Hope

219 23 14
                                    

That bloody bloke! Dia tidak muncul sama sekali!!

Aku sudah menunggunya lebih dari empat jam, dan pada akhirnya kuputuskan untuk menaruh gaunku sendiri ke binatu.

Aku melakukan kesalahan, yaitu memberikan nomorku kepada pria itu namun aku tidak meminta nomor kontaknya. Namanya saja aku tidak tahu. Sama sekali tidak tahu.

Harus kuakui dia menarik namun menyebalkan. Tidak ada yang pernah memperlakukanku seperti dia, sangat kasar dan menyebalkan. Apalagi kata-katanya yang terhitung melecehkan. Jika aku saat ini berada di Inggris, aku sudah pasti akan melaporkannya kepada keluargaku kemudian akan muncul sebuah tuntutan. Tuntutan yang kemungkinan akan membuatnya kehilangan pekerjaan yang kini ia miliki untuk seumur hidupnya.

Apalagi dengan panggilan TINKERBELL!

What a fucking arse!!!

Aku tidak punya waktu untuk mengurusi bajingan seperti dirinya. SAMA-SEKALI-TIDAK!

Aku kembali berjalan menuju kamar hotelku dengan tergesa-gesa karena menyadari sudah pukul sebelas siang. Padahal, pertemuanku dengan beberapa desainer yang akan bekerjasama dengan HOM akan di mulai pada pukul satu siang. Lihatlah aku, belum meratakan rambutku, belum berias dan belum menuntaskan apa-apa yang seharusnya kutuntaskan. Semua ini karena pria mengesalkan itu!

"Oh, kenapa wajahmu bersungut-sungut seperti itu keponakanku? Kau tahu, cara meredakan amarah dan kekesalan dengan Wine," Aunt Beth menyambutku di kamar dengan menyerahkan gelas Wine yang kurasa berisi Cheateau Blanc.

"Aunt Beth, tidakkah kau bertanya kepadaku dahulu sebelum memesan satu botol Wine termahal ini?" Ia hanya terkekeh.

"Aku tahu uangmu banyak, kalau habis kau bisa meminta lagi kepada Tom,"

"Auntie, aku bukan anak seperti itu yang—"

"— meminta uang kepada kedua orang tua yang kaya karena kau anak mandiri dan blh blah blah blah... please don't be too tense, you just twenty four years old! Live a little sweetie..."

Aku menghela napas panjang kemudian meneguk Wine mahal ini dan berusaha melupakan kekesalanku terhadap lelaki brengsek itu.

Yeah, benar kata Aunt Beth. Sesekali aku harus bersenang-senang dan tidak terlalu tegang.

Aku baru menginjak usia dua puluh empat tahun. Apa salahnya bersenang-senang and loose a little 'aight?

****

"Oh, Lady Hope aku sangat senang bahwa Prada dapat masuk ke dalam Online Mall terbesar di dunia,"

"Kami juga senang Mr. Patrizio, kami sangat-sangat bangga bahwa Prada setuju bergabung dengan kami, and please just call me Hope,"

"Oh, Miss Hope... Prada berencana akan mengembangkan ekspansi Fashion tidak hanya berbau Haute Couture namun kami juga akan meraih para Millenial dan Gen Z untuk kembali kepada House of Prada dalam pemilihan fashion mereka, mengingat saat ini mereka lebih memilih Indie brand atau Recycling stuff,"

"Yeah, generasiku memang lebih peduli terhadap lingkungan serta sustainable fashion, mereka tidak tergila-gila terhadap brand-brand besar yang sudah berdiri, namun keputusan yang snagat hebat jika Prada juga ikut andil ke dalam Sustainable Fashion,"

"Trust me, We are... Miss Hope... well terima kasih atas peresentasi luar biasa yang diberikan, aku akan menghubungimu melalui Miss Glass yea?"

"Yeah Mr. Patrizio..." Aku menjabat tangannya kemudian aku mendengar Mr. Patrizio berbicara dengan staff nya dengan bahasa Itali, aku hanya tahu sedikit mengenai bahasa Itali, well I don't have much time to eavesdropping.

Satu persatu beberapa marketing desainer-desainer ternama menjabat tanganku kemudian membicarakan mengenai masa depan Fashion yang semakin baik bagi Bumi dan Alam. Apa rencana mereka selanjutnya serta para desainer ternama Milan, Paris dan New York tentunya, mulai membuka mata mereka terhadap betapa pentingnya memprosmosikan serta mempermudah para konsumen dan pecinta Fashion melalui daring.

Mengingat banyak orang memuji presentasiku serta bergabung dengan proyekku, aku menepuk pundakku sendiri,"You're Badass Bitch Hope..."

****

"Jadi kau kesal tadi pagi karena laki-laki seksi di pesta kemarin?" Aku mengangguk pelan sekaligus mengerenyit ketika Aunt Beth mengatakan 'pria seksi'.

"Well, apakah kau sudah menopause my dear nephew?" Aku semakin mengerenyitkan keningku mendengar perkataan Aunt Beth.

"Kau seharusnya tidak perlu kesal, kau cukup membalasnya dengan mengajaknya bertemu kemudian mengajaknya tidur bersama untuk sekedar bersenang-senang lalu Voila! Dia mengejar-ngejarmu karena kau sangat bagus di ranjang!"

"Elizabeth! Jangan konyol!!" Aunt Beth hanya tertawa kencang.

"Aku tahu kau tipe wanita yang ingin 'save it for the best' but come on Hope... kau sudah dua puluh empat tahun! Kau masih muda! Kau bisa betindak gila jika kau mau. Tidak ada salahnya kau berhubungan seks sebelum menikah," Aku menggeleng dengan cepat.

"Untukku sangat salah Beth... sangat sangat salah... karena aku ingin seperti Mum dan Dad! Aku ingin seperti kisah-kisah romantis di beberapa novel yang kubaca," Kini Aunt Beth kulihat tampak memutar kedua bola matanya seperti tampak lelah dengan perkataanku.

"Kau sungguh persis Ibumu. Hopeless Romantic."

"Yes, dengan bangga aku mengakui hal itu!" Aunt Beth mengencangkan kimono tidur yang iya kenakan kemudian ia berdiri dari sofa yang ia duduki.

"Kalau kau tidak keberatan, aku ada tamu malam ini," Aku menatapnya dengan tatapan tidak percaya.

"Again???"

"Well, dia... bukan orang yang tadi malam,"

"Definitely..." Kataku dengan nada sarkas.

"So, dia pria asal Colombia dan dia masih berusia dua puluh dua tahun,"

"Ugh, Elizabeth..."

"Kuharap kau mengencangkan suara musik atau TV di ruang tidurmu Hope,"

"Fine...!! selamat bersenang-senang malam ini," Aunt Beth mengecupku dengan pelan di pipi, tidak lama kemudian suara pintu President Suite kami berbunyi dan yap...seorang laki-laki dengan tubuh kekar, kulit kecoklatan emas, rambut brunette serta wajah yang sangat menarik untuk terus dipandang.

Aku berkenalan dengan laki-laki tersebut, ia bernama Javier, kemudian mereka berdua menuju ruang tidur milik Aunt Beth dan tak lama kemudian suara desahan serta teriakan mereka memenuhi President Suite kami.

Hingga aku menyalakan musik Miley Cyrus dengan sangat kencang berharap suara mereka tidak lagi terdengar. Tetapi, sepertinya mereka tidak lagi berhubungan di ruang tidur kini suara mereka makin terdengar sangat dekat. 

Yap... di meja makan yang ada di tengah ruangan.

Kuharap, keringat mereka tidak akan menempel disitu selamanya...(bagaimana aku akan sarapan keesokan harinya jika mengingat bokong Aunt Beth menempel di meja tersebut serta sperma Javier akan menempel di meja tersebut seperti jejak kriminal!!!)

"Ugh...ELIZABETH!!!"

HAI SEMUANYAA

APA KABAR??? SEHAT-SEHAT KAAN?

MOHON MAAF SEKALI!! FANA SUDAH LAMA TIDAK POST DAN MELANJUTKAN CERITAA!!

MUDAH-MUDAHAN KEDEPANNYA FANA AKAN LEBIH SERING UPDATE KISAH-KISAH YANG SEMPAT TERTUNDA

MOHON MENUNGGU DAN BERSABAR YAAA

TERIMA KASIH MASIH SETIA MENUNGGU FANA HINGGA SAAT INI

TERIMA KASIH JUGA BERKAT KALIAN FANA TIDAK BERHENTI MENULIS

LOVE YOU ALL

SEE YOU ON THE NEXT CHAPTER!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 02, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Accidentally, Married A Stranger (Stranger series 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang