Awalnya aku takut, tapi Sir bilang ini akan berguna untuk ku di masa depan."

"Huh? Tunggu, jadi yang ada di dalam tas kecil mu itu pistol asli?!"

"Miss!" tegur Fuyuki, dengan panik ia menoleh ke sana-kemari, takut ada orang yang mendengar hal ini dan melaporkannya ke pihak berwajib.

Setelah yakin, keadaan di sekitarnya aman, Fuyuki menghela nafas pelan, kemudian menyahut, "Ya, itu yang asli. Setelah Sir tau aku bisa menggunakannya, Sir memberikan miliknya, dia bilang untuk jaga-jaga."

Senyuman pun terukir di wajah perempuan tersebut, ia mengelus pelan pucuk kepala Fuyuki sambil bergumam, "Sudah sebulan, ya? Yuki, kau sudah berubah. Padahal rasanya baru kemarin Luca membawa mu ke hadapan kami."

Brakk!!

"LUCY!!"

Sontak Fuyuki segera menoleh, senyumannya melebar mendengar suara yang khas tersebut.

"APA?!" Lucy balas berteriak.

"Sir!!!" seru Fuyuki sambil berlari menghampiri boss mafia tersebut, kemudian memeluknya.

"Oh, astaga, kau ada di sini juga, Yuki? Ah, iya, di mana Lucy?"

Fuyuki tersenyum sambil menunjuk ke arah Lucy, perempuan itu memasang ekspresi wajah kesal karena ia tau jika ada Luca, Fuyuki akan lebih memilih untuk menempel dengan laki-laki tersebut daripada dengan nya.

"Tunggu di sini sebentar, Yuki. Lucy, ayo bicara."

Nada bicara Luca tiba-tiba berubah, menjadi lebih dingin dan serius.

Laki-laki bersurai pirang tersebut mengelus pelan kepala Fuyuki, namun matanya memberi Lucy kode untuk menepi, kemudian barulah ia berjalan menghampiri Lucy.

"Lucy, aku harus meminta bantuan mu sekali lagi."

"Wow, tenanglah, ada apa?"

"Aku akan mengantar kalian pulang, setelah ini kalian berdua pergi lah ke Prancis menggunakan helikopter pribadi kita. Ayo cepat, sebelum mereka menemukan Yuki."

Deg.

"Tunggu, apa? Lalu kau bagaimana?"

"Aku akan menahan mereka, kalau aku berhasil, aku akan menyusul kalian."

Mereka berbisik, namun Fuyuki samar-samar bisa mendengar percakapan mereka berdua.

Karena terkejut dan panik, gadis tersebut berlari menghampiri Luca dan juga Lucy.

"Tidak! Sir, kau harus ikut kami!" ucap nya, setengah berteriak.

"Maaf, Yuki, tapi―"

"Tidak! Aku tidak mau pergi!"

Kedua bersaudara tersebut saling bertukar tatapan, wajah mereka sama-sama menampakkan ekspresi sedih.

Lucy memeluk Fuyuki dengan erat, kemudian ia tiba-tiba saja menutup indra penciuman Fuyuki dengan sapu tangannya.

"Miss!―" teriak Fuyuki namun teredam oleh pelukan Lucy, sayangnya di detik setelahnya gadis tersebut kehilangan kesadarannya.

"Terima kasih, Lucy."

"Ayo, pergi."

―🌹🗡️🌹―

Brak!!

Seringai kembali terukir di wajah Luca, tanpa menoleh pun ia sudah tau siapa yang datang.

Seorang Officer, Sonny Brisko.

"Letakkan senjata mu dan angkat tangan mu ke atas! Katakan, di mana Fuyuki Miyuki, anak yang kau culik itu?!"

Seringaian Luca semakin lebar, ia berbalik sambil berucap, "Sayang sekali, ia tidak berada di sini."

"Apa?!"

"Haha, sudah ku bilang, dia tidak ada di sini. Tempat yang tidak aman seperti ini, bukan tempat yang pantas untuknya hidup dan berkembang."

Ucapan Luca membuat pihak kepolisian terdiam sesaat.

"Kemana kau mengirimkannya pergi?"

Sambil memasang topinya, Luca tersenyum dan bergumam, "Ke tempat yang damai dan pantas untuknya."

DOR!!!

―――――――――――――――――
🌹🌹🌹🌹 ― AFRAID ― 🌹🌹🌹🌹
―――――――――――――――――

『AFRAID』❅ L.Kaneshiro x OC! F.MiyukiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang