Semesta Rasi Fanfiction Festival
Tema : Time Traveller
Sehun, si CEO dari perusahaan MT yang mendapat masalah dalam dunia pekerjaannya. Tanpa sengaja, dia bertemu dan diselamatkan oleh Rose dari kejaran musuh. Lalu Sehun luluh pada Rose bak kolibri...
“Aku berlari, terus berlari. Mengejar impian, Dan dikejar lawan."
Tahun ini. Tahun yang serba cepat, penduduk dunianya terus memadat, dan teknologinya semakin kuat. Tahun 3000 menjadi tahun unik dengan segala kerumitannya.
Rumit? Manusia di tahun ini sadar kalau jumlah sesama mereka semakin banyak. Namun kesadaran tentang nilai kemanusiaan semakin rendah. Mereka lebih suka memakai teknologi atau robot sebagai partner kerja.
Perang pun masih sesekali terjadi dengan satu alasan: memperebutkan teknologi keluaran terbaru. Namun akhir-akhir ini, menjelang tahun 3000, perlahan tidak ada lagi perang bersenjata.
Walau begitu, perusahaan yang menyediakan alat perang tetaplah ada di tahun 3000 ini. Meski ada beberapa orang yang menentang, petinggi negara mampu memberikan alasan mengapa harus tetap ada perusahaan yang seperti itu.
Perusahaan itu bernama perusahaan Martial Tech (MT). Perusahaan ini sekilas terlihat seperti menjual produk elektronik, robotik, dan otomotif. Padahal di dalamnya terdapat alat-alat bersenjata legal dan bersertifikat. Perusahaan MT tumbuh dari Korea dan Jepang, lalu cabang perusahaannya menyebar ke negara-negara lain. Salah satunya adalah Negara Indonesia.
Di cabang Indonesia, ada cerita menarik di dalamnya. Teknologi yang dibawa memang lah unik dan kreatif. Tapi beberapa orang ada yang pernah menyebut kalau senjata api untuk perang juga tersedia di perusahaan ini, sehingga menimbulkan rasa curiga dan benci.
***
Seorang pria sedang duduk termenung di kursi empuknya. Kedua netranya terpejam seakan menikmati harumnya lilin aromaterapi, merdunya alunan lagu klasik, dan sunyinya ruangan itu. Di meja kerjanya, terdapat papan nama bertuliskan "CEO Martial Tech : Oh Se Hun".
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dialah Sehun, pimpinan cabang Perusahaan Martial Tech di Indonesia. Rambut hitam yang maskulin dengan kemeja putih, dasi coklat, dan jas coklat. Kelihatannya memang tampan dan tenang. Padahal dirinya saat ini sedang menenangkan diri dari urusan perusahaan.
Namun ketenangan itu hanya sebentar. Tiba-tiba terdengar ketukan pintu ruangannya. Sehun membuka mata, lalu melihat ke arah pintu. Belum dipersilakan masuk, tapi orang yang mengetuk pintu segera masuk.
Sehun telah tahu siapa orang yang berani bertingkah seperti itu. "Ada apa lagi, Go?"
"Bos! Ada berita baik, ada berita buruk. Kamu mau yang mana?" ujar Gogo, si sekretaris kepercayaan Sehun sekaligus sahabat Sehun sejak jaman sekolah.
"Berita baik."
Gogo menyerahkan sebuah buket bunga berukuran sedang. "Ini ada kiriman buket lagi dari putri kesayangan Pak Derrick."
"Haish! Dia lagi." Sehun menunjukkan rasa malasnya saat menerima buket dari anaknya Pak Derrick yang dijodohkan dengan dirinya. "Terus berita buruknya apa?"
Gogo menjelaskan kalau perusahaan yang pernah dikalahkan oleh perusahaan Martial Tech dalam suatu lomba sedang menyusun strategi untuk menjebak Sehun. Hampir sepuluh perusahaan lokal yang tidak menyukai keberadaan perusahaan cabang luar negeri seperti perusahaan milik keluarga Sehun. Selain itu Gogo berkata, "Beberapa senjata dicuri, Hun."
"Oh ya. Huft. Ini sudah parah. Aku capek." Meski tidak suka dengan pemberi buket, Sehun tetap menyukai aroma bunga mawar yang mampu membuatnya sedikit relaks.
"Sabar Bos-"
"Aw!" Sehun tak sengaja menyentuh duri di bunga mawar itu saat dirinya ingin mengambil satu tangkai. Dia segera mengemut jarinya yang terluka.
Tiba-tiba dering gawai menggema di ruang CEO. Ternyata yang mendapat panggilan adalah Gogo. Hanya butuh tiga puluh detik, lalu dia menutup panggilan itu.
"Bos. Gawat."
"Ada apa?"
"Mereka mulai menyebar rumor di sosmed."
***
Atas saran dari semua manajer, bahkan petinggi MT di Korea, CEO MT cabang Indonesia sementara diminta untuk bersembunyi. Sehun menerima semua itu, namun untuk menutup perusahaan MT dia tidak setuju. Dia masih mau memperjuangkannya.
Seusai rapat online dengan petinggi MT, Sehun menutup laptopnya dan menghembuskan nafas panjang. Gogo mencoba bertanya hal yang masih janggal dibenaknya.
"Sehun, maksudnya tadi apa? Kamu engga mau menyerah melawan mereka, gitu?"
"Ya. Apalagi mereka sudah mencuri. Itu tindakan yang melanggar hukum. Jadi habis ini, tolong cari pengacara sama laporkan kasus pencurian itu. Biar diusut tuntas lewat hukum. Terus hubungi reporter buat umumkan kasus pencurian ini. Sama hubungi tim marketing, biar mereka viralkan kasus pencurian di MT."
"Tapi Bos... berarti satu negara ini bakal tahu kalau kita jualan alat perang, ya 'kan?" balas Gogo.
"Yup! Kita balas rumor yang beredar... dengan gosip pencuri alat perang yang ingin memulai perang."
***
Sayangnya, keinginan Sehun untuk menyebarkan rumor di media sosial harus terkubur dalam inti bumi. Di malam sehitam arang, Sehun masih bertahan di ruangannya. Menghadap komputer dengan tangan kanan yang memegang tetikus. Tiba-tiba lampu padam. Menambah gelapnya malam.
Sehun tidak takut. Tapi jika lampu padam, itulah pertanda adanya masalah di perusahaan MT. Sehun segera menghubungi Gogo dan tetap tenang di ruangannya.
Langkah kaki terdengar oleh kedua telinga Sehun. Sepertinya ada seseorang yang memasuki ruangannya. Kalau orang normal, mungkin dia akan memanggil dan berteriak meminta tolong. Tapi inilah Sehun, si CEO dengan banyak musuh. Dia tak mudah percaya dengan siapa pun.
Gogo engga mengangkat panggilanku. Berarti siapa dia? ujarnya dalam hati. Sehun memilih diam bahkan bersembunyi. Lalu dia mengetikkan sesuatu di layar gawainya. Setelah itu, dia bersiap untuk meninggalkan ruangan tanpa ketahuan oleh si penyusup.
Caranya? Sehun menggunakan kacamata infrared yang mampu membantu kedua netranya dapat melihat di kegelapan.
***
Di tempat parkir, Sehun bertemu dengan Gogo. Wajah sekretarisnya itu terlihat pucat dan cemas. Sehun hanya mengangguk dan menyuruhnya masuk ke mobil. Tak lupa dia berterima kasih kepada petugas keamanan di gedung perusahaannya itu.
"Bilang ke mereka, Bos. Tadi Bos ketemu penyusup nya itu, 'kan?" ujar Gogo.
"Iya. Penyusup itu ada dua orang. Masuk ke ruangan saya. Entah alasannya apa. Bisa tolong kalian cari tahu?" pinta Sehun.
Sebelum para petugas keamanan itu menjawab, terdengar suara tembakan yang mengenai mobil. Alhasil Gogo menarik paksa Sehun ke dalam mobil dan segera pergi dari sana. Mereka sama-sama panik meski telah di dalam mobil. Kepanikan mereka semakin parah karena ada satu mobil yang terlihat sedang mengikuti mereka.
"Menurut Bos, siapa mereka?"
"Kalau mobil itu... Itu punya Pak Derrick." Kini Sehun baru paham arti kiriman buket mawar berduri. Itu bukan cinta, tapi tanda memulai perang, batinnya.
Sadar ada yang mengejar, si sopir mengeluarkan skill driving-nya. Mengebut dan berkelok-kelok menghindari rintangan. Kaki dan tangan menekan gas-rem. Netranya melihat ke depan dan ke spion yang memperlihatkan kondisi di belakang mobil.
Sehun dan Gogo sama-sama berpegangan supaya posisi mereka tidak terguncang. Jantung mereka berdegup kencang seiring deru mesin terus berdengung.