Daniella atau biasa Sea panggil Dan adalah sahabat kecil Sea yang sekarang menetap di Houston. Dulu Daniella dan Sea adalah tetangga saat mereka kecil dan tinggal di Australia sebelum akhirnya Sea pindah ke Indonesia.
Hubungan dua orang itu terus terjalin meskipun sempat hilang kabar. Daniella dan keluarga pindah ke Amerika tak lama setelah kepindahan Sea ke Indonesia, mereka punya beberapa usaha di negara itu. Daniella tahu jelas bagaimana keluarga Sea dan apa saja yang menimpa sahabat kecilnya tersebut, bahkan bukan sekali dua kali Dan meminta Sea untuk tinggal saja di Houston bersama dengannya. Tapi tentu saja Sea tidak bisa karena masih ada Kakek dan Neneknya waktu itu dan sekarang masih ada Kakeknya yang kritis dirumah sakit.
Saat tahu Sea tidak akan diperlakukan dengan baik oleh ayahnya sendiri, sang Kakek memisahkan hak milik Sea lebih cepat dibandingkan anak-anaknya yang lain. Meskipun Sea masih sekolah menengah atas, tetapi perempuan muda itu sudah punya penghasilan sendiri dari investasi dan restoran yang ia kelola dibantu oleh Dan. Sea memilih mencairkan semua warisan yang dimilikinya dan membeli properti lain supaya jejaknya tak terlihat oleh keluarganya yang lain. Dan benar-benar keputusan tepat karena dengan cepat Kakeknya bertindak sebelum sakit yang diderita pria tua itu makin menggerogoti dan membuatnya tak berdaya dirumah sakit.
Disaat masa-masa lemahnya, pria tua itu menitipkan Sea pada keluarga Harris. Kakeknya bilang meskipun Sea sudah punya pegangan, Sea tetaplah masih anak sekolah yang butuh bimbingan orang dewasa. Keluarga harmonis yang tak pernah Sea dapatkan, sang Kakek harapkan dapat Sea rasakan ketika cucunya itu tinggal dikediaman keluarga Harris. "Semuanya berjalan lancar Sea. Bagaimana dengan Kakek? Masih belum ada perkembangan?"
Sea menghela nafas, ia menutup laptopnya setelah mengecek perkembangan dua restoran, panen tiga lahan buah dan mengecek sahamnya. "Belum ada kemajuan apapun. Bahkan aku tidak boleh datang kerumah sakit." Jelas Sea yang sakit kepala dan merasa sangat kesal dengan kenyataan itu.
Sea boleh berkunjung jika ia datang bersama Tuan dan Nyonya Harris, tetapi jika ia datang sendiri maka tidak diperbolehkan. Sea merasa ia benar-benar sudah dibuang oleh keluarganya. "Mereka benar-benar menyebalkan. Bersabarlah sebentar sayang, semuanya akan baik-baik saja. Aku selalu bersamamu."
Mendengar hal itu membuat Sea merasa terenyuh. Daniella sudah seperti saudara baginya, bahkan orangtua sahabatnya itu juga sudah menganggap Sea seperti anak sendiri. Tetapi tetap saja kenyataan tak bisa tergantikan bahwa mereka hanyalah orang asing yang akrab, saling mengerti dan memahami. Tidak ada hubungan darah atau sesuatu yang lebih mengikat mereka. Bahkan jika nanti Daniella menikah dan pergi bersama suaminya, Sea akan kembali sendiri meskipun temannya itu selalu bilang akan selalu bersamanya. Sea butuh seseorang yang bisa bersamanya setiap saat, menjadi penyemangat dan motivasinya.
"I know Dan, hanya saja aku butuh seseorang sekarang. Yang akan selalu bersamaku." Gumamnya pelan dengan pikiran menerawang.
Bukan perkara asmara karena Sea tidak pernah memikirkan kearah itu. Punya kekasih adalah hal terakhir yang Sea pikirkan mengingat keadaannya yang rumit sendiri. Sea butuh seseorang yang selalu membuatnya merasa bahagia dan mengisi sosok keluarga yang selalu kosong, bukan seseorang yang selalu ingin bercinta denganmu lalu kau ribut dengannya karena masalah perselingkuhan atau hal lain yang Sea tidak mau tau. Tak peduli jika teman-temannya bilang bercinta adalah hal yang paling nikmat tiada duanya sekalipun, Sea tidak tertarik.
"Kalau begitu berkencanlah Sea."
"Kau kenal aku dengan baik Dan, ayolah." Keluh Sea kesal karena malah disuruh berkencan padahal otaknya baru saja berkata anti dengan hal-hal romansa.
"Lalu darimana datangnya seseorang yang akan selalu bersamamu itu jika bukan teman kencan? Kalau aku kau bilang jauh. Kalau teman-temanmu disana kau bilang hanya sibuk bersenang-senang. Ingat jika kau tidak bisa mengharapkan apapun dari keluarga sialanmu itu apalagi disaat Kakek sedang kritis." Oceh Daniella dari seberang telepon. Sea bisa membayangkan teman kecilnya itu pasti sekarang sedang berkacak pinggang karena benar-benar kesal. "Solusi satu-satunya adalah memiliki teman kencan Sea. Lalu menikah dan punya anak-anak, menjadi keluarga bahagia"
Otak pintar Sea seakan mendapatkan ide yang sangat cemerlang dari perkataan Daniella. "Dan, aku ada solusinya."
"Apa?"
Senyum Sea melebar memikirkan ide ini. "Bagaimana menurutmu jika aku punya anak tanpa menikah?"
"Apa?! Sea, are you kiding me?"
"Aku sedang tidak bercanda. Itu solusi yang bagus Dan. Oh mungkin aku bisa punya bayi melalui program bayi tabung."
"Jangan konyol! Kita bahkan belum tamat sekolah menengah atas Sea, dan kau ingin jadi seorang ibu dari bayi dan tanpa pasangan?" Dari suaranya Daniella benar-benar tidak habis pikir dengan teman kecilnya itu.
"Apa salahnya dengan itu? Yang penting aku bisa punya sosok keluarga yang selalu bersamaku setiap waktu." Tangkis Sea dari pernyataan Daniella.
"Kita masih terlalu muda. Nikmati hidupmu dan berkencan setidaknya rasakan sekali dengan bertemu laki-laki yang baik. Setelah itu terserah apa yang mau kau lakukan. Jangan berani-beraninya mengambil sperma sembarang pria untuk membuahimu. Ingat Sea, jika gen benar-benar mempengaruhi seorang anak. Pikirkan hal ini baik-baik dan jangan bertindak konyol. Sampai disini dulu, aku harus pergi sekarang. Bye Sea, love you." Dan sambungan telfon terputus.
Sea menghembuskan nafasnya dan merebahkan diri, menatap langit-langit kamarnya. Memikirkan kembali apa baiknya jalan yang harus ia ambil. Sea mengingat perkataan pengacara Kakeknya yang cukup baik dengan Sea tentang kesehatan Kakeknya yang hanya punya sedikit peluang kecil untuk sembuh. Bahkan Kakeknya itu masih bertahan sampai sekarang hanya karena alat-alat dirumah sakit. Jelas Sea tidak bisa bergantung lagi pada Kakeknya.
Pemikiran yang tepat tentang anak itu juga sebenarnya sebuah ide yang cemerlang. Sea bisa kuliah dan mengurusi anaknya dengan pekerjaan serta penghasilan yang dimilikinya sekarang. Sangat cukup untuknya dan anaknya nanti hidup dengan nyaman. Tetapi perkataan Daniella juga ada benarnya tentang gen.
Sea ingin anaknya memiliki paras yang menawan dan punya sikap yang baik. Mungkin bisa diatur gen fisik dengan dokter, tapi sikap? Dokter tentu saja tidak tahu apakah pria pendonor sperma itu punya sikap yang baik atau tidak kan? Apa perlu Sea berkencan hanya untuk menjalankan misi punya bayi?
Tapi pria mana yang mau punya bayi apalagi dengan anak sekolah seperti dirinya? Apa perlu Sea melakukan one night stand saja dan bertemu pria di club? Jika begitu lalu apa bedanya pria di club dengan pria pendonor sperma dirumah sakit.
"Astaga kepalaku jadi pusing."
Vote and Comment guys!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want a Baby (MOVE TO UNINOVEL)
Romance[COMPLETED] Sea dan Cavell hanyalah dua orang asing yang terjebak dalam hubungan yang Sea rencanakan. Hubungan ini bahkan tidak tahu harus disebut apa, Friend with benefit? Mereka bahkan tidak berteman. "Aku tidak mau membuat citra kamu buruk Cav. T...