10,5 Th

34 17 1
                                    

Aska memasuki kamarnya lalu membersihkan beberapa kasurnya untuk tidur, mematikan lampu putih yang terang dan menyalakan lampu kuning yang remang.

Dalam lelapnya Aska berusaha memperbaiki ritme napasnya yang terasa sempit, dia memang sakit. Mimpi Tavia ternyata memang benar adanya.

"..... Uhuk..... Uhuk.... "

Sambil terbatuk beberapa kali hingga akhirnya mengeluarkan cairan kuning dari tenggorokannya. Namun, cairan itu masih ditahan dimulutnya. Karena Aska sedang berada dikamar dan malas untuk pergi ke kamar mandi, Aska berusaha menelan cairan itu kembali.

Menjijikan memang namun apa boleh buat. Dirinya memang sangat malas untuk keluar kamar tengah malam suntuk, walau hanya untuk minum itu semua terasa sia-sia. Toh, nanti ke kamar lagi, rebahan lagi, tidur lagi.

Akhirnya dia menahannya sampai matahari masih malu menampakkan dirinya pada dunia.

"Pagii mentari, kamu bersinar seperti biasanya. Kuharap pagi ini baik baik saja" Tavia tersenyum penuh harap dia segera bersiap mengambil wudhu untuk sholat subuh.

Berbeda dengan Aska dia tidak berharap apapun hari itu.  Dia berpikir bahwa itu hari terburuk, pertama kali dia dihadapkan dengan tenggorokan yang terlalu gatal. Namun, bukan gatal karena lawan jenis. Tetapi, gatal karena penyakit.

"Dek.... " Aska memanggil Tavia dengan suara yang sangat kecil karena tenggorokan dia ada yang menganjal

"Iya bang"

"Kamu hari ini sekolah ga?, kalau sekolah nanti abang yang anterin yaa" Aska tersenyum pada adik kecilnya

"Wihhh tumben niii, iya bang hari ini masuk" Tavia terlalu senang karena ini adalah kali kedua dia diantar abang tersayangnya.

"Yaudah mandi dulu, trus sarapan. Abis itu berangkat"

Tavia memasang muka senang "baik abangku sayang. Adikmu yang imut, baik, beserta pintar ini tidak akan pernah mengecewakanmu" Dengan pd nya dia tertawa keras, nadanya seperti meledek. Namun, bukan meledek

"Iya adikku yang bau sedunia" Aska memencet hidung pesek Tavia, membuatnya terlihat tambah pesek

"Wihh kalau Aku bau dunia. Berarti bauku adalah bau bumi dong" Tavia nyengir mengatakan itu

'Aduhh darimana lah anak ini punya teori kyak begitu' Batin Aska

"Iya dek, kamu itu bau bumi" Aska mengelus lembut rambut Adiknya

"Maacii abangggg" Mata Tavia seketika berkaca kaca. Ruang putih dimatanya menjadi merah yang artinya dia Terharu

"Iya adekk, cama-cama. Udah dong jangan gitu matanya ummm, nanti jadi jelek" Aska mengusap air yang keluar dari mata Adiknya, mengisyaratkan untuk jangan menangis.

'Kok ni anak jadi nangisan ya?' Batinnya 

Aska heran dengan kelakuan adiknya saat ini. Semanja itu, sampai apapun dibuat dengan meneteskan air mata. Setakut itu? Atau selelah itu?

☁☁☁☁☁


Paginya Tavia menjalankan tugas seperti biasa. Mulai dari membereskan kamar, mandi, lalu makan telur setengah matang yang dibuatnya sendiri. Tavia memang suka telur seperti itu, dia akan mual jika makan telur yang terlalu matang. Aneh kan?

Biasanya orang lain akan mual jika makan telur yang setengah matang atau bahkan yang seperempat matang, kecuali orang Jepang beserta telur jepangnya. Pernahkan berpikir bahwa Tavia memiliki kelainan pada lambungnya?..... Jelas tidak kan.

Tavia mulai menyukai telur setengah matang saat dirinya masih kelas 2 SD. Waktu itu masih zaman blue band, orang tua Tavia dan Aska juga masih ada. Jadi tiap hari mereka hanya makan telur setengah matang dengan blue band dan nasi hangat.

Tak jarang nasi hangat itu menjadi nasi goreng, dengan menambah irisan bawang merah, bawang putih, dan cabe. Nasi itu sudah cukup enak, apalagi jika ditambah dengan garam dan royko. Hahaha surga dunia udah.

Seperti biasa Tavia kali ini berangkat pagi lagi, agar menjadi orang tercepat dikelasnya. Mengalahkan Dita, tapi sekarang Dita malah mengikuti Tavia untuk berangkat pagi. Tidak mau kalah mungkin

'Aku harus lebih cepat dari Tavia' Batin Dita dengan menyiapkan berbagai keperluan untuk sekolah

Sementara itu,
'Aku harus lebih cepat dari Dita' Batin Tavia dengan senyum miring andalannya

Tavia yang sudah menata jadwal pelajarannya malam-malam sebelum dia tidur, berbeda dengan Dita yang menata jadwalnya beberapa jam sebelum masuk sekolah.

Memang jam tidur Dita lebih cepat daripada Tavia. Jadi, jam bangun Dita memang lebih awal daripada Tavia.

Tavia?
Jangan ditanya, dia kebalikan dari dita. Tapi, sekarang dia berangkat sekolah lebih cepat dari Dita berkat abangnya.

Jangan lupa vote yaa
Sorry banget kalau ga jelas
Saya cuma mencurahkan apa yang ada di pikiran saya saja

Tidak kurang dan tidak lebih
Makasih semuanya... ✨

B6Th [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang