•••
•••
Bekerja sama dengan elit kampus ternyata membuat Bang Andri sangat bersemangat dan perfeksionis. Dari pagi laki-laki itu sudah berulang kali menghubungi Cheasa untuk terus mencari informasi tambahan yang kemungkinan bisa di gali saat siaran.
Udah kayak wawancara artis saja.
Cheasa bahkan sampai lupa pada perasaan canggung pada Jardan-Ngg... narasumbernya nanti. Orang yang sama dengan yang pernah menyesap lehernya di mobil.
Ugh! Jika ingat itu leher Cheasa seketika seperti tergelitik.
"Mereka udah di parkiran." Ujar Bang Andri yang tadinya menyender di daun pintu sekre dengan mata terfokus pada ponsel langsung menegakkan tubuhnya.
"Mereka?" Tanya Cheasa. Dia kira yang datang hanya orang yang bersangkutan.
"Iya, satu tim. Makanya Bang Andri siapin cemilan banyak." Sahut Rio.
Cheasa membulatkan bibirnya, "Agnes kemana?"
"Toilet tadi." Sahut Bang Andri.
Cheasa bangkit berdiri dan melongokkan kepala keluar pintu sebentar. Mengira-ngira sudah sampai mana rombongan BEM.
Ya, yang menyambut pihak narasumber adalah anak BEM dari kampusnya. Jadi Cheasa dan UKM Radio tidak perlu repot-repot ke tempat parkir untuk membawa mereka ke ruang siaran ini.
Suara obrolan dan langkah kaki dari luar membuat Cheasa dan yang lain secara otomatis saling pandang. Seakan memiliki telepati, secara bersamaan mereka langsung duduk sok santai di sofa sambil pura-pura ngobrol.
Saat pintu terbuka, mereka menengok kompak. Ternyata Agnes yang membuka pintu, nghh... bersama beberapa orang yang Cheasa kenal sebagai anak BEM kampusnya, dua orang asing yang tidak pernah Cheasa lihat, dan... Jardan.
Agnes menatap teman serekannya dengan senyum sumringah, "Bang, ini narasumbernya udah datang."
••••
"Kuncinya sih ada di solidaritas tim. Kalau tim sudah solid, pasti bakal ada solusi di setiap permasalahan. Bisa di bilang, Tian dan gue sebagai Presma dan Wapresma mencoba untuk menempatkan diri menjadi fasilitator. Biar anggota bisa eksplore kemampuan mereka, mempersilahkan mereka mengemukakan pendapat, menyediakan tempat untuk mereka bertukar pikiran dalam menyelesaikan permasalahan. Tentunya masih dalam pengawasan kami ya. Repot dong kalau kami sebagai pemimpin malah benar-benar lepas tangan? Jadi.... ya gitu, semua terlibat."
Cheasa menganggukan kepala sambil menggerakan kursor pada laptop di depannya, "Okaayyy. Solidaritas ya... Bisa gue simpulin, berawal dari solid hal hal baik berikutnya pasti akan mengikuti. Betul?"
Jardan berdehem, "Betul. Karena rasa solidaritas itu 'memaksa' kita untuk menanggung beban yang sama dalam kelompok. Otomatis akan muncul perasaan, 'Ini masalah bersama. Ayo deh kita selesaiin bareng-bareng.'"
"Nah, mataaap!! Btw, nggak berasa ya ternyata sekarang udah jam delapan belas lewat lima. Yang tandanya kita udah berbincang dengan Jardan selama tiga puluh lima menit," Dari sudut mata, Cheasa bisa melihat Jardan membuka botol air mineral.
"Seperti yang gue janjiin, sepuluh menit sebelum kita pamit gue bakal kasih kesempatan ke guest kita hari ini untuk memilih pertanyaan yang mau di jawab. Gue lihat dari tadi banyak banget nih yang mention akun twitter kita," Cheasa mengangkat wajah dan sedikit terkejut saat ternyata Jardan sedang menatapnya, "Jardan effect ga sih?" gurau Cheasa untuk menetralisir rasa kagetnya.
Jardan tertawa, "Itu karena lo seru siarannya."
Cheasa melambaikan tangan tanda tidak setuju, "Tapi melihat jumlah mention kali ini yang super banyak, gue yakin sih lo pasti populer banget di kampus."
Jardan tergelak sampai matanya hilang di gantikan dengan eye smile yang cukup menarik—eh, "Nggak lah. Tapi makasih btw...."
"Nah, ini. Silahkan di scroll aja, nanti sebutkan petanyaan dan username-nya, baru lo jawab ya." Kata Cheasa sambil mengangsurkan tablet yang baru kemarin Bang Andri beli khusus untuk narasumber segment ini. Terniat memang.
Tanpa lama Jardan langsung mengikuti instruksi, "Ini ada pertanyaan dari @fida_greiya. Gue mau jawab ini aja." Jardan memandang Cheasa yang kini sedang mencari username yang Jardan sebut.
@fida_greiya
Jardan, udah ada crush belum? Gue kepo aja sih sebenarnya, karena lo kan selalu keliatannya sama Arjean atau Raiyan. Kalau ada, plis ceritain wkwkw Jawab jujur ya Makasih...
Cheasa mengernyitkan dahi. Terlalu personal nggak sih?
"Sok, silahkan.." kata Cheasa akhirnya.
"Gue tau sih ini personal. Tapi nggak masalah, seru-seruan aja. Jadi gini, sebenarnya kalau crush mah ada. Udah dari lama."
Jardan tampak berpikir sebentar, "Dulu gue suka sama seseorang tapi... ya gitu, gue nggak berani confess. Tarus akhirnya dia pergi tanpa tau perasaan gue. Dulu gue emang pengecut sih asli. Tapi belakangan ini kita ketemu lagi, dan dia masih sama menariknya kayak dulu. Pengen gue deketin lagi, tapi ngeri aja dia udah ada cowok." Jaradan terkekeh.
Ponsel di tangan Cheasa bergetar. Ternyata ada notifikasi baru dari twitter, tepatnya dari si Fida Fida tadi.
@fida_greiya
Yahhh, baru juga gue mau confess😭😭😭 Dia di kampus kita, Dan? Spill dong.... Pengen ngajak temen-temen gue silaturahmi sama dia
Mata Cheasa membesar saat membaca twit tersebut. Itu... benar silaturahmi?
Suara tawa dari seberang menarik atensi Cheasa, terlihat Jardan tertawa sambil menyugar rambutnya. Mungkin Jardan juga sudah membaca twit tersebut.
Setelah meredakkan tawa, Jardan kembali menegakkan tubuh ke arah microphone dan menatap Cheasa sambil menahan senyum, "Cheasa, itu lo di ajak silaturahmi."
•••
•••
Pendek ya😂
@2402stories
KAMU SEDANG MEMBACA
SEE YOU SOON : make it bloom!
General FictionDalam setiap kesalahan akan kembali pada batas pemakluman dari orang yang bersangkutan. Termaafkan? Atau malah menjadi salah satu alasan untuk saling melepaskan? /Lee Jeno × OC/ ••• ©2402stories, 2022