Percakapan Sungguh-Sungguh, Dari Mereka yang Dimandikan Api Unggun. [Kseung]

7 0 0
                                    














"Masih nggak puas ganti baterai drone dua kali?"

K tertawa, mengutak-atik remote control drone-nya agar benda itu turun. Betul juga apa yang dikatakan Heeseung, sudah lama sekali dia merekam pemandangan Wae Rebo guna drone, sampa ganti baterai dua kali.

Wae Rebo.

Tempat dimana dua pasang kaki kepunyaan K dan Heeseung berpijak sekarang, destinasi liburan keduanya akhir tahun ini. Yang diberi penilaian nyaris sempurna di laman pencarian internet, yang disebut-sebut surga dibalik awan. Wae Rebo.

Disini saja. Emangnya lo nggak penasaran apa, nginjak tanah yang rata sama awan? Begitulah K selama sebulan lalu membujuknya mati-matian agar mereka berlibur ke Wae Rebo.

Surga dibalik awan ini letaknya di Nusa Tenggara Timur, tepatnya di Satar Mese, Manggarai. Jaraknya lumayan jauh ditempuh dari Labuan Bajo, apalagi Heeseung yang harus menahan keram bokongnya akibat 5 jam duduk di boncengan motor K. Kemudian mendaki di jalanan ekstrim kurang lebih 3 jam—karena Heeseung yang sering mengeluh capek—dan sampailah kaki mereka di dataran tinggi berumput yang dikelilingi 7 rumah utama—Mbaru Niang.

Namun usaha mereka ada buahnya. Tidak pernah K maupun Heeseung lihat mata satu sama lain yang berteriak kencang saking terpikatnya. Suasana sedamai ini belum pernah keduanya sapa lagi setelah sekian lama. Hati bagai dipeluk matahari kala melihat anak-anak berlarian penuh tawa, ibu-ibu menumbuk padi, ataupun bapak-bapak yang duduk melingkar sambil berbagi canda.

"Nggak akan." K tersenyum kearah Heeseung, "Karena cantiknya Wae Rebo nggak ada habisnya."

Kini, mereka duduk berdampingan di kursi santai mengelilingi api unggun yang dibuat warga sekitar. Tadi, ada sekitar empat-lima orang yang ikut kelilingi api unggun bersama mereka. Tapi semuanya sudah kembali bergelung didalam mbaru, meninggalkan dua insan sisanya ditelan menusuknya hawa dataran 1.200 mdpl.

K menyimpan drone serta remote-nya disamping kaki, kemudian mendudukkan diri di kursi samping Heeseung sambil topang tangan di paha. Mata sayunya menatap wajah rupawan Heeseung dari samping, berteriak penuh puja.

"Lo sudah tahu belum sih, kalau lo lebih ganteng jam dua pagi?"

Heeseung tertawa, mengejek. "Sudah, sih."

"Sungguhan, wajah lo kesiram terang api unggun—" K nggak menyelesaikan kata-katanya, tercekat. Hal yang membuat Heeseung sengaja menoleh padanya, tertawa jahat dalam hati melihat wajah K yang kehabisan kata-kata.

Tangan Heeseung terjulur, membuat poni K yang jatuh menutupi matanya berantakan. Disibak kebelakang, supaya Heeseung bisa puas melihat pantulan bintang yang diperangkap oleh mata K.

"Lo tahu nggak," Ujaran Heeseung membuat dua alis K terangkat tinggi. "Kalau gue nggak perlu dongak ke langit buat lihat konstelasi diatas. Karena semuanya ada disini—"

Angin Heeseung hembuskan ringan dari mulutnya ke mata K. "Cantik."

"Gombal."

Heeseung terkekeh, menyingkirkan tangannya dari kepala K. Selanjutnya, dia menyandarkan punggung dan mendongak. Seolah dia enggan melihat konstelasi cantik yang katanya sudah ada di mata K. Yang lebih tua mendengus.

"Harusnya Milky Way kelihatan dari sini." K menggumam, perlahan merasakan tangan si lawan bicara merambat ke punggung tangannya. Responnya baik—ia raih jari-jari itu ke sela kepunyaannya. Hangat.

Heeseung menyipitkan mata, lalu mengarahkan wajah K ke langit sebelah kiri. "Disana."

Milky Way kelihatan jelas dan cantik dari atas sini. Heeseung bisa rasakan genggaman K padanya mengerat. Tentu Heeseung tahu, bagaimana K mencintai cakrawala beserta benda-benda yang menghiasinya.

'Gue mau jadi astronot, lain waktu. Biar gue bisa melihat cincin Saturnus dengan mata gue sendiri.' Begitu ujarnya di suatu kali.

"Hee."

"Iya?" Heeseung bisa merasakan tamparan tatapan K padanya. Menusuk, sampai rona pipinya melejit.

"Terima kasih, sudah mau 'nurutin gue ke Wae Rebo." Jempol K mengusap punggung tangan Heeseung. "Kalau nggak, i'll feel more lonely watching all these beautiful things without you in my hold."

"Not a big deal, dear."

Heeseung memutar badannya, agar sepenuhnya menghadap K disebelahnya. Keduanya bertukar tatap dalam beberapa detik, dengan tawa pecah kemudian. K membawa tangan Heeseung keatas—

Cup.

—dan mengecupnya. Nafas Heeseung tertahan.

"K."

Giliran K yang menjawab dengan pandangan yang sepenuhnya masih dilayangkan pada figur disampingnya. "Yes?"

"'Gimana kalau bukan gue yang tangannya lo genggam sekarang?"

K mengulum bibir, menatap tangan Heeseung yang masih menggenggam erat kepunyaannya. Tentu dia tahu kalau tatapan Heeseung sekarang beralih penuh pada dirinya.

"Ya, maybe that phrase will never been existed."

Dahi Heeseung mengernyit. "What phrase?"

"Ingat nggak, yang gue ucapin di rooftop sekolah waktu prom?" Dengan berani, K mendongak, kedua tangannya melingkupi kepunyaan Heeseung. Matanya mengunci kepunyaan lawan bicara. "Our dawn is hotter than the day."

"Sampai sekarang gue masih nggak paham apa artinya."

"Fajar kita lebih panas dari siang hari. Gue merasa begitu karena setiap gue terbangun di jam tiga pagi karena insomnia, gue tahu lo selalu ada disamping gue. Lo yang membawa panas buat gue,"

Tangan Heeseung ia kerahkan kedepan dadanya, merasakan jantungnya yang hendak melonjak keluar dari tempatnya bersemayam. "Disini."

Pukul tiga pagi. K tersenyum lebar, bahagia luar biasa memiliki Heeseung di sisinya. Setiap hari dia tidak lupa bersyukur mempunyai Heeseung di sisinya, terlebih hari ini, dimana ia bisa melihat Heeseung dengan wujud paling rupawan yang pernah ia lihat.

Dengan senyum yang menyusul K, Heeseung menarik paksa tangannya dari dada K yang berdebum kencang. Pipi merahnya bisa K lihat samar, dibantu cahaya bintang dan api unggun yang tidak ada habisnya.

K enggan berhenti. Enggan berhenti menggoda Heeseung sampai pipinya merah padam, enggan berhenti tatap wajah yang dipahat sempurna oleh sang pencipta, dan enggan berhenti mencintai Heeseung.

"I love you."





















[Selesai.]

Since Friday i can't stop write about Our Dawn is Hotter Than the Day... that song gave me, like, a LOT of inspiration T~T I suggest ya'll to listen to the song while reading this oneshot (i'll put it on the multimedia later!)

I also wanna try my new style of typing, according to PUEBI altough not really following it... i hope it'll work. Also you can tell me wich one you like me typing more! :D

Thanks to Seventeen's song: Our Dawn is Hotter Than the Day, that one Kseung AU that i found in Kapalfess on twt, Leo's vid, and... K and Heeseung theirself. I miss them so much huhuhu T^T

Glorious.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang