01 [Cerita Grace]

3 1 0
                                    

Nadia membuka pintu apartementnya. dengan gerakan halus Nadia berjalan menuju kamarnya.

Ceklek

Nadia tersenyum menatap kamarnya, dengan perlahan dirinya menuju lukisan besar yang ditempel di dinding kamarnya.

"Ayah, Nadia lelah." Nadia menatap sayu foto ayahnya yang sedang tersenyum.

Tampan, itu satu kata yang akan kalian pikirkan jika melihat Foto ayah Nadia.

"Nadia nggak betah ditinggal sendiri sama ibu, Nadia capek jadi anak yang durhaka ...," Ada sedikit jeda saat Nadia berbicara.

Nadia menghapus senyumnya, "Nadia ngecewain ayah. Maaf ayah, Nadia nggak bermaksud jadi antagonis."

"Ayah selalu jadi protagonis untuk Nadia dan ibu. Tapi ayah selalu jadi antagonis untuk semua orang," ujar Nadia ketika mengingat masa lalunya.

"Berbeda dengan ibu, ibu selalu jadi Antagonis untuk Nadia. Sedangkan untuk orang-orang ibu selalu jadi Protagonis."

"Nadia cemburu pas lihat ibu sayang sama Adel. Sedangkan dengan Nadia, ibu secuek itu."

"Ibu dan ayah punya sisi protagonis. Sedangkan Nadia selalu terjebak dalam peran antagonis."

Nadia menggeleng-gelengkan kepalanya. Sesekali ia menampar pipinya agar tersadar dari lamunan. hal itu kembali datang, Nadia terus menampar pipinya. Nafasnya tak beraturan, bayang-bayang menakutkan hadir dalam pikirannya.

"Nggak papa, nggak papa. Lo nggak salah, yang salah semua orang. NADIA! LO NGGAK SALAH!" Kepala Nadia pening, dengungan itu kembali terdengar.

Satu pukulan ia daratkan ke kepalanya. Dua pukulan, tiga pukulan hingga pukulan kelima membuat Nadia kembali tersadar.

Tubuhnya masih gemetar, matanya menggelap dan air mata turun dengan ketidak sopanannya.

"Lemah, lo lemah banget Nadia. Lo alay, cuman begini doang lo udah gila. Lo penyakitan Nadia," ucap Nadia tak terkontrol. Nafasnya kembali tak beraturan. Dadanya sakit dan suara dengungan itu kembali terdengar.

Ngunggg

Mungkin seperti itu suara dengung yang Nadia dengar saat ini. Nadia bergetar saat semuanya semakin gelap.

"Tolong, Nadia takut. Semuanya gelap. siapapun tolong Nadia!" racau Nadia.

"Arghhh!" Nadia menggerang ketika ia dengan sengaja membenturkan kepalanya ke dinding.

Ceklek

Pintu kamar terbuka, Nadia melihat ibunya yang terlihat khawatir. Sang ibu berlari memeluk Nadia.

"Nadia, kamu kenapa nak?" tanya Leni, ibu Nadia.

Leni mengelus sayang kepala anaknya. Dirinya ikut menangis saat melihat anaknya yang bergetar ketakutan.

"Nadia, kenapa Nak?" tanya Leni dengan hati-hati.

Nadia menggeleng ribut. Ia menenggelamkan kepalanya di ceruk leher sang ibu. Mencari tempat ternyaman untuk menetralkan emosinya.

"Bu, udah." Nadia melepaskan pelukan ibunya ketika ia sudah merasa sedikit lebih baik, tanganya mengusap wajah sang ibu yang penuh air mata.

"Kamu kenapa Nadia? Apa Ada masalah di sekolah? Kamu bisa cerita ke Ibu, Nak. jangan seperti ini. Ibu khawatir," ucap ibunya yang tak berhenti menangis.

"Nadia cuman rindu ayah, Nadia nggak papa," ucap Nadia menyakinkan ibunya bahwa dirinya baik-baik saja.

"Makasih Bu, Ibu mendidik Nadia dengan sifat antagonis yang Ibu punya. Tapi sekarang Ibu gagal karena saat ini Ibu menjadi sosok protagonis."

Leni menatap anaknya sendu, ia menyayangi anaknya, sangat malah. Anaknya adalah anugerah terindah yang ia dapatkan. Leni tak pernah berfikir jika cara dia mendidik Nadia adalah cara yang toxic.

Leni kira dirinya sudah benar karena mendidik Nadia dengan keras. Rupanya Leni baru sadar sekarang jika dirinya sudah menjadi antagonis dan menjadikan anaknya antagonis juga.

"Maaf Nadia, maafkan Ibu, Ibu tidak tahu kalau Nadia akan berpikir seperti ini, Ibu tidak bermaksud seperti ini Nak," ucap Leni dengan nada gemetar.

Nadia tersenyum mebatap ibunya, "Tidak ada Protagonis yang meminta maaf kepada antagonis. Biarkan Nadia yang meminta maaf pada Ibu."

"Kamu bukan antagonis Nadia."

"Yes Moms, I am Antagonis." Setelahnya Nadia tidak sadarkan diri, dia pingsan.

Bersambung...

"Setidaknya kalian masih memiliki peran."

"Jangan hanya lihat dari satu sudut pandang, lihatlah dari sudut pandang yang berbeda. Agar tidak ada kata 'kesalah pahaman'." -Nadia Safira

-I am Antagonis-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Am I Antagonis?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang