➷ Lenan dan Lio

12 10 0
                                    

Kamu begitu berarti
dan istimewa di hati.
Selamanya rasa ini
Sahabat takkan terganti.

- Betrand Peto -

〇〇〇ﻌﻌﻌﻌ〇〇〇


Eren mendorong troli nya dengan gurat wajah yang sangat menunjukkan bahwa laki-laki itu tengah jengah, lebih tepatnya jengah dengan kelakuan dua kunyuk di hadapan nya yang tengah asyik memasukkan berbagai macam bahan makanan, yang rencananya akan dijadikan menu santapan untuk makan malam mereka nanti.

"Lenan, aku mau yang itu" Ucap bocah 3 tahun yang kini berada di gendongan sang empu.

"Heh, bocah! Lenan lenan aje lu, Abang! " Sungut Lenan kesal sambil menggigit telunjuk mungil Lio yang sedang menunjuk sesuatu di rak sana.

"Lenan ish, sakit! " Anak itu tak takut sama sekali, bahkan setelahnya ia menabok wajah Lenan dengan wajah tak berdosanya.

Eren hanya memperhatikan keduanya dari belakang, tak berniat menimbrung dengan keduanya, biarlah Lenan merasakan betapa menyebalkan nya bocah berumur 3 tahun itu.

"Mbak, tepung segitiga merah dimana ya? " Tanya Lenan pada mbak-mbak yang berjaga disana.

Sementara itu Eren membulatkan bola matanya saat mendengar ucapan Lenan. "Heh, lo ngapain beli tepung?! " Sungutnya.

"Buat bikin kue nanti" Jawabnya enteng,

"Astaga, emang lo bisa bikin kue? "

"Bisalah anjir, meremehkan gue banget lo" Cerca Lenan, lalu setelah itu mbak-mbak yang tadi pun, kembali dengan menenteng sebungkus tepung yang diminta tadi.

Sedangkan Eren, hanya menghela nafas nya. Ia tak bisa membayangkan, akan menjadi apa dapur nya nanti malam.

Lenan memang berencana untuk menginap di apartement Eren, untuk membantu laki-laki itu dalam mengasuh bocah 3 tahun ini. Eren pun sebenarnya tak keberatan sama sekali, karena yang ia tahu Lio memang sedekat itu dengan Lenan. Bahkan Eren merasa, bocah itu lebih cocok menjadi Adik Lenan, dari padanya.

Tak terasa matahari mulai terbenam di ufuk barat, digantikan dengan cahaya bulan yang mulai menyingsing dari arah sebaliknya.

Eren sudah lelah, tetapi ketika ia melihat Lenan dan Lio, keduanya bahkan tak menunjukkan tanda-tanda bahwa keduanya sudah selesai dengan apa yang ingin mereka beli.

Eren juga merasa, ia sudah mengitari seluruh lorong ditempat ini berkali-kali. Ia pun tak mengerti, apa yang sebenarnya dua kunyuk ini cari sedari tadi.

"Woi, masih lama? Nyari apaan lagi sih emangnya? " Eren kesal bukan main, laki-laki itu ingin cepat-cepat merebahkan diri di ranjangnya.

"Sabar atuh Eren, teu sabar ih kamu mah" Kan, logat Sunda nya mulai keluar.

Eren mendengus kesal. Kemudian setelah itu, ia berjalan ke arah stan minuman dan meraih dua botol minuman bersoda yang berukuran besar.

Lalu setelahnya, mereka memutuskan untuk membayar belanjaan tersebut dan pulang.


〇〇〇ﻌﻌﻌﻌ〇〇〇


Ketiganya kompak menghela nafas lega saat sesampainya mereka di kediaman Eren. Terlebih lagi Eren, laki-laki itu segera memasuki kamarnya dan mengganti pakaiannya.

"Abanggg"

Duk duk duk

Eren kaget bukan main saat Lio menggedor gedor pintu kamar nya, diiringi dengan suara nyaring anak itu.

Elegiac || Huang Renjun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang